Kamis, 20 Desember 2012

TOKOH DAYAK YANG MELEGENDA

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut.

FRANS. CONNRAD PALAUNSOEKA Lahir di desa Malapi, Putussibau Kapuas Hulu Kalimantan Barat tanggal 19 Mei 1923, dari pasangan Daun Ma’ Neiding dan Rengen Soeka. Panggilan sehari-harinya adalah Palaun, sedangkan Soeka merupakan marga dari ibunya yang merupakan Samagat (Bangsawan dalam suku Dayak Taman). 
Palaun merupakan cucu seorang Pendiri Rumah Betang Malapi I Kapuas Hulu dan Pejuang HAM bernama BALE POLOKAYU (ayah dari Daun) yang sudah diakui oleh Pemerintah pada zaman ORBA, yaitu memperjuangkan adat istiadat Gawai Mamandung, di mana pada zaman dahulu orang melakukan Gawai dengan mempersembahkan salah satu pelayan atau pembantunya untuk dibunuh dengan cara di tombak di dalam kerangkeng kayu yang disebut pandung, dengan maksud untuk dipersembahkan kepada leluhur. Selain itu jika para bangsawan dari Suku Daya’ Taman meninggal, salah satu dari pelayan bangsawan itu harus dibunuh dengan maksud untuk menemani si Bangsawan yang meninggal tersebut. Tradisi inilah yang diperjuangkan dan diubah oleh BALE POLOKAYU, beliau menggantikan manusia yang di kurbankan dengan Kerbau/Sapi. 
Seperti kakeknya Bale Polokayu, FC. Palaunsoeka memang terlahir sebagai Pemimpin dan Tokoh. Palaun merupakan seorang Tokoh Dayak dan Tokoh Katolik Nasional yang taat sampai akhir hayatnya dan mempunyai sifat yang sangat perduli terhadap orang banyak. Dan juga sebagai pemimpin partai besar dan organisasi besar. 
Hidupnya merakyat dan dekat dengan orang-orang kecil. Ramah dan selalu berbuat untuk orang banyak. Kalau beliau hendak menuju daerah Sanggau dan melewati beberapa kabupaten dan kecamatan, beliau pasti turun dari mobil untuk bersalaman dengan masyarakat di situ, biar sebentar tapi hal tersebut dilakukannya, tidak semua tokoh mau berbuat seperti itu. Bahkan jika beliau berada di Pontianak, berduyun-duyun orang mendatanginya, dan tidak pernah di tolaknya, padahal sebagian besar orang yang bertemu dengan beliau, meminta uang atau bantuan untuk keperluan pribadi orang-orang tersebut. Sikap yang melayani dan rendah hati seperti ini sudah langka kita temui pada para wakil rakyat. 
Perjuangannya untuk masyarakat Dayak dan untuk gereja serta untuk Kalimantan Barat menjadi legenda di hati masyarakat Kalimantan Barat. 
Selama hidupnya Palaun mengabdikan dirinya hanya untuk Partai, Suku, Gereja dan orang-orang yang berkekurangan. 

Seorang Tokoh yang taat dan takut terhadap Tuhan, sehingga tak terpengaruh dengan ajaran-ajaran komunisme pada saat Komunime pernah merebak di Indonesia. Palaunsoeka bergabung dengan Partai Katolik dan menolak ajaran komunisme. Juga pada zaman Republik Indonesia Serikat (RIS), Palaunsoeka tetap pro kepada NKRI. Beliau tidak mudah terpengaruh dengan masuknya hal-hal baru yang berkembang di dunia perpolitikan. Beliau sangat berhati-hati dalam perpolitikan, sehingga sampai akhir hayatnya Palaunsoeka dikenal sebagai Tokoh yang sangat bersih. 

