Selasa, 20 Desember 2011

RANJANG CINTA


Pontianak, 8 April 2011
Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut


Ketika Langit mengatakan malam ... aku mengatakan dingin kan menjemputku
engkau mengatakan keringatmu akan selalu menghangatkan tubuhku
ku tanya pada waktu, akankah abadi
ku tanya pada seringai malam, akankah ini kan berakhir juga
jawabannya hanya ada pada hari-hari yang akan ku jalani

Petiduranku kini penuh dengan melati dan mawar
Aromanya membuatku betah untuk selalu bermanja
Lilin Kasih di peraduan telah mencairkan kebekuan sebongkah hati
Hingga Janji ke pelaminan telah terukir
Menunggu saat yang tepat untuk meniup terompet
Agar peri cinta memainkan perannya lebih hikmat lagi

Ragaku terbungkus hasrat yang begitu membara,
Saat sentuhan kasihmu menjilatinya
Iringan rinai hujan dan derit ranjang menambah gelora yang bergejolak
Tak kan ku hentikan pertautan ini, kunikmati dan hanya dengan mu
Kekasih yang telah menyematkan anggrek kasih
Dan melukiskan mawar cinta yang indah di kalbu
Eratan pelukan semakin ku ketatkan, agar tak hilang cintaku yg selalu ku rindu

Mengapa Cinta ini bisa tergeletak di Pelataran Hatimu
Mengapa Tatapanmu mampu menghangatkan kebekuan hatiku
Sebening Air Telaga dan Seputih Awan, hatimu menyambut Sukma Cintaku
Dengan jilatan Api Kasih yang mmbara
Tak kuasa Logika menolak kebaikanmu
Ku merasa kan berdosa, bila hatimu yg SUCI kunodai dan ku permainkan

Ku tergolek d Misbah Cinta mu,
Berharap jilatan cinta merengkuh tubuhku
Dan alam sadarku tiada malu memburu rasamu
Menyenandungkan lentunan kasih dengan bilur bilur nafsu melandanya
Serasa diri kau pompa ke awan,
Melambung tinggi saat jemarimu meraba sekujur tubuh ini
Tak prduli akan waktu yg mncibiriku
Karena ku ingin mencicipi bahagia yg tergeletak d buluh-buluh batinku
Dan mataku tertutup, saat dekapanmu semakin erat,
hingga cuma HASRAT yg melingkupi raga
dan dendang detak jantung menemani deru nafas yg terus memburu
derit Ranjang mengalun nafsu yang semakin melayang

Cintamu begitu indah ... wahai Pejantan Kasihku
membuatku takjub ke angkasa
kau adalah yang paling kusayang
hanya cinta yang mmbuatku sabar dan bertahan
Dan saat Cinta melumuri Hasrat
Menjilati Lekuk-lekuk indah tubuhku
Angkara pun terjungkal dari sisi sisi jiwa
Pertautan Raga menghangatkan kasih yg mulai beku
hanya tatapan mata dan deru nafas
yg mampu menterjemahkan SYAIR ASMARA yang sempat TERTUNDA

Nyanyikanlah sekali lagi kasih, lagu cinta itu untukku,
agar ku selalu terlelap dalam dekapmu
dan nyenyakku kan mempertemukan kita
dalam impian biru di padang bunga yang sedang mekar,
harumnya kan menemani sampai kita terjaga
dan silau mentari menembus kaca jendela, membangunkan lelap kita,
membuatku menggeliat dalam pelukmu
oooohh indahnya duniaku … Indahnya Petiduran kita … Ranjang Cinta Asmara



TEMBANG LARA


Pontianak,3 Maret 2011
Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut


Dengan berat ibu melepaskan Lidya untuk pergi ke kota, sekedar mengadu nasib, karena kehidupan di kampungnya tak banyak pilihan untuk mempekerjakan perempuan yang hanya mengantongi ijazah SMP seperti dirinya. Setidaknya kalau di kota, masih banyak lapangan pekerjaan yang mau menerima dirinya menjadi tukang cuci piring di restaurant atau menjaga toko. Dan ia masih bisa melanjutkan pendidikannya jika sudah mendapatkan pekerjaan. Begitulah rencana dan cita-cita gadis cantik yang lugu ini. Dengan tekad yang bulat untuk menggapai cita-citanya, ia nekad pergi ke kota meninggalkan ibu dan abangnya yang cacat, dengan mengantongi uang hanya Seratus Ribu Rupiah, ia terus melanjutkan angan-angannya tersebut.

Nasib mujur berpihak pada Lidya, seminggu ia berada di kota, sudah mendapatkan pekerjaan menjadi pelayan di sebuah cafe di pusat perkotaan. Cafe tersebut memberikan fasilitas tempat tinggal untuk karyawan dan upah yang cukup lumayan. Pengunjung Cafe itu sangat ramai, selain tempatnya memang asyik, makanannya terjangkau dan pelayanannya juga sangat baik di tambah lagi dengan Raut pelayan yang cantik dan ganteng, Sepertinya modal utama bagi calon pelayan di cafe tersebut haruslah berwajah menarik baik pria maupun wanitanya. Mungkin karena wajah Lidya yang memang sangat menarik dengan kulit yang putih bersih itulah maka ia tidak kesulitan pada saat melamar pekerjaan di cafe tersebut.

Dengan parasnya yang elok ditambah lagi dengan badan yang tinggi dan sintal, ia menjadi pusat perhatian para pengunjung. Baru sebulan bekerja saja Lidya sudah banyak di gemari oleh pengunjung Cafe. Karena begitu banyak penggemar yang selalu menanyakan Lidya dengan pemilik Cafe, maka Lidya pun menjadi karyawan kesayangan Bos, tentu saja, karena seorang Lidya dapat mendatangkan pundi-pundi untuk Bosnya.

Waktu berjalan, tak terasa tiga tahun sudah Lidya berada di kota, selama itu sudah empat kali Lidya pulang ke kampungnya untuk melihat ibu dan abangnya yang cacat. Dan penampilan Lidya juga sudah berubah, sudah bukan gadis kampung yang lugu lagi, namun sudah menjadi gadis kota yang cantik jelita.
Lidya pun sudah tak sendiri lagi, sudah ada seorang lelaki ganteng bermobil yang selalu mendampinginya. Laki-laki itu bernama Boy, bekerja di sebuah Bank Swasta. Boy merupakan putra tunggal dari seorang Politikus yang cukup terpandang dan punya nama. Boy seorang laki-laki yang baik, tidak pernah berurusan dengan Dunia Malam. Bertemu pertama kali dengan Lidya di rumah sepupunya yang berdampingan dengan Mess Karyawan Cafe dimana Lidya tinggal.
Hubungan mereka sudah setahun lamanya dan Boy sudah beberapa kali meminta Lidya untuk mencari pekerjaan lain. Hanya saja Lidya masih mempertimbangkannya, karena sebagai tulang punggung keluarga, tentu saja Lidya keberatan untuk meninggalkan tempat kerja yang menyenangkan dengan gaji yang sangat lumayan. Dari gajinya itu Lidya bisa merehab rumah ibu di kampung, membesarkan usaha jahit ibu yang dulu hanya ibunya saja yang menjahit, tapi sekarang ibu sudah punya dua puluh orang karyawan dan Lidya juga punya investasi lain di kampung yaitu kebun sawitnya seluas 30 ha, cukuplah untuk masa depan mereka sekeluarga. Sehingga Lidya belum memutuskan permintaan dari Sang Kekasih.

