Minggu, 27 Maret 2011

KABUT ASAP

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut

Tahun 1997...terjadi KABUT ASAP yang sangat tebal di Pontianak...
di mulai dari akhir Juli s/d awal Oktober 1997.....cukup lama....
dan Kabut Asap itu telah merenggut seorang remaja laki-laki bernama Mark ....
dalam kecelakaan sepeda motor yang terjadi pada dirinya....
Anak yang terlahir tanpa ayah...tak mengenal siapa ayahnya.....
akibat dari pergaulan bebas orang tua ........di didik oleh begitu ramai orang.....
sehingga menjadi anak yang liar, bandel dan tak punya aturan...
mengikuti sang ibu yang menumpang di tempat keluarga..dan berpindah-pindah...
si ibu yang cantik...dengan perawakan tinggi besar, berkulit putih kemerahan seperti indo belanda...berambut pirang dan bermata biru kecoklatan....

Karena haus akan belaian kasih sayang seorg ayah....Mark selalu mncari jati dirinya... mencari perhatian lewat kenakalan-kenakalannya......
hanya ada satu orang yang di seganinya yaitu Adik Kandung Kakeknya dari sebelah ibunya yang di panggilnya Ba'i (kakek) ... ia rajin mengunjungi kakeknya ini..

Walau bandel tapi Mark sangat rajin dan pintar di sekolah......
usia SD dia sudah menjajakan makanan di terminal Bus....
sempat bertemu dengan seorang tantenya (anak dari Ba'i) dan betapa kaget dan pilunya Sang tante saat itu....ada keluarganya yang berjualan seperti ini....sedang mereka hidup dalam kemewahan....berpendidikan dan cukup berhasil dalam hidup.....

Mark, walau lebih di kenal sebagai seorang anak yang bandel...
tapi punya hati nurani dan selalu rela menolong orang lain....
kecelakaan yang merenggutnya pada 8 Agustus 1997....karena keinginannya untuk membantu keluarga....pergi ke sungai rengas karena mau menjemput seorang sepupu.....
tadinya tak ada satu orang pun yaneg bersedia pergi ke Rengas dalam Kabut asap seperti itu....tapi Mark bersedia untuk pergi menjemput saudara perempuannya......

Karena ketebalan Kabut Asap pada saat itu....menyebabkan jarak pandang tidak jauh...
Mark tidak bisa membedakan antara tikungan d jalan lurus.......
sehingga Mark meluncur terus dan terperosok ke dalam kubangan lumpur...
Akhirnya Mark meregang nyawa di lumpur itu....

Kejadian Kabut Asap 12 tahun yang lalu yang di alami Mark...
janganlah sampai ada korban jiwa lagi untuk tahun-tahun berikutnya...
Untuk itu berhati-hatilah....tiakk perlu keluar rumah di malam hari, kalau tidak ada hal yang terlalu penting..
sangat beresiko dalam situasi alam seperti saat ini....
selain musibah kecelakaan.....dapat brpengaruh pada kesehatan .....
terutama pada mata dan paru-paru.....
bagi yang memang harus keluar malam karena pekerjaan atau rutinitas hidup lainnya....tingkatkan saja kewaspadaan dan jangan menganggap remeh dengan Kondisi Alam saat ini.....
Belajarlah untuk menghargai Tuhan yang sudah memberikan Nafas Hidup untuk kita....
Syukurilah anugerah Tuhan yang mnciptakan kita dengan kesempurnaan fisik....
Belajarlah untuk mncintai jiwa dan raga kita.....