Selama hidupnya, Palaunsoeka cinta akan Budaya terutama Budaya Dayak dari Suku Taman. Pada tahun 1940-an, pada zaman itu, orang-orang Kalimantan belumlah berani mempertunjukkan seni budaya dayak, namun Palaunsoeka sudah memperkenalkan tarian dayak dari suku Taman dan Pakaian manik-manik dari suku dayak Taman, dan beliau tak segan-segan menggunakan Tengkulas (penutup kepala) yang biasa digunakan pria dari suku dayak Taman. Kecintaannya pada dunia seni tertuang dengan beberapa buah lagu yang diciptakan oleh Palaunsoeka, antara lain Mars Daya’ (Dayak) pada tahun 1949 (yang sekarang menjadi lagu Mars seluruh masyarakat Dayak di Indonesia dan Malaysia) dan lagu ADI ASI.

Sebelum terjun ke dunia politik, Palaun adalah seorang GURU dan WARTAWAN. Beliau lulusan dari Seminarium Nyarumkop Kalimantan Barat tahun 1941, pernah kuliah di Fakultas Hukum namun tidak selesai dan Kursus Notaris.
Beliau pernah menjadi wartawan Keadilan dan Suluh Kalimantan pada tahun 1948 – 1949 dan pada tahun 1965 menjadi Redaktur Harian Kompas dan Penulis I Harian Kompas. 
Sebelum Kemerdekaan beliau pernah menjadi Guru Taisyo dan Bahasa Jepang di Putussibau. Shodancho kami Kapuas Seinandan di Putussibau. 

Melihat perawakan yang ganteng dengan tinggi 180 cm, hidung mancung, mata kecoklatan dan kulit berwarna kemerahan, tak ada sama sekali yang mengira bahwa pria cerdas ini merupakan Suku Daya’ Taman Kapuas Hulu Kalimantan Barat yang telah menjadi anggota MPR/DPR RI terlama selama 42 tahun, di mulai dari tahun 1948, dari Partai Daya’, Partai Katolik dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Usia 25 tahun Palaunsoeka sudah menjadi anggota parlemen. 
Prestasi ini merupakan sesuatu yang luarbiasa, mengingat FC. Palaunsoeka berasal dari ujung timur Propinsi Kalimantan Barat tepatnya di Desa Malapi, Putussibau, Kapuas Hulu. Dimana pada tahun 1940 an belum ada jalan darat yang menghubungkan Pontianak yang adalah ibukota provinsi Kalimantan Barat dengan Kapuas Hulu. Warga masih menggunakan transportasi sungai. Namun dengan tekad dan semangatnya untuk maju, Palaun menunjukkan bahwa Lelaki Uncak Kapuas tak kalah saing dengan daerah-daerah lain. 

Banyak tulisan di dunia internet antara lain Wikipedia Ensiklopedia bebas dan literatur lainnya yang mengatakan bahwa yang mendirikan Orgnasisai Persatuan Daya’ adalah Tokoh Lain. Di sini perlu ditegaskan bahwa Pendiri Organisasi Persatuan Daya’ adalah Bapak FC. Palaunsoeka, didirikan pertama kali di Putusibau, Kabupaten Kapuas Hulu pada tanggal 3 Oktober 1946 dengan nama Daya’ In Action. Ketuanya adalah (Alm) FC. Palaunsoeka sedangkan Sekretaris adalah Bapak (Alm) Rafael Sarang (Bapak Mertua dari LH Kadir). Diharapkan para penulis maupun pembaca, sudah saatnya meluruskan SEJARAH, jangan memutarbalikkan SEJARAH, melupakan ataupun meniadakan sejarah. Hargai perjuangan Para pendahulu. 

Tujuan didirikannya Dayak In Action ini yaitu :
  • Untuk mempersatukan masyarakat dayak yang terdiri dari berbagai macam sub suku. 
  • Untuk memperjuangkan hak-hak dan martabat masyarakat dayak dari penjajahan dan pendatang agar bisa sederajat. 
  • Menurut keadilan sosial dalam masyarakat. 

Pada tahun 1947 beberapa daerah (kabupaten) meminta untuk memindahkan kedudukan Daya’ in Action ke Pontianak sebagai ibukota Propinsi Kalimantan Barat. Dan pada tanggal 1 Januari 1948 pemindahan Daya’ In Action dan penggantian nama menjadi Persatuan Daya’ diumumkan secara serentak ke seluruh Kalimantan Barat. 