Sedangkan Boy selalu di tuntut oleh orangtuanya untuk memutuskan Lidya dengan alasan Status mereka yang jauh berbeda, apalagi mendengar Lidya bekerja di cafe, bagi orangtua Boy, Cafe merupakan tempat negatif.

Menjadi sebuah Dilema bagi Boy, karena di satu sisi Boy sangat menyayangi dan menghormati orangtuanya, namun di sisi lain dia juga sangat mencintai Lidya. Desakan orangtua Boy yang begitu gencar untuk memutuskan Lidya membuat Boy tertekan, bahkan Boy dikenalkan dengan beberapa anak gadis dari kolega ayahnya, membuat Boy menjadi bingung dan depresi. Dia tak mampu untuk meninggalkan Lidya.

Karena khawatir terpisahkan dari Lidya, Boy dan Lidyapun akhirnya melakukan hubungan yang hanya boleh dilakukan suami istri yang sah saja. Rasa Cinta yang begitu kuat dan desakan takut kehilangan telah membutakan keduanya. Dan betapa bahagianya Boy karena dialah lelaki pertama yang telah merenggut keperawanan Lidya. Berulangkali mereka lakukan hal tersebut, tanpa mereka sadari awal bencana telah mereka ukir dalam kehidupan mereka berdua.

Suatu hari Lidya merasakan badannya panas dingin, mual dan tidak ada nafsu makan. Tiga hari sudah ia tidak masuk kerja. Duh, sakit apa aku ini, pikir Lidya, sudah minum obat flu, kok masih juga sakitnya, malah tambah parah. Lidya pun memberitahukan keadaan dirinya pada Boy lewat pesan di handphone Boy, segera Boy meluncur ke tempat tinggal Lidya, Boy pun membawa Lidya ke rumah sakit untuk di periksa, dan betapa terkejut keduanya mendengar diagnosa dokter yang menyatakan bahwa Lidya sudah Hamil 2 bulan. Baru Lidya sadar bahwa dia memang sudah terlambat haid.
Dengan pikiran mantap Boy menyatakan akan melamar Lidya dan mereka harus segera menikah, Dia akan bicara dengan kedua orangtuanya. Ternyata pemikiran Boy bahwa hati orangtuanya akan luruh melihat keadaan Lidya yang hamil, salah besar. Ayah dan Ibu Boy berkeras menolak perkawinan tersebut. Bahkan Ibu mulai mengancam akan bunuh diri jika Boy tetap melanjutkan keinginannya tersebut. Boy semakin bingung, langkah apa yang harus di ambil. Sedangkan perut Lidya akan semakin besar. Tak mungkin dia membiarkan Lidya melahirkan tanpa seorang suami.

Orangtua Boy begitu cepatnya mengambil langkah-langkah untuk memisahkan Boy dari lidya, mereka sepakat untuk mengawinkan Boy dengan anak gadis dari salah satu koleganya. Tanpa minta persetujuan anak tunggalnya, Pak Prapto ayah Boy segera menetapkan hari pernikahan untuk anaknya.
Dan Suriati (ibu Boy) pergi ke mess Lidya dan mencaci maki Lidya, bahkan Suriati berkata sebaliknya kepada Lidya bahwa sebenarnya Lidya sudah merebut Boy dari Tunangannya, Amelia. Dia mengatakan bahwa Amelia sedang mengandung anak Boy. Lidya hanya mengaku-ngaku bahwa Boy sebagai ayah dari janinnya padahal itu merupakan janin dari berbagai laki-laki yang tidak jelas.
Suriati juga menegaskan bahwa Boy malu punya calon istri pekerja Cafe seperti Lidya, selama ini Boy hanya mencari pengalaman lain saja sebelum menikahi Amelia. Begitulah kata-kata yang di lontarkan Suriati kepada Lidya dengan berteriak-teriak, sehingga beberapa karyawan yang ada di mess tersebut menyaksikan keributan tersebut. Apalagi banyak teman-teman Lidya yang iri dan sirik melihat kecantikan lidya dan posisinya yang di senangi Pemilik tempat mereka bekerja. Mereka yang sirik tersebut, tersenyum dan memberitahu kepada Boss lewat Handphone mereka.

Keesokannya Lidya di panggil Sang Bos, karena Lidya hamil, ia di minta untuk menulis surat istirahat, karena Cafe tersebut tidak mempekerjakan karyawan yang hamil, itu alasan dari Boss secara halus untuk memberhentikan Lidya dari Cafe itu. Betapa sedihnya hati Lidya, duka berundung datang menimpanya. Belum lepas dari ingatan bagaimana ibu Boy telah mempermalukannya, sekarang ia harus menerima bahwa ia tidak bekerja lagi, sedangkan masih banyak kebutuhan di kampung yang memerlukan support dana dari dirinya, antara lain membayar karyawan yang merawat kebun sawitnya dan pelebaran usaha konveksi ibu.

Tak sanggup rasanya aku menjalani masalah ini semua, pikir Lidya. Apalagi sejak ibu Boy melabraknya, Boy tak bisa di hubungi lagi. Berbagai jalan Lidya coba menghubungi Sang Kekasih, namun jalan buntu yang di dapat. Boy tak jua bisa di temui.
Janin dalam perutnya itu yang membuat Lidya menjadi bingung. Bagaimana harus mengatakan pada ibu. Bagaimana caranya ia harus memandang wajah ibu yang pasti terluka. Anak yang di banggakannya selama ini, yang dia yakini bahwa anaknya bekerja dengan halal, ternyata pulang dengan membawa janin dalam perut yang tiada berayah.
Ooooh ibu, maafkan anakmu, tapi sungguh demi Tuhan, semua hasil yang ku berikan padamu adalah Hasil jerih payahku bu, tangis Lidya dalam hati. Tak terbayangkan olehnya, bagaimana penduduk kampung yang iri dengan keluarga mereka akan menghina ibunya. Semua tak sanggup untuk dijalani dan dihadapi. Sehingga Lidya mengambil suatu KEPUTUSAN sendiri.

Dengan airmata berderai di pipinya, Lidya menulis sepucuk surat untuk Boy, dalam surat tersebut, Lidya mengungkapkan perasaannya setelah mendengar cerita dari ibu Boy, Lidya juga meminta maaf pada Amelia tunangan Boy, karena selama ini ia telah merusak hubungan mereka.
“Teriring RESTU untuk mu bang, yang penting kau bahagia bersamanya.. Salam hormatku tertanda yang selalu mencintaimu" ... Sebaris akhir penutup surat cinta untuk kekasihnya, yang telah d relakannya untuk pergi.
Lidya, seorang gadis bermata sipit, berparas elok dan berbadan sintal, datang dari desa, dengan kemiskinannya ia berjuang pada gemerlapnya kota, tapi hiruk pikuk kota tak pernah bersahabat untuk gadis selugu dia dan kini ia tak sanggup menerima cintanya yang kandas oleh seorang pemuda kota.

Empat hari sudah Boy meninggalkan kotanya bersama kedua orangtuanya. Dia tidak pernah tahu bahwa orang tuanya telah membuat skenario perpisahannya dengan Lidya. Dia dijemput di kantornya secara mendadak, dikatakan bahwa ibunya sakit dan perlu di bawa ke Jakarta untuk berobat dan Boy diminta mendampingi ibunya bersama ayah.