Pontianak, 01 Agustus 2009

CATATAN : cerita ini kisah nyata seorg anak remaja

Kepak Lelah Sang Merpati

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut

Indahnya Burung Merpati itu ... Bulunya putih bagaikan salju ..saat ia mengepakkan sayapnya, begitu memukau ... tatapan matanya sayu, mengundang kasih .. Ia terbang, lincah kesana kemari ... paruhnya mematuk membuat penasaran bagi yang melihatnya ... segala aktivitasnya memberi warna dan mampu menyedot beribu mata, seolah ia sengaja memamerkan keindahan setiap gerak lakunya .. merpati putih yang satu ini lebih menyolok dan lebih menonjolkan auranya ... sehingga banyak penggemar Burung yang berlomba ingin memilkinya ... Ramai yang menawarkan sangkar buat Sang Merpati, namun sangkar yang di tawarkan hanyalah sebuah kotak kawat yang hanya mengekang kepak indah Sang Merpati, agar tak lari ... tak perduli Merpati haus dan lapar, si Penggemar hanya menoleh kalau ia ingin melihat ... Namun setiap ada kesempatan, merpati mencoba untuk lari dan terbang tinggi ...


Begitulah perputaran hidup Sang Merpati yang indah itu .. terus berpindah dari sangkar yang satu ke sangkar lainnya ... tiada sangkar yang cocok untuknya .. karena cuma kesengsaraan yang di dapatkan .. ia sudah lelah berganti sangkar dan mengepakkan sayapnya .. sudah tiba saatnya ia beristirahat dari beribu mata yang hanya sekedar ingin menikmatinya tanpa mau memeliharanya dengan baik ..
Ketika Sang Merpati mulai mencari Sangkar yang terbaik untuknya ... ia selalu menemukan Sangkar yg penuh duri dan kotor ... sehingga tak ada tempat untuk ia melepaskan lelah dan lelapnya ... wajar saja merpati itu terus terbang, hinggap dari satu pohon ke pohon lainnya ... akankah ia menemukan SANGKAR EMAS itu ... karena kepaknya sudah lemah untuk melalang buana.

Namun Burung merpati itu harus terus terbang dan mencari tempat dimana ia akan berdiam, karena jika dia tidak mencari sesuatu yang baru, dia tidak akan menemukan tempat berteduh yang aman untuknya . ... dan ketika hembusan angin kuat menerpa, Sang Merpati yang sedang terbang, terjatuh, dan jatuhnya di ujung kaki seorang PETANI... mata indahnya memandang penuh curiga, ... akankah terselamatkan atau bahkan musnah bersama harapan untuk melanjutkan hidupnya ...

Sedangkan lelah tampak di raut wajah Si petani ..keringat mengucur deras dari dahinya ..tapi walau demikian ia terus melakukan rutinitasnya sebagai seorang petani, tanpa kenal lelah dan tajamnya sengat mentari ..ketika tiba-tiba seekor Burung Merpati jatuh d ujung kakinya ..tak tega ia memandang mata indah si merpati, lalu d raihnya dan d belainya dengan penuh kasih, sambil ia berkata "aku akan mencoba merawatmu".

Saat rembulan hadir pada ladang pedesaan, Petani dan burung merpatinya menikmati malam yang indah bersama-sama ... dengan belai kasihnya perlahan petani mengobati luka di sayap merpati dan trauma yang membekas dalam ... terbuai merpati merasakan sentuhan kasih yang sangat di dambakannya, serasa tak ingin terbang lagi ... walau keras kerja Si Petani, namun kelembutan hati terpancar dari sikap dan rasa kasih sayang yang di rasakan sang merpati ...tidak seperti mereka yang lainnya, hidup di perkotaan namun tiada berbelas kasih pada suatu kehidupan ... damai sudah tercium di balik dedaunan karet dan harum jerami menghangatkan hati yang lara .. semoga akan abadi ... Amin

Pontianak, 13 Maret 2011

Rabu, 23 Maret 2011

NYANYIAN ANAK LAUTAN

oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut

Terdengar nyanyian pilu di sana
Bagaikan suara ombak yang merasuki sukma
Menghela perasaan yang tak menentu
Mengikis hati yang menanti

Deburan ombak yang menghempaskan
Bagaikan pisau yang akan mencabik-cabik
Menikam hati sanubari yang paling dalam