Tujuan dari Persatuan Daya’ yaitu :  
  1. Mempertahankan kedaulatan Bangsa dan Negara Indonesia  
  2. Mewujudkan suatu susunan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah-daerah yang di bentuk berdasarkan kehendak rakyat (demokrasi)  
  3. Melaksanakan keadilan sosial dalam masyarakat .  
  4. Mewujudkan perbaikan nasib Suku Bangsa Indonesia Dayak yaitu dengan mengangkat derajat penghidupa, mempertinggi pengetahuan, menghapuskan kesengsaraan dan penderitaan. 

Sumber tentang FC. Palaunsoeka sebagai pendiri organisasi Persatuan Daya’ pernah dimuat di majalah Kalimantan Review, pada saat itu bapak LH Kadir membantah edisi sebelumnya yang mengatakan bahwa Tokoh lain yang mengaku mendirikan Persatuan Daya’. Menurut LH Kadir (mantan wakil Gubernur Kalbar 2004 – 2009) pendiri Persatuan Daya’ adalah FC. Palaunsoeka. Sumber lain yaitu pelaku dan saksi sejarah Bapak Baroamas Masuka Janting (Tokoh Pejuang dan Mantan Pejabat Kalbar era ORLA), H Omar (Tokoh Sanggau), Bp Apay (Tokoh Sekadau), BL Atan Palil (Ketua MADN Kalbar), Drs, Massardy Kaphat (Tokoh Politik Kalbar), mereka menyampaikan bahwa Pendiri Persatuan Daya’ adalah bapak FC. Palaunsoeka. 
Kemudian pada saat Persatuan Daya’ dipindahkan ke ibukota propinsi tahun 1948, yang menjadi Ketua Umumnya adalah bapak Agustinus Djelani (Bupati Mempawah yang pertama). Beliau menjabat dari tahun 1948 – 1951. Kemudian berdasarkan hasil kongres di Sintang terpilihlah Bapak FC. Palaunsoeka sebagai Ketua Umum Persatuan Daya’ tahun 1951 – 1962 dan Sekretarisnya Bapak Victor Oendoen. 
Pada Pemilu tahun 1955 Partai Persatuan Dayak memperoleh 1 kursi di Senayan dan mengutus FC. Palaunsoeka untuk menjadi wakil rakyat. 

Beberapa organisasi yang didirikan Palaunsoeka selain Persatuan Daya yaitu Gerakan Pemuda Daya’ Baru yang didirkan pada tahun 1948. 
Pada tahun 1965 menjadi Salah satu Pendiri Harian KOMPAS, yang mana pada saat itu bermula dari Jenderal Ahmad Yani yang mengusulkan kepada Frans Seda yang saat itu menjabat sebagai Menteri Perkebunan Rakyat agar Partai Katolik membuat Koran untuk menandingi Wacana PKI yang berkembang sangat baik pada saat itu. Di tunjuknya Partai Katolik, karena menurut Jenderal Ahmad Yani jika orang Katolik membuat sesuatu biasanya akan baik dan lancar. Maka selanjutnya Frans Seda memanggil Jakob Oetama dan PK Ojong yang pada saat itu aktivis Partai Katolik dan pemilik majalah Intisari. Kemudian diadakanlah rapat beberapa kali, akhirnya terbentuk Harian Bentara, nama ini datangnya dari Frans Seda, dan sebagai Ketua IJ kasimo, Wakil Ketua Frans Seda, Penulis I FC. Palaunsoeka, Penulis II Jakob Oetama dan PK Ojong sebagai Bendahara. 
Pada saat Harian Bentara ini lahir, para pengurus melaporkan kepada Presiden Soekarno bahwa telah terbentuk Koran baru yang bernama Bentara dari Partai Katolik, dan ternyata presiden Soekarno mengganti nama tersebut dengan KOMPAS, yang mana artinya adalah penunjuk Arah atau Koran yang bisa mengarahkan kepada sesuatu yang baik. 
Peran Palaun disini merupakan Penulis I Koran Kompas, sesuatu yang luarbiasa dari si anak Uncak Kapuas, di mana pada saat itu tranporatsi serba susah namun Palaun sudah mampu mengambil posisi-posisi yang baik di ibukota negara Republik Indonesia. Palaun berjuang melalui tulisan-tulisannya yang di terbitkan dalam Koran Lokal maupun Koran Nasional. 
Nomor dua dari kiri A Sjahdan, Ayub, Panglima Batu dan paling ujung sebelah kanan adalah FC. Palaunsoeka