Karena Boy memang anak yang patuh dan sangat menyayangi orangtuanya, maka tanpa berpikir apa-apa lagi ia segera minta ijin dengan kantornya untuk menemani ibu berobat selama satu minggu. Karena harus buru-buru pergi, handphone dan dompet Boy pun tertinggal di dalam laci meja kantornya. Sehingga ia tidak dapat menghubungi kekasihnya Lidya.

Apa kabarmu sayang, jaga baik-baik anak kita ya, kata Boy dalam hatinya sambil tersenyum bahagia membayangkan seorang bayi yang akan menjadi anaknya. Emmhh, sebentar lagi aku akan menjadi ayah, demi seorang bayiku, terpaksa aku sekali ini tidak patuh padamu ibu dan ayah. Aku akan mempertanggungjawabkan segala perbuatanku. Lidya adalah gadis pilihanku. Walau kalian berdua tak mengakuiku sebagai anak lagi, tapi itulah kenyataannya. Karena aku sekarang sudah menjadi laki-laki bukan anak laki-laki lagi. Semoga kalian mengerti akan perasaanku, perbuatanku dan pilihanku nanti.

Beberapa jam kemudian Pak Prapto, ayah Boy menerima telfon dari Wisnu keponakannya atau sepupu Boy yang tinggal di sebelah Mess Lidya. Wisnu ingin berbicara dengan Boy.
Awalnya Pak Prapto enggan memberikan telfon genggamnya kepada Boy, namun karena Boy di dekatnya dan mengerti bahwa ada yang ingin bicara dengannya, akhirnya Pak Prapto pun memberikan telfon genggam tersebut kepada Boy.
Setelah Boy menerima telfon tersebut, betapa terkejutnya Boy menerima Berita Kematian Lidya dari Wisnu. Langit terasa gelap, kepala Boy berputar.
Oh mimpikah aku, atau Wisnu berbohong atau bercanda. Aku harus segera pulang, pikir Boy.
Dan pikirannya itu di ungkapkan kepada ayah. Awalnya ayah tidak setuju. Sempat terjadi bersitegang antara Boy dan ayahnya. Boy mengancam akan lompat dari jendela hotel jika ayah tidak mengijinkannya pulang.

Akhirnya Suriati, ibu Boy mengajak Prapto dan Boy untuk pulang, karena Suriati berpikir orang yang harus tersingkir telah menyingkirkan dirinya sendiri, jadi tak ada yang perlu di khawatirkan lagi.

Boy meraung melihat jenazah kekasihnya. Dipeluk ciumnya wajah yang sudah tak bernyawa itu.Sayang mengapa jalan ini yang harus kau tempuh. Mengapa tidak sabar menungguku. Sedang Boy bersimpuh pada jasad Lidya, Dewi sahabat Lidya memberikan sepucuk surat padanya. Ragu Boy menerima surat itu. Namun akhirnya diterimanya juga surat tersebut dan langsung dibacanya. Betapa terkejutnya Boy membaca ungkapan Fitnah ibunya kepada Lidya. Ternyata kebohongan ibunyalah yang telah membunuh Lidya.

Boy berdiri dari tempatnya bersimpuh sambil berteriak histeris dan menunjuk ibunya “Ibu, selama ini aku sangat hormat padamu, ternyata ibu hanyalah seorang ular yang licik, aku tidak bisa menerima perlakuanmu ini dan ibu tidak akan pernah melihatku lagi selamanya, karena aku akan menyusul Lidya dan anakku”.

Setelah berteriak, Boy lantas berlari ke jalan dengan membabi buta tanpa melihat kendaraan yang sedang melaju, Boy pun menabrak sebuah sebuah mobil dan terlempar ke trotoar. Darah segar mengalir dari kepalanya. Ayah, ibu dan yang lainnya yang menyusul ingin menyelamatkan Boy, tak bisa berbuat apapun, karena nyawa Boy tak dapat di selamatkan lagi, walau demikian segala usaha dari kedua orangtuanya tetap dilakukan.
Boy di bawa ke rumah sakit terdekat, namun dokter IGD memastikan bahwa Boy sudah meninggal. Pekik jerit sang Ibu tak dapat membangunkan Boy. Penyesalanlah yang selalu hadir terlambat.

Lidya dan Boy, dua kekasih yang saling mencintai, dimakamkan bersebelahan. Mereka memadu kasih sehidup semati. Lidya seorang gadis yang berasal dari kampung yang ingin mengadu nasib di kota, akhirnya menemukan Perjalanan Akhir Hidupnya yang mengenaskan. Sedangkan Boy seorang Pemuda Kota, laki-laki yang baik dan patuh terhadap orangtua, berpendidikan dan sudah mapan, namun tidak cukup mapan ketika berhadapan dengan cinta.

Dan Suriati, seorang Ibu yang terlalu melindungi anak laki-lakinya akhirnya tak cukup kuat untuk kehilangan anak semata wayangnya. Depresi berat menimpanya, kejiwaannya terganggu hingga harus di rawat inap di Rumah Sakit Jiwa.

Sedangkan Prapto seorang Politikus yang ganteng dan ternama, akhirnya menderita stroke, terlalu banyak beban yang mendera menyebabkannya terserang stroke. Ketika Suriati di rawat di RSJ, Prapto menikahi perempuan yang sudah 7 tahun menjadi simpananannya. 2 tahun setelah menikahi istri mudanya tersebut Prapto menemukan bahwa perempuan itu telah memperdaya dirinya, hanya menguras hartanya untuk bersenang-senang dengan laki-laki lain.

(Cerita Fiksi, jika ada nama, cerita dan tempat yang sama, ini hanya kebetulan saja)

Sabtu, 16 April 2011

Di Balik Sebuah Ketegaran

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut

Sisca seorg p'puan yg senang berorganisasi...
darah organisasi mmg mengalir deras dlm tubuhx...
trbiasa hidup d lingkungan keluarga yg mncintai organisasi n politik...
dan sudah belasan tahun Sisca menggeluti dunia organisasi....
dlm lingkungan organisasix, trkdang Sisca satu2x prmpuan....
tp Sisca tdk merasa risih....bahkan terus maju dg d dukung oleh teman2 organisasix....
Teman2 organisasi Sisca tdk pernah mmbedakan jenis kelamin....
Terlihat dr beberapa x Sisca terpilih mnjadi pengurus inti dlm suatu organisasi...
Begitu jg dlm kepanitian suatu acara, Sisca sll menduduki tempat2 strategis....
Sisca sll berupaya menjaga kepercayaan yg d berikan teman2x...
Dengan menjaga n meningkatkan kualitas kinerjax n etika dlm berorganisasi....
Juga sll mnjaga kejujuran...krn mmg itu hal yg trpenting yg sll d pesan oleh org tua Sisca.....

Itulah Sisca dan talenta yg sudah Tuhan berikan utx....
krn tdk semua org pny keinginan n rasa ut mengabdikan diri ut kehidupan sosial n politik....
tanpa pamrih uang....tanpa balasan apapun....
bahkan trkadang Sisca harus merogoh kocekx ut kegiatan organisasix....
trkadang juga menerima caci maki dr org lain ...hinaan....bahkan isu2....
cibiran dari org2 yg sirik......yg mungkin tujuanx ut mematahkan semangat Sisca
tp Sisca terus berjalan .....memasang muka tebal... terus berbuat n beraktivitas...
Sesuai dg mottox yaitu AKU DATANG UT MELAYANI BUKAN UT DILAYANI......