Melukai wajah bocah yang tak berdosa

Di sini … di pantai ini
Terlihat seorang anak yang duduk termangu
Menatap laut yang menjanjikan seribu harapan
Dan kebahagiaan yang memukau

Hai perempuan …
Dengarlah nyanyian rindu anakmu
Yang menyayat di kalbu
Seakan akan memanggil kau tuk kembali

Pulanglah kau perempuan
Tataplah mata anakmu
Yang menginginkan sejuta kebahagiaan
Dan sejuta kasih sayang darimu


Pontianak, 8 November 1985 (hari Jum’at )

catatan : Ini merupakan Puisi ku yg pertama
Pernah dimuat di Radio Mondya oleh kak Edo


Minggu, 20 Maret 2011

BIANGLALA KASIH

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut


Petiduranku mulai dingin
Sebab jantung hatiku mulai akan berlalu dan menjauh
Tiada lagi kusutnya sepreiku
Karena tubuhku tak lagi bermakna untuknya
Tatapan jantung hatiku dingin menusuk
Belahan dadaku tak lagi menyiratkan hasratnya yg bagai serigala
Sekejap saja semua berlalu
Bagai mmbalikkan telapak tanganku
Hilang semua kemesraan itu
Tinggallah aku sendiri meratapi cintaku
beribu malamku kan sunyi dan sendiri
hanya rintihan jangrik yg setia mendendangkan lelapku
padahal ku rindu akan lentunan dongeng darimu d setiap kantukku
keinginan di sapa dalam belai kasihmu seperti merindukan mentari terbit dari barat


Akupun mulai merambah alam harapan
Gulita menyelubungi senyum
Kunang-kunang duka yang terlihat
Dawai kehidupan tak lagi menyiratkan canda
Yang tercipta hanya lagu angkara dan melodi ketegangan
Apalagi yang harus dipertahankan
Jika damai kosong di jiwa yang lelah
Duri curiga tumbuh belantara di kalbu
Semak keegoisan meraja pada kepala yang sama bebal
Mungkin sudah tiba waktunya aku bangkit dan berjalan
Tanpa harus menoleh lagi

Kini aku merasa hanyalah bianglala
Melukis harinya disaat jenuh melanda
Ketika tersentak dari lamunannya
Kembali pada realita dan membatasi ruang geraknya
Mulai kekhawatiran tersisip di relung hatinya
Berawal dari dirinya sendiri
yang menyenandungkan hadirnya aku pada lingkungannya
Sekarang menjadi salah dan serba salah untukku

Saat Sangkakala perpisahan mulai akan di tiup
Aku bangkit dari keterpurukan tanpa airmata
Tanpa ingin menoleh ke belakang
Mulai menyusuri lorong-lorong kehidupan
Dengan kemandirian, tegar, tegas dan keras
Aku mulai bangkit dari liang kesedihan ini
Kan kuhapus semua kisah ini
Mencoba berlalu tanpa mengenang kembali
Bahwa pernah ada kisah yang unik bersamamu

Pontianak, 25 Oktober 2009

Sabtu, 19 Maret 2011

Adat Istiadat Mendirikan Rumah Betang / Soo Langke pada Suku Dayak Taman

Soo Langke (Rumah Panjang/Betang) sudah menjadi ciri khas serta identitas Suku Daya' Taman. Dari sejak dahulu masyarakat Daya' Taman hidup mengelompok pada tempat-tempat tertentu, kehidupan mengelompok itu untuk memudahkan dalam menghadapi berbagai keperluan dan tantangan hidup serta ancaman sehingga dapat diselesaikan secara bersama-sama atau senasib sepenanggungan. Soo langke (rumah Panjang/Betang) merupakan lambang dari kebersamaan, persatuan, keutuhan, toleransi kegotongroyongan dan peradaban serta budaya Suku Daya' pada umumnya dan masyarakat adat Daya'taman khususnya.