Saat Partai Persatuan Daya’ berfusi ke Partai Katolik Palaunsoeka berperan sebagai inti di Partai Katolik yaitu 
  1. Tahun 1962 – 1973 terpilih FC. Palaunsoeka sebagai Ketua Umum Partai Katolik untuk Kalimantan Barat. 
  2. Tahun 1963 terpilih sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Katolik di Jakarta. 
  3. Tahun 1964 – 1968 terpilih sebagai Ketua Presidium DPP Partai Katolik di Jakarta. 
  4. Tahun 1968 – 1973 sebagai Ketua I DPP Partai Katolik di Jakarta 
  5. Pada Pemilu tahun 1971 Partai Katolik di seluruh Indonesia memperoleh suara 603.740 suara 3 kursi dan salah satunya adalah dari kalimantan Barat yaitu FC. Palaunsoeka. 

Sejak Partai Katolik berfusi ke Partai Demokrasi Indonesia, Palaunsoeka ikut bergabung ke Partai lambang Banteng tersebut dengan jabatan sebagai berikut : 
  1. Tahun 1973 peserta rapat FUSI kelima Partai yang berfusi dalam Partai Demokrasi Indonesia 
  2. Tahun 1973 – 1988 Ketua Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Kalbar. 
  3. Tahun 1976 -1981 Ketua DPP PDI (terpilih pada saat Kongres I berakhir sampai kongres II tgl 2 Januari 1981) 
Organisasi yang pernah diikuti oleh Palausoeka selain Persatuan Dayak, Gerakan Pemuda Daya’ Baru, Partai Katolik dan Partai Demokrasi Indonesia, juga tergabung di :
1. Sebelum tahun 1945 Shodantyo Seinandan Kapuas Hulu di Putussibau. 
2. Tahun 1947 – 1950 Pengurus Pleno GAPI (organisasi Politik yang pro RI) di Pontianak. 
3. Tahun 1948 – 1950 Groepaleider Kepanduan Katolik di Pontianak 