Di lingkungan rumah...Sisca melakukan pekerjaan rumahx sendiri...
wl ada pembantu d rumah......
namun sehari2 masih mencuci pakaian sendiri tanpa mesin cuci.....
masih memasak n melakukan pkrjaan rmh lainx...d sela2 kesibukanx berorganisasi n bekerja.....
kl Sisca ada d rumah...dialah yg melakukan pkerjaan2 rumahx.....
Sisca berupaya ut bisa mmbagi waktu antara kerja, organisasi n rumah....
Melihat Sisca yg ulet, keras, tegas n tegar itu.....bnyk org menjulukix Xena.....

Tapi tdk ada satu org pun yg tahu...sebenarx Sisca tdklah sekuat Xena....
betapa rapuhx hati Sisca d balik ketegaranx itu....
Betapa lemahx Sisca dibalik kerasx hati n kepala yg sll d tampakkanx....
Tidak ada org yg tahu.....hati Sisca tidak kuat mndengar caci n maki serta cibiran org....

Kadang caci maki n iri hati dr org2 itu mmbuat Sisca frustasi....
Begitu banyk yg bermaksud mncemarkan nama baik Sisca....
tp Sisca selalu berupaya ut mnghibur dirix dg kesabaran n ketabahan....
Sisca sll hny bisa menangis d depan patung Bunda Maria....d sebuah gereja.....
sambil menyalakan lilin .... setelah itu pergi k rumah panti cacat....
Sisca sengaja memilih panti cacat...ut menyadarkan dirix sendiri bhw dia jauh lbh beruntung...
masih bnyk org2 yg tdk seberuntung dirix.....shg Sisca yg tdx putus asa,
tersadar dr pikiran yg buruk......
Saking seringx Sisca menyalakan lilin d gerja pada sore atw pagi hari sekitar j.6,
penjaga gereja sudah sangat mngenal Sisca.....
bgt pula dg suster2 d Panti Cacat...sangat mengenal Sisca....
Suster2 itu memanggilx dg sebutan kakak yg cantik n sexy.....
Tapi menurut banyak org...Sisca mmg cantik dan sexy.....
trkadang dua hal ini yg mndatangkan masalah n malapetaka ut Sisca....
Bahkan mmg menjadi sumber masalah dlm hidup Sisca....
Dan tdk bnyk org yg tau bhw Sisca sering mengunjungi Panti Cacat n menyalakn lilin d gereja....
Krn penampilanx yang "WAH", ....
bnyk org mengenal Sisca sbg seorg prmpuan aktiv dan dekat dg kemewahan...
wanita karier yg sukses dan glamour....dan royal thd uang.....
teman2x kebanyakan dari kalangan menengah ke atas....
Bnyk org heran, trmasuk kelrgx .... jika tau Sisca mau mkn d warung2 emperan...
Pernah jg kakakx Sisca bertanya, kenapa sih Sisca mau berteman dg org2 biasa aja...
karena mmg kl d lihat dari penampilan n jika org blom kenal betul...
Sisca d cap permpuan angkuh dan sombong.....
Padahal, sx ud mengenal Sisca....orgx sangat ramah sx...
Sisca mau mengorbankan apa saja ut org2 d sekitarx.....
Pada dasarx Sisca mau belajar ut hdp sama seperti org lain....
Sisca selalu ingin BISA MERASAkan...bukan MERASA BISA

Itulah Sisca org yg terkenal TEGAR, KERAS, TEGAS, ULET...terlihat kuat...
trnyata tdk seperti yg tampak kelihatanx.....tdk seperti XENA.....
tdk ada org yg tahu bhw Sisca bbrp x pernah ingin mngakhiri hidupx.....

Beberapa hari yg lalu Sisca di caci maki oleh seorg teman organisasix.....
Di depan teman2 yg lain.......sisca hny bisa trsenyum n berusaha ut mnjelaskan...
trlihat tegar...bahkan Sisca meminta maaf .....
pdhl teman2 lain jg tau Sisca tdk salah...
mrk lah yg duluan menelpon n krm sms kpd Sisca dg kalimat2 yg tdk terpuji.....
Tp spt biasa Sisca trsenyum n trtawa2.....menampakkan bhw dia tdk trpengaruh dg hal2 spt itu....
Tanpa org tau, setelah itu Sisca hanya bisa menangis d dalam mobilx....
Mau bercerita kpd siapa....Sisca hanyalh seorg prmpuan jomblo yg tdk punya siapa2...
Tdk mungkin bercerita kpd kakak2 atw org tua....
Krn bagi Sisca itulah resikox dia beraktivitas d dunia luar...
tanpa mau melibatkan kelrg dg masalah2x.....
biarlh permasalahan itu dia tanggung sndr....
Permasalahan apapun.....

Nah, inilah hidup....
banyak org yg menyembunyikan kelemahanx, DIBALIK KETEGARANX.....
Tidak sedikit yg berperan sbg SANG PEMBERANI, trnyata adalah seorg yg PENAKUT...
hanya segelintir org yg tdk bisa menutupi siapa dirix sebenarx....
Hanya org2 tertentu yg bisa menyatakan INILAH AKU.....
Mereka yg ingin menyembunyikan KERAPUHANX...
hanyalah mrk yg takut ut DI KERANGKENG dalam SANGKAR KEHIDUPAN....
Tapi dalam Kitab Sucipun ada di katakan bahwa....
Jika engkau berduka, berikanlah senyuman d hadapan banyak org...
Biarlah hanya hatimu yg tahu bhw engkau sdng berduka n menangis.....

Pontianak, 6 Agustus 2009

Jumat, 01 April 2011

RIAK-RIAK KEHIDUPAN

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut

Kumpulan Cerita Mini : Kisah Kehidupan Sosial yang mempunyai latar belakang yang sama yaitu perekonomian yang sulit

“Sudah saatnya kamu kancing rosleting ROK mu NAK, jangan di buka untuk sembarangan lelaki,hargai diri dan tubuhmu, bekerja keraslah jika kamu menginginkan sesuatu, banggalah terhadap hasil yang kamu dapat dengan HALAL, ingat, p'puan malunya di kening, maksudnya apapun yang di buat p'puan lebih kelihatan, jalan hidupmu masih panjang, untuk itu cukupkanlah dirimu dengan perbuatan yang kemarin dan esok mulailah dengan jalan KEBENARAN” ... ungkapan dari seorang ibu untuk anak gadisnya yang cantik dan molek .. tapi si anak gadis tidak pernah sama sekali mau mendengarkan perkataan sang ibu ... karena dia sudah silau oleh gemerlapnya dunia dan uang ... anak gadis itu tak mau lagi hidup menderita seperti sebelum ia tahu bagaimana caranya mempergunakan kecantikannya ... ibu hanya seorang penjahit tradisional dengan mesin jahit biasa, yang pelanggannya hanya orang-orang sekitar kampung, penghasilan si ibu tak seberapa, jika dibandingkan dengan uang yang didapatkannya sekarang ,,,, ia sudah bisa punya mobil sendiri dan merehab rumah ibunya yang dulu cuma ada satu kamar, sekarang rumah ibu sudah berlantai 2 dan sangat menonjol di kampungnya ... ternyata mendapatkan uang sangat gampang baginya, hanya kerlipan mata dengan para bos, rupiah mengalir deras di kantongnya ... haruskah di sia-siakan kesempatan ini pikirnya, aku sudah bosan dengan kehidupan miskin, karena ibu tak pandai memilihkan ayah untukku ... padahal kecantikanku ini warisan dari ibu, tapi karena ibu tak pandai mempergunakannya maka hidupnya sengsara seperti itu ... aku tak ingin lagi menikmati keinginan yang sia-sia seperti waktu kecilku dulu ... aku ingin membalas kesengsaraanku dengan kelebihan yang kumiliki sekarang, itulah tekad gadis cantik itu ... tinggallah sang ibu yang berdoa siang malam supaya anak gadisnya kembali ke jalan yang benar ... 4 Februari 2011