Selain itu terdapat nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam kehidupan di Rumah Panjang/ Betang yang secara jelas tercermin bahwa jiwa dan kepribadian yang melekat dalam setiap individu masyarakat Daya' adalah jiwa dan kepribadian yang menjunjung tinggi peraturan, bertoleransi tinggi, terbuka dan mengedepankan rasa dan prilaku cinta kasih berlandaskan moral tanggung jawab baik terhadap sesama, kepada alam dan kepada Allatala (sang pencipta). Setiap mendirikan/ membangun Soo Langke (Rumah Panjang/ Betang) terlebih dahulu di lakukan KOMBONG (musyawrah) menentukan letak tempat rumah, melaksanakan acara adat, pemilihan bahan rumah, waktu yang baik menurut hitungan dan kepercayaan nenek moyang. Selain itu pemilihan bahan bangunan dan tempat mencari mengerjakan dibicarakan secara bersama.


Setelah selesai membangun Rumah Betang diadakan adat prosesi, Membasai Saran, Gawai Mamasi Soo sebagai wujud ungkapan syukur kepada Allatala dan terima kasih kepada Beo'-beo' yang memberikan pertanda dan minta kepada sumangat atau arwah para leluhur agar bangunan rumah Betang yang baru dibangun membawa keselamatan, rejeki dan terhindar dari malapetaka.

Akhir-akhir ini karena pertimbangan bahaya kebakaran, kebersihan dan kesehatan, masyarakat Adat Daya Taman cenderung masing-masing membuat rumah tinggal menjadi pemukiman dalam bentuk perkampungan.
Sungguhpun demikian bukan berarti sikap dan perilaku berubah menjadi individualisme dan prosesi adat ditinggalkan bahkan sikap gotong royong dalam mendirikan rumah, membuat jalan, berladang dan berbagai kegiatan untuk kepentingan umum tetap terjaga dalam suasana serta nuansa kehidupan masyarakat adat yang harmonis.

Prosesi padeng payu Soo Langke :
1. Mambele (melihat) lokasi dengan cara membawa tanah segenggam dan dibawa tidur dengan tujuan untuk mendapatkan mimpi yang baik.

2. Marere tana' disertai dengan cara maban tanah dengan kayu pulut suman serta disertai dengan isombaang, mangantung pamindara dan taba' jauum barulah d pakadeng tiang pertama.

3.Setelah selesai dan telah ditempati oleh pemiliknya maka barulah diadakan gawai mambasai saran.

4. Tiga tahun kemudian barulah dapat dilakukan mamasi soo dan tergantung dari kesiapan dari pemilik Betang (soo langke).

5. Diatas Rumah Betang (soo langke) yang belum melakukan mamasi soo belum boleh dilakukan gawai raa.


Sumber : 1. Buku Adat Istiadat dan hukum Adat Daya' Taman Kab. Kapuas Hulu Kal Bar
2. ID. Soeryamassoeka


Kamis, 03 Maret 2011

Bangkitlah Garudaku

oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut


Celoteh anak-anak burung, sinis menggema di ruang kehidupan
Keterpurukan mengais nafkah semakin menimbulkan hasrat untuk saling membunuh.
Garudaku yang dulu tegar membentang, sudah mulai terkulai dan hampir tak berdaya,
karena di gerogoti oleh egois dan nurani yang kosong.
Banyak Pahlawan bertebaran yang membuat SAMPAN ini tenggelam.
Kawan, mari kita budidayakan DAMAI, isi nurani dengan kebajikan
Sehingga GARUDA kita tetap kokoh seperti waktu kita kecil dulu.