Riwayat Palausoeka sebagai wakil rakyat : 
  1. Tahun 1948 dalam pemilu terpilih sebagai Anggota DPRD Kalimantan Barat dari Partai Persatuan Daya’ 
  2. Tahun 1950 dalam Pemilu terpilih sebagai anggota Parlemen RIS kemudian RI dari Partai Persatuan Daya’ 
  3. Tahun 1955 pada Pemilu terpilih kembali sebagai anggota DPR-RI dari Partai persatuan Daya’ 
  4. Tahun 1959 anggota DPRGR 
  5. Tahun 1971 pada pemilu terpilih sebagai anggota DPR-RI dari Partai Katolik 
  6. Tahun 1977 pada pemilu terpilih sebagai anggota DPR RI / MPR dari Partai Demokrasi Indonesia 
  7. Tahun 1982 pada pemilu terpilih kembali sebagai anggota DPR RI / MPR dari Partai Demokrasi Indonesia 
  8. Tahun 1987 pada pemilu terpilih kembali sebagai anggota DPR RI / MPR dari Partai Demokrasi Indonesia 
FC. Palaunsoeka berkacamata di sebelah kanan paling ujung
Keperdulian FC. Palaunsoeka terhadap NKRI dibuktikan dengan berbagai prestasi dan perjuangan yang dilakukannya antara lain : 
  1. Tahun 1948 FC. Palaunsoeka menjadi anggota Badan Penyelenggara Kongres Pemuda Indonesia se-Kalimantan Barat (Pro RI) di Pontianak. 
  2. Tahun 1949, Wakil Ketua Panitia Perayaan Hari Proklamasi 17 Agustus 1945 di Pontianak, di  mana SANG SAKA MERAH PUTIH untuk PERTAMA KALInya dikibarkan dengan upacara di LAPANGAN KHATULISTIWA (Kebun Sajoek) di Pontianak. 
  3. Tahun 1958 Ikut terlibat dan salah satu pendiri pembentukan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
  4. Tahun 1960 Anggota Badan Pertimbangan Departemen Perdagangan 
  5. Tahun 1960 pada waktu TRIKORA menjadi anggota Team KOTOE ke NTB, NTT dan MALUKU 
  6. Tahun 1963 pada waktu DWIKORA menjadi anggota Team dedolarisasi daerah RIAU 
  7. Tahun 1960 Anggota peserta Musyawarah Nasional (MUNA) 
  8. Tahun 1964 – 1966, menjadi anggota MUPPENAS/BAPPENAS 
  9. Tahun 1964 – 1966 menjadi anggota pembantu pimpinan MPRS 
  10. Tahun 1966 menjadi Juru Bicara dari Indonesia di Asean Parlemen untuk menjelaskan kepada Tokoh Pemerintah di Korea Selatan, Jepang dan Philipina tentang G. 30 S. PKI dan Perjuangan Orde Baru 
 Lain-lain : 
  1. Tahun 1956 anggota delegasi Parlemen mengunjungi / meninjau Negara / Kota : Italia, swedia, Uni sovyet, Polandia, Chekoslowakia, Rumania, Libanon, Syria, Baghdad, Karachi, Bombay dan Bangkok. 
  2. Tahun 1964, mengunjungi/ meninjau negara-negara : Italia, Libanon, Mesir, Jordania, serta daerah tepi Barat Jordan dan Kota Suci Jerusalem 
  3. Tahun 1964 menghadiri Konferensi Kaum awam Katolik di Bombay serta meninjau bekas jajahan Portugis GOA (India) 
  4. Tahun 1965 delegasi MPRS ke Korea Utara, RRC dan Kamboja 
  5. Tahun 1966 delegasi DPR ke Korea Selatan, Jepang Filipina dan mengunjungi Hongkong dan Macao 
  6. Tahun 1967 menghadiri Councel Meeting Uni Parlemen Asia (APU) di Bangkok serta meninjau daerah pedalaman Utara Thailand 
  7. Tahun 1968 menghadiri Konferensi APU di Bangkok serta meninjau daerah perbatasan dengan Birma dan Malaysia 
  8. Tahun 1973 delegasi DPR meninjau Perancis, Denmark, Swedia, Austria, Swiss dan mengunjungi Negeri Belanda. 
  9. Tahun 1983 delegasi DPR-RI ke Yugoslavia dan Polandia dan mengunjungi Belanda dan Jerman Barat. 
FC. Palaunsoeka, bersama istri, anak2 dan Keponakan juga beserta Bp. Victor Oendoen
Keluarga

Ayah                 : Daun Ma’ Neiding 
Ibu                    : Rengen Soeka 
Abang               : Ferdinandus Neidingsoeka 
Adik                 :  Maria Tutusari Soeka 
                            Ignatius Daniel Soeryamassoeka 

Istri                     : Maria Untot Nyangun
Anak-anak          :     1. Maria Martina Palaunsoeka
                                  2. Joseph Thomas Palaunsoeka
                                  3. Anna Victoria Palaunsoeka
                                  4. Margaretha Joanna Palaunsoeka
                                  5. Fransiska Huberta Palaunsoeka
                                  6. Eugenne  Yohanes Palaunsoeka
                                  7. Theodorus Manalo Palaunsoeka, SH
                                  8. Bhenedektus Mulia Palaunsoeka
                                  9. Raja Conrad Isaray Palaunsoeka (Alm)
                                       10. Fransiskus Nyalaturi Palaunsoeka 
FC. Palaunsoeka bersama istri dan sepuluh orang anak-anaknya




 Sekapur sirih dari Penulis

saya mencoba mengangkat biografi bapak FC. Palaunsoeka, dengan mencari informasi dari berbagai pihak. Informasi atau data-data tersebut saya kumpulkan sejak tahun 2008, seandainya masih ada kekurangan informasi yang belum disampaikan kami mohon maaf sebesar-besarnya. 