Rembulan meneteskan air matanya, ketika mega berkerudung kelabu, cemeti halilintar memberondong lazuardi dengan laranya .. suara angin bergemuruh dan tiupannya meliuk-liukan pepohonan, bagaikn penari mesir meliukan tubuh indahnya di depan sang baginda ..tiada yang berani menonton gejolak alam itu, hanya seorg kakek renta dengan pelitanya duduk di sebelah pondoknya menunggu cucu perempuannya pulang ... sambil mengkhawatirkan keselamatan sang cucu, Sang kakek berdoa dengan penuh hikmat,.. cucu perempuan yang sangat di sayanginya merupakan satu-satunya darah dagingnya yang masih tertinggal d dunia ini .. peninggalan anak tunggalnya yang sudah tiada karena kecelakaan bus bersama menantunya ... Namun yang di tunggu, tak pernah perduli akan Sang kakek, si cucu sedang menikmati kehangatan bersama kekasihnya di sebuah hotel, ... semakin dingin menusuk, semakin erat ia memeluk kekasihnya, hingga keringat melumuri tubuhnya yang bugil, sampai terlelap... Saat matanya mengerjap, dirasakannya hangat mentari meronai wajah dari kaca jendela .. ia menggeliat .. dan tiba-tiba tersentak, ... Baru disadarinya bahwa hari sudah berganti, ia pun teringat akan sang kakek yang di tinggalkannya sendiri di Pondok Tua di tengah sawah .. bergegas ia pulang untuk menemui sang kakek, dalam hatinya tentulah sang kakek yang penyayang itu mengkhawatirkan dirinya .. Sesampainya di pondok, letih gadis itu memanggil dan mencari kakek, namun kakek tak di temukannya, padahal si cucu datang dengan membawa buah jeruk kesukaan kakeknya hasil dari perbuatannya semalam ... putus Asa gadis itu mencari kakeknya, rasa khawatir mulai merasuk dalam hati, ia mulai berpikir apakah kakek sudah turun ke sawah atau barangkali pergi ke pasar untuk mencari makanan .. segera gadis itu beranjak keluar untuk mencari kakeknya ... saat dia melewati samping pondok, di lihatnya sang kakek sedang duduk d kursi dengan mata terpejam, .. awalnya dia tersenyum senang, di pikirnya kakek sedang tertidur .. tapi setelah beberapa kali di panggil dan digoyangnya, Sang kakek terus diam tak bergerak, sekujur tubuh kakek sudah dingin membeku .... sadarlah ia bahwa kakeknya sudah tiada .. satu-satunya harta hidup di dunia ini yang di milikinya .. penyesalan melanda dirinya, isak tangis tak mampu untuk mengembalikan kakek yang begitu memanjakan dirinya ... Tinggallah ia merenungi nasibnya dan membayangi kesendiriannya ... 1 Maret 2011


Kuyub badan si bocah, d hempas derasnya hujan ... tp tak d gubrisnya dingin merasuk k dinding selnya .. terus d telusurinya pelataran toko yg sepi .. sambil mnggendong kotak semir sepatu, ia brharap satu dua org akan memanggilnya, sekedar memberi recehan uang untuk mmbeli sebungkus nasi yang belum d rasaknnya hari ini .. namun sampai jam berdentang dua belas kali malam itu, tak sepeserpun uang yang di dapatkannya ... wajahnya tampak letih dan pucat, dengan perut yang lapar iapun berjalan gontai meninggalkan pelataran toko itu .. sambil berjalan ia bertanya pada Tuhan, “Tuhan, benarkah Engkau ada, kalau benar, mengapa Engkau tega membuatku sengsara seperti ini, mengapa aku harus terlahir seperti ini, tanpa mengenal siapa ayah dan siapa ibuku, mengapa aku harus sebatangkara, anak-anak seumurku jam begini pada terlelap dan akan terbangun keesokan harinya untuk ke sekolah, sedangkan aku, aku harus berjuang mempertahankan hidupku, ...Tuhan, aku ingin seperti mereka, tidak perlu kaya, tetapi cukup untukku makan dan bersekolah” ... air matapun bercucuran membasahi pipi Sang Bocah ... 1 Maret 2011


Helai demi helai pakaian itu d kuceknya, tak terasa, 2 waskom sudah di selesaikan .. dan ia harus berpindah ke rumah yang lain lagi, untuk melakukan pekerjaan yang sama ... setiap hari perempuan itu harus mengeluarkan tenaganya untuk mencuci pakaian dari rumah ke rumah, hanya demi menambah biaya rumah tangga karena suami yang di PHK, sedangkan 3 orang anaknya masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan sekolah .... demi meneruskan hidup keluarganya dia rela melakukan pekerjaan mencuci dari rumah ke rumah ... tak diperdulikannya lelah yang menghampiri, karena sepulang dari mencuci ia harus mengurus rumahnya sendiri, memasak, membersihkan rumah dan mengurus anak-anak dan suaminya ... sudahlah rutin kerjaan yang dilakukannya seperti itu setiap harinya, harus lagi ia menerima perlakukan dan ucapan-ucapan kasar dari suami yang stress karena tidak mempunyai pekerjaan lagi ...tapi dengan sabar, demi buah hatinya yang masih kecil kecil, ia harus rela menerima semua kemirisan hidup yang sedang di jalaninya ... tak pernah sedikitpun dendam terbersit dihatinya, karena sewaktu suaminya masih bekerja, sang suami hanya hidup berfoya-foya bersama teman-temannya dan perempuan-perempuan malam ...perempuan teguh ini tetap terus menikmati kehidupan barunya itu dengan berusaha untuk sukacita, ikhlas dan tulus ... tak diperdulikannya wajahnya yang cantik akan sirna karena sudah tak terawat lagi ... yang ada di hatinya kini adalah bagaimana ia harus bertahan hidup bersama anak-anaknya ... 2 Maret 2011


Minggu, 27 Maret 2011

KABUT ASAP

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut

Tahun 1997...terjadi KABUT ASAP yang sangat tebal di Pontianak...
di mulai dari akhir Juli s/d awal Oktober 1997.....cukup lama....
dan Kabut Asap itu telah merenggut seorang remaja laki-laki bernama Mark ....
dalam kecelakaan sepeda motor yang terjadi pada dirinya....
Anak yang terlahir tanpa ayah...tak mengenal siapa ayahnya.....
akibat dari pergaulan bebas orang tua ........di didik oleh begitu ramai orang.....
sehingga menjadi anak yang liar, bandel dan tak punya aturan...
mengikuti sang ibu yang menumpang di tempat keluarga..dan berpindah-pindah...
si ibu yang cantik...dengan perawakan tinggi besar, berkulit putih kemerahan seperti indo belanda...berambut pirang dan bermata biru kecoklatan....