Tidak perlu mempermasalahkan kebhinekaan yg sudah lama tercipta,
Hargai buah pikiran para pendahulu,
Merah Putih berkibar, bukan karena satu suku dan satu agama.
Dalam mengibarkan Sang SAKA, begitu banyak darah saudara2ku yang menjadi korban.
Mereka datang dari berbagai pelosok NUSANTARA.
Haruskah kita tak perdulikan pengorbanan mereka,
Ingat,hanya dengan BAMBU RUNCING dan PERSATUAN yang teguh, Proklamasi bisa terlaksana

Rasakanlah nikmatx detik-detik PROKLAMASI, mengalir deras dalam darah kita.
Hingga gandengan tangan kita kokoh dan takkan terlepas.
Biarlah BHINNEKA membuat indah dalam persaudaraan
Resapilah lentuanan RAYUAN PULAU KELAPA dalam dada,
Dan ketika hasutan segelintir manusia2 yang bertopeng monyet berdatangan,
GENGGAMLAH selalu syair SATU NUSA SATU BANGSA.

Hidup ini adalah indah ketika kita membuatnya indah,
Segarnya harum PERDAMAIAN, akan menambah Romantisnya bernegara
Hanya boleh kuntum kuntum MELATI yang bertebaran di Pangkuan Ibu PERTIWI,
Sudah tidak lazim lagi anyir darah peperangan menyertai era globalisasi.
Bulatkan tekad dan satukan langkah hanya untuk Indonesia Merdeka ...

Pontianak, 24 Oktober 2010

Rabu, 02 Maret 2011

SEBONGKAH BERLIAN DI TANAH INTAN

oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut

Kemilau putra desa silau bersinar, tatkala pertama bertemu, kecerdasan terpancar pada sorot mata kelamnya, kharisma sebagai pemimpin sejati berkarakter tampak di wajahnya yang tirus, lelaki yang cerdas dan tegas namun penuh dengan kerendahan hati menyapa setiap berjumpa dengan para sepuh, berjabat tangan dengan para ibu, tersenyum kepada kami para rakyat jelata ini. Terharu hati menemukan keramahan seorang intelektual DAYAK. Walau gelar sudah sampai DOKTOR namun kepalanya selalu merunduk bagai batang padi yang berisi.
Riuh angin kencang bertiup, meliuk-liukan pepohonan di ranah Ngabang, riuh juga desingan suara-suara bernyanyi yang ingin merobohkan singgasanamu karena kedengkian yang menggunung di hati para tamak serakah, yang tak mampu berbuat namun lidah mereka menghasut ribuan orang untuk menggerogoti dan mnggoyang tahtamu. Dengan senyumanmu yang tulus, dengan keramahanmu yang menyejukkan segala lidah yang menari benci, segala wajah yang tersembunyi topeng, perlahan kau sibak dengan bijak mu. Mengalah berarti menang, memberkati berarti memperoleh BERKAH, hidup ini bukanlah harus saling membalas, itulah prinsipmu sebagai seorang pemimpin.

Rangkaian kasih kau taburkan pada ladang harapan rakyatmu, perlahan kau susun batu dan kerikil pada jalan kemakmuran yang sebelumnya sudah di rintis oleh pendahulumu, walau belum mencapai ISTANA KESEJAHTERAAN, tapi jalan ini sudah mulai dapat di jalani oleh nafas-nafas yang hampir putus asa karena sekian waktu tak ada jamahan dari PENGUASA. ORDEBARU telah menciptakan peti-peti kematian untuk rakyatmu, tak terperhatikan dan tak terurus sehingga berkeliaran para perampas untuk sekedar berjuang mempertahankan nyawa-nyawa yang lapar. Berkat jamahan bijak dan sabarmu, perlahan kehidupan yang sekarat mulai bugar seperti zaman leluhur dulu, di mana daun belian dan tengkawang masih merdu bernyanyi, gemulai karet masih meliuk riuh memberikan kesegaran pada kehidupan masyarakat pedalaman waktu itu.

Hadirmu telah menyulap ladang pedesaan menjadi riuh. Udara kota telah lahir pada desa-desa di mana dulu hati miris melihat saudaraku terbenam pada lumpur kebodohan. Pemuda pemudi harapan Kota Intan mulai melangkah penuh percaya diri, karena kini lapangan pekerjaan sudah bisa menampung sebagian dari mereka. Bahkan kau pilih yang bernas untuk mengenyam pendidikan di tanah Jawa dengan maksud supaya Landakmu semakin bernilai karena kemilaunya.