Tujuan disusunnya Biografi Tokoh yang melegenda ini, karena : 
  1. Sebagai orang Dayak Kami bangga akan perjuangan dari bapak FC. Palaunsoeka secara lokal maupun di tingkat nasional 
  2. Agar generasi Dayak dan Masyarakat Kalimantan Barat umumnya mengetahui dan mengenal bahwa ada seorang bernama FC. Palaunsoeka yang berasal dari Bumi Uncak Kapuas yang telah mengangkat nama Kalimantan Barat dan Indonesia. 
  3. Kami berharap, generasi Dayak berikutnya dapat membaca dan mengikuti jejak perjuangan dan prestasi yang dilakukan oleh Bapak FC. Palaunsoeka 
  4. Agar apa yang telah di perjuangkan Bapak FC. Palaunsoeka selama hidupnya tidak tenggelam di makan zaman dengan sia-sia 


Literatur : 
  1. Riwayat Hidup FC. Palaunsoeka 
  2. Sejarah Berdirinya Harian Kompas 
  3. Sejarah Berdirinya Persatuan Daya’ 
  4. AD/ART Persatuan Daya’ 
  5. Biografi Jakob Oetama 
  6. Partai Katolik Republik Indonesia 
  7. Kalimantan Review 
  8. Rufinus Langgur (Mantan pengurus Partai katolik dan anggota DPR dari Flores serta mantan ketua Pemuda Katolik) 
  9. HM. Baroamas Masuka Janting 
  10. ID. Soeryamassoeka 
  11. H. Omar 
  12. Apay Sekadau 
  13. BL. Atan Palil 
  14. Drs. Massardy Kaphat

Rabu, 12 Desember 2012

MENGUBUR KISAH

Pontianak, 08 Agustus 2012 

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut 

Langkah kaki semakin jauh menapaki perjalanan hidup ini, meninggalkan jejak-jejak yang tak mungkin di telusuri kembali, karena waktu tak mengijinkanku untuk berpaling. Sejuta kisah terukir dalam hidup menjadi kenangan yang bertumpuk dalam lemari hatiku. Banyak kesenangan yang hadir menemani hari-hari yang dilewati, namun tak sedikit juga duka mewarnai kisah kehidupanku. Dan karena aku terlahir sebagai seorang lelaki, aku harus lebih keras dan tegar menjalani hari yang kadang tak bersahabat dengan diriku. Aku lelaki yang kedepannya sebagai pemimpin dalam keluarga, sudah harus belajar sedari dini bagaimana melatih rasa tanggungjawab dalam diri. Aku harus betul-betul memahami kodratku sebagai seorang lelaki. Harus punya prinsip dan sikap hidup yang jelas dan tegas. 

Apalagi kini aku adalah anak lelaki tunggal, karena abangku telah mendahului kami semua, menyusul kepergian ayah yang terlebih dahulu di panggil Sang khalik. Aku harus menjaga ibu dan keempat saudara perempuanku (satu kakak dan 3 orang adik) dengan baik dan penuh rasa tanggungjawab. Tak kuperdulikan waktu yang kuberikan untuk mereka lebih banyak daripada untuk diriku sendiri selama 5 tahun ini. Ketika di wisuda sebagai seorang Sarjana Ekonomi dalam usia 22 tahun, hari-hariku hanya diisi dengan bekerja dan keluarga. Sehingga tak kusadari usia ku sudah semakin bertambah dan rambut sudah semakin memutih.