Karena haus akan belaian kasih sayang seorg ayah....Mark selalu mncari jati dirinya... mencari perhatian lewat kenakalan-kenakalannya......
hanya ada satu orang yang di seganinya yaitu Adik Kandung Kakeknya dari sebelah ibunya yang di panggilnya Ba'i (kakek) ... ia rajin mengunjungi kakeknya ini..

Walau bandel tapi Mark sangat rajin dan pintar di sekolah......
usia SD dia sudah menjajakan makanan di terminal Bus....
sempat bertemu dengan seorang tantenya (anak dari Ba'i) dan betapa kaget dan pilunya Sang tante saat itu....ada keluarganya yang berjualan seperti ini....sedang mereka hidup dalam kemewahan....berpendidikan dan cukup berhasil dalam hidup.....

Mark, walau lebih di kenal sebagai seorang anak yang bandel...
tapi punya hati nurani dan selalu rela menolong orang lain....
kecelakaan yang merenggutnya pada 8 Agustus 1997....karena keinginannya untuk membantu keluarga....pergi ke sungai rengas karena mau menjemput seorang sepupu.....
tadinya tak ada satu orang pun yaneg bersedia pergi ke Rengas dalam Kabut asap seperti itu....tapi Mark bersedia untuk pergi menjemput saudara perempuannya......

Karena ketebalan Kabut Asap pada saat itu....menyebabkan jarak pandang tidak jauh...
Mark tidak bisa membedakan antara tikungan d jalan lurus.......
sehingga Mark meluncur terus dan terperosok ke dalam kubangan lumpur...
Akhirnya Mark meregang nyawa di lumpur itu....

Kejadian Kabut Asap 12 tahun yang lalu yang di alami Mark...
janganlah sampai ada korban jiwa lagi untuk tahun-tahun berikutnya...
Untuk itu berhati-hatilah....tiakk perlu keluar rumah di malam hari, kalau tidak ada hal yang terlalu penting..
sangat beresiko dalam situasi alam seperti saat ini....
selain musibah kecelakaan.....dapat brpengaruh pada kesehatan .....
terutama pada mata dan paru-paru.....
bagi yang memang harus keluar malam karena pekerjaan atau rutinitas hidup lainnya....tingkatkan saja kewaspadaan dan jangan menganggap remeh dengan Kondisi Alam saat ini.....
Belajarlah untuk menghargai Tuhan yang sudah memberikan Nafas Hidup untuk kita....
Syukurilah anugerah Tuhan yang mnciptakan kita dengan kesempurnaan fisik....
Belajarlah untuk mncintai jiwa dan raga kita.....


Pontianak, 01 Agustus 2009

CATATAN : cerita ini kisah nyata seorg anak remaja

Kepak Lelah Sang Merpati

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut

Indahnya Burung Merpati itu ... Bulunya putih bagaikan salju ..saat ia mengepakkan sayapnya, begitu memukau ... tatapan matanya sayu, mengundang kasih .. Ia terbang, lincah kesana kemari ... paruhnya mematuk membuat penasaran bagi yang melihatnya ... segala aktivitasnya memberi warna dan mampu menyedot beribu mata, seolah ia sengaja memamerkan keindahan setiap gerak lakunya .. merpati putih yang satu ini lebih menyolok dan lebih menonjolkan auranya ... sehingga banyak penggemar Burung yang berlomba ingin memilkinya ... Ramai yang menawarkan sangkar buat Sang Merpati, namun sangkar yang di tawarkan hanyalah sebuah kotak kawat yang hanya mengekang kepak indah Sang Merpati, agar tak lari ... tak perduli Merpati haus dan lapar, si Penggemar hanya menoleh kalau ia ingin melihat ... Namun setiap ada kesempatan, merpati mencoba untuk lari dan terbang tinggi ...


Begitulah perputaran hidup Sang Merpati yang indah itu .. terus berpindah dari sangkar yang satu ke sangkar lainnya ... tiada sangkar yang cocok untuknya .. karena cuma kesengsaraan yang di dapatkan .. ia sudah lelah berganti sangkar dan mengepakkan sayapnya .. sudah tiba saatnya ia beristirahat dari beribu mata yang hanya sekedar ingin menikmatinya tanpa mau memeliharanya dengan baik ..
Ketika Sang Merpati mulai mencari Sangkar yang terbaik untuknya ... ia selalu menemukan Sangkar yg penuh duri dan kotor ... sehingga tak ada tempat untuk ia melepaskan lelah dan lelapnya ... wajar saja merpati itu terus terbang, hinggap dari satu pohon ke pohon lainnya ... akankah ia menemukan SANGKAR EMAS itu ... karena kepaknya sudah lemah untuk melalang buana.

Namun Burung merpati itu harus terus terbang dan mencari tempat dimana ia akan berdiam, karena jika dia tidak mencari sesuatu yang baru, dia tidak akan menemukan tempat berteduh yang aman untuknya . ... dan ketika hembusan angin kuat menerpa, Sang Merpati yang sedang terbang, terjatuh, dan jatuhnya di ujung kaki seorang PETANI... mata indahnya memandang penuh curiga, ... akankah terselamatkan atau bahkan musnah bersama harapan untuk melanjutkan hidupnya ...

Sedangkan lelah tampak di raut wajah Si petani ..keringat mengucur deras dari dahinya ..tapi walau demikian ia terus melakukan rutinitasnya sebagai seorang petani, tanpa kenal lelah dan tajamnya sengat mentari ..ketika tiba-tiba seekor Burung Merpati jatuh d ujung kakinya ..tak tega ia memandang mata indah si merpati, lalu d raihnya dan d belainya dengan penuh kasih, sambil ia berkata "aku akan mencoba merawatmu".

Saat rembulan hadir pada ladang pedesaan, Petani dan burung merpatinya menikmati malam yang indah bersama-sama ... dengan belai kasihnya perlahan petani mengobati luka di sayap merpati dan trauma yang membekas dalam ... terbuai merpati merasakan sentuhan kasih yang sangat di dambakannya, serasa tak ingin terbang lagi ... walau keras kerja Si Petani, namun kelembutan hati terpancar dari sikap dan rasa kasih sayang yang di rasakan sang merpati ...tidak seperti mereka yang lainnya, hidup di perkotaan namun tiada berbelas kasih pada suatu kehidupan ... damai sudah tercium di balik dedaunan karet dan harum jerami menghangatkan hati yang lara .. semoga akan abadi ... Amin

Pontianak, 13 Maret 2011

Rabu, 23 Maret 2011

NYANYIAN ANAK LAUTAN

oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut

Terdengar nyanyian pilu di sana
Bagaikan suara ombak yang merasuki sukma
Menghela perasaan yang tak menentu
Mengikis hati yang menanti

Deburan ombak yang menghempaskan
Bagaikan pisau yang akan mencabik-cabik
Menikam hati sanubari yang paling dalam


Melukai wajah bocah yang tak berdosa

Di sini … di pantai ini
Terlihat seorang anak yang duduk termangu
Menatap laut yang menjanjikan seribu harapan
Dan kebahagiaan yang memukau

Hai perempuan …
Dengarlah nyanyian rindu anakmu
Yang menyayat di kalbu
Seakan akan memanggil kau tuk kembali

Pulanglah kau perempuan
Tataplah mata anakmu
Yang menginginkan sejuta kebahagiaan
Dan sejuta kasih sayang darimu


Pontianak, 8 November 1985 (hari Jum’at )

catatan : Ini merupakan Puisi ku yg pertama
Pernah dimuat di Radio Mondya oleh kak Edo