Sungguh keras kau berupaya untuk menaikkan harkat dan martabat rakyatmu di mata dunia, tanpa merasakan letih dan tersitanya waktu istirahatmu, namun terus berusaha dan berjuang demi masa depan GARUDAmu di kabupaten yang terlihat hanya sebuah titik pada peta di wilayah NKRI.

Mega yang dulu suram di Landak, berangsur cerah, seakan Restu dari Ilahi atas karyamu terlukis pada Lazuardi. Bianglala yang ikut meronai seperti malaikat yang selalu memberikan ide di saat pikiranmu buntu. Ketika gulita tiba, Kepalamu tetap beraktivitas, berpikir dan merenungkan masa depan benih-benih bangsa yang harus engkau perjuangkan, yang harus kau hantarkan menuju kader-kader penggantimu kelak. Waktu dalam sehari seakan tidak cukup hanya 24 jam untukmu, selalu kurang karena gerilya dalam hidupmu yang tiada henti.

Lelah yang tergurat dari garis-garis wajahmu akan sirna tatkala melihat senyum lembut dari isteri yang setia mendampingimu 25 tahun lamanya dan dengan di dampingi tiga bidadari yang cantik, ia relakan waktunya untuk bercanda bersamamu terampas oleh rakyatmu. Wajar saja akhirnya engkau membalasnya dengan kesetiaan dan kasih sayang yang takkan hilang sepanjang masa, baktinya untukmu dalam pelayanan sebagai seorang ibu dan istri telah membuatmu selalu bergairah jika lelah mulai menjemputmu. Dengan raut keibuannya yang selalu tersenyum dengan tulus, dia siap selalu mendampingimu sebagai Pimpinan di Landak.

Keyakinanmu pada JUBATA, menggiringmu ke pintu sukses yang diharapkan supaya engkau juga membawa rakyatmu dalam kesuksesan itu. Keseharianmu hanya berjalan di atas injil dengan berpedoman AKU DATANG UNTUK MELAYANI, BUKAN UNTUK DILAYANI. Talenta yang diberi kepadamu telah kau taburkan pada rakyatmu, karyamu menunjukkan bahwa engkau telah bersaksi tentang KERAJAAN ALLAH.

Jangan pernah sekalipun kau lelah membimbing kami yang selalu membutuhkan uluranmu, jauhkan segala putus asa yang mungkin terkadang hadir di benakmu. Tegarlah wahai BAPAK PANUTAN kami, bawalah selalu semangat RUMAH BETANG dalam kepemimpinanmu, bercelotehlah pada dunia tentang DAYAKmu yang selalu dicemooh dan di hina. Bawalah kami dalam kehidupan sebagai orang MERDEKA, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan suatu KEMERDEKAAN itu, karena kami ingin merdeka untuk berbuat baik dan berguna, bukan merdeka untuk kepentingan diri sendiri.

Pak ADRI ..... Hidup ini adalah sebuah PETUALANGAN HEBAT dan PERJUANGAN ABADI, rutinitas hanya satu sisi kehidupan, biarkan KASIH melimpah pada sisi kehidupan yang lain, agar tiada jenuh yang melanda, dan komunikasi dengan ILAHI melalui DOA adalah keharusan, sehingga DAMAI selalu mengisi BATIN kita.

Pontianak, 19 Desember 2010

Catatan : saya di minta untuk menulis tentang kesan2 selama mengenal Bp. Adrianus Sidot (Bupati Landak) sebanyak 700 kata untuk di terbitkan bersama pengarang lainnya dalam buku Hornvill van Landak, buku ini di launching pada tgl 2 Februari 2011, bertepatan dengan ULTAH beliau ke 50