Minggu, 20 Maret 2011

BIANGLALA KASIH

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut


Petiduranku mulai dingin
Sebab jantung hatiku mulai akan berlalu dan menjauh
Tiada lagi kusutnya sepreiku
Karena tubuhku tak lagi bermakna untuknya
Tatapan jantung hatiku dingin menusuk
Belahan dadaku tak lagi menyiratkan hasratnya yg bagai serigala
Sekejap saja semua berlalu
Bagai mmbalikkan telapak tanganku
Hilang semua kemesraan itu
Tinggallah aku sendiri meratapi cintaku
beribu malamku kan sunyi dan sendiri
hanya rintihan jangrik yg setia mendendangkan lelapku
padahal ku rindu akan lentunan dongeng darimu d setiap kantukku
keinginan di sapa dalam belai kasihmu seperti merindukan mentari terbit dari barat


Akupun mulai merambah alam harapan
Gulita menyelubungi senyum
Kunang-kunang duka yang terlihat
Dawai kehidupan tak lagi menyiratkan canda
Yang tercipta hanya lagu angkara dan melodi ketegangan
Apalagi yang harus dipertahankan
Jika damai kosong di jiwa yang lelah
Duri curiga tumbuh belantara di kalbu
Semak keegoisan meraja pada kepala yang sama bebal
Mungkin sudah tiba waktunya aku bangkit dan berjalan
Tanpa harus menoleh lagi

Kini aku merasa hanyalah bianglala
Melukis harinya disaat jenuh melanda
Ketika tersentak dari lamunannya
Kembali pada realita dan membatasi ruang geraknya
Mulai kekhawatiran tersisip di relung hatinya
Berawal dari dirinya sendiri
yang menyenandungkan hadirnya aku pada lingkungannya
Sekarang menjadi salah dan serba salah untukku

Saat Sangkakala perpisahan mulai akan di tiup
Aku bangkit dari keterpurukan tanpa airmata
Tanpa ingin menoleh ke belakang
Mulai menyusuri lorong-lorong kehidupan
Dengan kemandirian, tegar, tegas dan keras
Aku mulai bangkit dari liang kesedihan ini
Kan kuhapus semua kisah ini
Mencoba berlalu tanpa mengenang kembali
Bahwa pernah ada kisah yang unik bersamamu

Pontianak, 25 Oktober 2009

Sabtu, 19 Maret 2011

Adat Istiadat Mendirikan Rumah Betang / Soo Langke pada Suku Dayak Taman

Soo Langke (Rumah Panjang/Betang) sudah menjadi ciri khas serta identitas Suku Daya' Taman. Dari sejak dahulu masyarakat Daya' Taman hidup mengelompok pada tempat-tempat tertentu, kehidupan mengelompok itu untuk memudahkan dalam menghadapi berbagai keperluan dan tantangan hidup serta ancaman sehingga dapat diselesaikan secara bersama-sama atau senasib sepenanggungan. Soo langke (rumah Panjang/Betang) merupakan lambang dari kebersamaan, persatuan, keutuhan, toleransi kegotongroyongan dan peradaban serta budaya Suku Daya' pada umumnya dan masyarakat adat Daya'taman khususnya.

Selain itu terdapat nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam kehidupan di Rumah Panjang/ Betang yang secara jelas tercermin bahwa jiwa dan kepribadian yang melekat dalam setiap individu masyarakat Daya' adalah jiwa dan kepribadian yang menjunjung tinggi peraturan, bertoleransi tinggi, terbuka dan mengedepankan rasa dan prilaku cinta kasih berlandaskan moral tanggung jawab baik terhadap sesama, kepada alam dan kepada Allatala (sang pencipta). Setiap mendirikan/ membangun Soo Langke (Rumah Panjang/ Betang) terlebih dahulu di lakukan KOMBONG (musyawrah) menentukan letak tempat rumah, melaksanakan acara adat, pemilihan bahan rumah, waktu yang baik menurut hitungan dan kepercayaan nenek moyang. Selain itu pemilihan bahan bangunan dan tempat mencari mengerjakan dibicarakan secara bersama.


Setelah selesai membangun Rumah Betang diadakan adat prosesi, Membasai Saran, Gawai Mamasi Soo sebagai wujud ungkapan syukur kepada Allatala dan terima kasih kepada Beo'-beo' yang memberikan pertanda dan minta kepada sumangat atau arwah para leluhur agar bangunan rumah Betang yang baru dibangun membawa keselamatan, rejeki dan terhindar dari malapetaka.

Akhir-akhir ini karena pertimbangan bahaya kebakaran, kebersihan dan kesehatan, masyarakat Adat Daya Taman cenderung masing-masing membuat rumah tinggal menjadi pemukiman dalam bentuk perkampungan.
Sungguhpun demikian bukan berarti sikap dan perilaku berubah menjadi individualisme dan prosesi adat ditinggalkan bahkan sikap gotong royong dalam mendirikan rumah, membuat jalan, berladang dan berbagai kegiatan untuk kepentingan umum tetap terjaga dalam suasana serta nuansa kehidupan masyarakat adat yang harmonis.

Prosesi padeng payu Soo Langke :
1. Mambele (melihat) lokasi dengan cara membawa tanah segenggam dan dibawa tidur dengan tujuan untuk mendapatkan mimpi yang baik.

2. Marere tana' disertai dengan cara maban tanah dengan kayu pulut suman serta disertai dengan isombaang, mangantung pamindara dan taba' jauum barulah d pakadeng tiang pertama.

3.Setelah selesai dan telah ditempati oleh pemiliknya maka barulah diadakan gawai mambasai saran.

4. Tiga tahun kemudian barulah dapat dilakukan mamasi soo dan tergantung dari kesiapan dari pemilik Betang (soo langke).

5. Diatas Rumah Betang (soo langke) yang belum melakukan mamasi soo belum boleh dilakukan gawai raa.


Sumber : 1. Buku Adat Istiadat dan hukum Adat Daya' Taman Kab. Kapuas Hulu Kal Bar
2. ID. Soeryamassoeka


Kamis, 03 Maret 2011

Bangkitlah Garudaku

oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut


Celoteh anak-anak burung, sinis menggema di ruang kehidupan
Keterpurukan mengais nafkah semakin menimbulkan hasrat untuk saling membunuh.
Garudaku yang dulu tegar membentang, sudah mulai terkulai dan hampir tak berdaya,
karena di gerogoti oleh egois dan nurani yang kosong.
Banyak Pahlawan bertebaran yang membuat SAMPAN ini tenggelam.
Kawan, mari kita budidayakan DAMAI, isi nurani dengan kebajikan
Sehingga GARUDA kita tetap kokoh seperti waktu kita kecil dulu.

Tidak perlu mempermasalahkan kebhinekaan yg sudah lama tercipta,
Hargai buah pikiran para pendahulu,
Merah Putih berkibar, bukan karena satu suku dan satu agama.
Dalam mengibarkan Sang SAKA, begitu banyak darah saudara2ku yang menjadi korban.
Mereka datang dari berbagai pelosok NUSANTARA.
Haruskah kita tak perdulikan pengorbanan mereka,
Ingat,hanya dengan BAMBU RUNCING dan PERSATUAN yang teguh, Proklamasi bisa terlaksana

Rasakanlah nikmatx detik-detik PROKLAMASI, mengalir deras dalam darah kita.
Hingga gandengan tangan kita kokoh dan takkan terlepas.
Biarlah BHINNEKA membuat indah dalam persaudaraan
Resapilah lentuanan RAYUAN PULAU KELAPA dalam dada,
Dan ketika hasutan segelintir manusia2 yang bertopeng monyet berdatangan,
GENGGAMLAH selalu syair SATU NUSA SATU BANGSA.

Hidup ini adalah indah ketika kita membuatnya indah,
Segarnya harum PERDAMAIAN, akan menambah Romantisnya bernegara
Hanya boleh kuntum kuntum MELATI yang bertebaran di Pangkuan Ibu PERTIWI,
Sudah tidak lazim lagi anyir darah peperangan menyertai era globalisasi.
Bulatkan tekad dan satukan langkah hanya untuk Indonesia Merdeka ...

Pontianak, 24 Oktober 2010

Rabu, 02 Maret 2011

SEBONGKAH BERLIAN DI TANAH INTAN

oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut

Kemilau putra desa silau bersinar, tatkala pertama bertemu, kecerdasan terpancar pada sorot mata kelamnya, kharisma sebagai pemimpin sejati berkarakter tampak di wajahnya yang tirus, lelaki yang cerdas dan tegas namun penuh dengan kerendahan hati menyapa setiap berjumpa dengan para sepuh, berjabat tangan dengan para ibu, tersenyum kepada kami para rakyat jelata ini. Terharu hati menemukan keramahan seorang intelektual DAYAK. Walau gelar sudah sampai DOKTOR namun kepalanya selalu merunduk bagai batang padi yang berisi.
Riuh angin kencang bertiup, meliuk-liukan pepohonan di ranah Ngabang, riuh juga desingan suara-suara bernyanyi yang ingin merobohkan singgasanamu karena kedengkian yang menggunung di hati para tamak serakah, yang tak mampu berbuat namun lidah mereka menghasut ribuan orang untuk menggerogoti dan mnggoyang tahtamu. Dengan senyumanmu yang tulus, dengan keramahanmu yang menyejukkan segala lidah yang menari benci, segala wajah yang tersembunyi topeng, perlahan kau sibak dengan bijak mu. Mengalah berarti menang, memberkati berarti memperoleh BERKAH, hidup ini bukanlah harus saling membalas, itulah prinsipmu sebagai seorang pemimpin.

Rangkaian kasih kau taburkan pada ladang harapan rakyatmu, perlahan kau susun batu dan kerikil pada jalan kemakmuran yang sebelumnya sudah di rintis oleh pendahulumu, walau belum mencapai ISTANA KESEJAHTERAAN, tapi jalan ini sudah mulai dapat di jalani oleh nafas-nafas yang hampir putus asa karena sekian waktu tak ada jamahan dari PENGUASA. ORDEBARU telah menciptakan peti-peti kematian untuk rakyatmu, tak terperhatikan dan tak terurus sehingga berkeliaran para perampas untuk sekedar berjuang mempertahankan nyawa-nyawa yang lapar. Berkat jamahan bijak dan sabarmu, perlahan kehidupan yang sekarat mulai bugar seperti zaman leluhur dulu, di mana daun belian dan tengkawang masih merdu bernyanyi, gemulai karet masih meliuk riuh memberikan kesegaran pada kehidupan masyarakat pedalaman waktu itu.

Hadirmu telah menyulap ladang pedesaan menjadi riuh. Udara kota telah lahir pada desa-desa di mana dulu hati miris melihat saudaraku terbenam pada lumpur kebodohan. Pemuda pemudi harapan Kota Intan mulai melangkah penuh percaya diri, karena kini lapangan pekerjaan sudah bisa menampung sebagian dari mereka. Bahkan kau pilih yang bernas untuk mengenyam pendidikan di tanah Jawa dengan maksud supaya Landakmu semakin bernilai karena kemilaunya.

Sungguh keras kau berupaya untuk menaikkan harkat dan martabat rakyatmu di mata dunia, tanpa merasakan letih dan tersitanya waktu istirahatmu, namun terus berusaha dan berjuang demi masa depan GARUDAmu di kabupaten yang terlihat hanya sebuah titik pada peta di wilayah NKRI.

Mega yang dulu suram di Landak, berangsur cerah, seakan Restu dari Ilahi atas karyamu terlukis pada Lazuardi. Bianglala yang ikut meronai seperti malaikat yang selalu memberikan ide di saat pikiranmu buntu. Ketika gulita tiba, Kepalamu tetap beraktivitas, berpikir dan merenungkan masa depan benih-benih bangsa yang harus engkau perjuangkan, yang harus kau hantarkan menuju kader-kader penggantimu kelak. Waktu dalam sehari seakan tidak cukup hanya 24 jam untukmu, selalu kurang karena gerilya dalam hidupmu yang tiada henti.

Lelah yang tergurat dari garis-garis wajahmu akan sirna tatkala melihat senyum lembut dari isteri yang setia mendampingimu 25 tahun lamanya dan dengan di dampingi tiga bidadari yang cantik, ia relakan waktunya untuk bercanda bersamamu terampas oleh rakyatmu. Wajar saja akhirnya engkau membalasnya dengan kesetiaan dan kasih sayang yang takkan hilang sepanjang masa, baktinya untukmu dalam pelayanan sebagai seorang ibu dan istri telah membuatmu selalu bergairah jika lelah mulai menjemputmu. Dengan raut keibuannya yang selalu tersenyum dengan tulus, dia siap selalu mendampingimu sebagai Pimpinan di Landak.

Keyakinanmu pada JUBATA, menggiringmu ke pintu sukses yang diharapkan supaya engkau juga membawa rakyatmu dalam kesuksesan itu. Keseharianmu hanya berjalan di atas injil dengan berpedoman AKU DATANG UNTUK MELAYANI, BUKAN UNTUK DILAYANI. Talenta yang diberi kepadamu telah kau taburkan pada rakyatmu, karyamu menunjukkan bahwa engkau telah bersaksi tentang KERAJAAN ALLAH.

Jangan pernah sekalipun kau lelah membimbing kami yang selalu membutuhkan uluranmu, jauhkan segala putus asa yang mungkin terkadang hadir di benakmu. Tegarlah wahai BAPAK PANUTAN kami, bawalah selalu semangat RUMAH BETANG dalam kepemimpinanmu, bercelotehlah pada dunia tentang DAYAKmu yang selalu dicemooh dan di hina. Bawalah kami dalam kehidupan sebagai orang MERDEKA, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan suatu KEMERDEKAAN itu, karena kami ingin merdeka untuk berbuat baik dan berguna, bukan merdeka untuk kepentingan diri sendiri.

Pak ADRI ..... Hidup ini adalah sebuah PETUALANGAN HEBAT dan PERJUANGAN ABADI, rutinitas hanya satu sisi kehidupan, biarkan KASIH melimpah pada sisi kehidupan yang lain, agar tiada jenuh yang melanda, dan komunikasi dengan ILAHI melalui DOA adalah keharusan, sehingga DAMAI selalu mengisi BATIN kita.

Pontianak, 19 Desember 2010

Catatan : saya di minta untuk menulis tentang kesan2 selama mengenal Bp. Adrianus Sidot (Bupati Landak) sebanyak 700 kata untuk di terbitkan bersama pengarang lainnya dalam buku Hornvill van Landak, buku ini di launching pada tgl 2 Februari 2011, bertepatan dengan ULTAH beliau ke 50