Dalam usia 37 tahun, aku belum juga memutuskan untuk menikah. Padahal kini sudah ada seorang perempuan yang dengan setia mendampingiku. Aku merasa cocok dengannya, walau dia janda beranak dua dan usianya 3 tahun di atas ku, tapi aku merasa damai dan senang bersamanya. Aku merasa bahagia dan bangga bersamanya. Tapi entah mengapa, aku merasa masih asyik melakukan kehidupanku yang sekarang ini, masih menikmati indahnya masa pacaran. Rasa cinta dan sayang serta kebahagiaan hatiku tak cukup kuat untuk membuatku mengambil keputusan untuk menikah. Mungkin begitu banyak kisah yang tidak mengenakkan di depan mataku pada masa lalu, sehingga aku masih ragu jika harus berhadapan dengan kata PERNIKAHAN. Dan Vanesha, nama kekasihku itu, tak juga mendesak, dia masih merasa asyik menekuni hari-harinya bersamaku dan aktivitas lainnya. 

Vanesha seorang perempuan yang bersahaja, wajahnya cantik dan tubuhnya sangat seksi, sepintas dia mirip wanita berusia 30 tahun. Selain mempunyai usaha sembako, perkebunan dan otomotif, dia juga seorang politikus dari partai yang cukup terkenal. Dari penampilan fisik tak terlihat bahwa Vanesha sudah memiliki sepasang anak yang sudah remaja. Dia pintar merawat tubuh, wajah dan keanggunannya. Aku mengenalnya pertama kali saat akan masuk ke pintu pesawat yang akan membawa kami ke Singapura, tanpa sengaja aku menabraknya sampai ia terjatuh. Betapa merah wajahnya menahan amarah, dengan mata indahnya yang berbinar dan melotot dia berkata dengan nada datar sambil menahan emosi : “Lain kali kalau jalan, jangan sambil merem”, belum sempat aku mengatakan maaf, dia sudah berlalu. 
Waduh nih cewe, berkelas banget, dia bisa menempatkan diri, walau dalam keadaan marah dan malu karena jatuh seperti itu, bawaannya masih terlihat anggun. Tidak mengeksploitasikan suatu kemarahan yang meledak-ledak di depan umum. Aku jadi penasaran dan berniat mencari tahu siapa dia.

Ternyata perempuan itu bernama Vanesha Margareth seorang politikus dari partai terkenal dan juga pemilik perusahaan VM group. Seorang janda beranak 2 yang ditinggal mati suaminya Samuel. Suaminya meninggal karena serangan jantung dan pada saat meninggal, Samuel berada di rumah seorang janda bernama Regitha yang sudah 4 kali menikah, yang mempunyai reputasi tidak baik yang dikenal sebagai perempuan yang suka mengganggu suami orang dan morotin laki-laki berduit. Vanesha merupakan anak kedua dari pengusaha kayu ternama Edward Paul yang merupakan sahabat karib ayahku Richard Sagara. 

Perkenalanku dengan Vanesha membuat buku lama dalam hidup yang telah lama kututup harus terkuak kembali. Begitu banyak kenangan lama yang ingin memeluk dalam kehidupanku sekarang ini hanya karena seorang Vanesha. Karena orang-orang di sekitar Vanesha adalalah para pelaku sejarah yang sangat memahami apa yang terjadi dalam masa lalu kehidupan keluargaku yang selalu ingin ku kubur dalam-dalam. Masa lalu yang mencatat peristiwa tragis yang mengiris luka yang begitu dalam dan merubah keadaan hidupku, hidup ibu dan saudara-saudaraku.

Ingin rasanya menimbulkan sesal karena tertarik dengan seorang Vanesha, dan berusaha melupakan wajah anggunnya, namun rasa kasih yang begitu besar dalam hatiku terhadap sosok Vanesha tak dapat kompromi lagi. Walau kekasaran sering kulakukan supaya dia meninggalkan diriku, karena aku tak ingin masuk dalam pintu usang yang sangat gelap itu, namun dengan sikapnya yang sabar, dewasa dan bijak, menggiringku ke dalam lingkaran cinta dan terbelit di dalamnya. Aku sendiri tak mengerti, kenapa punya rasa yang begitu besar terhadap wanita yang bermata teduh ini, bagaikan embun pagi ia menetesi hatiku setiap waktu. Bersamanya aku tak jenuh melewati hari yang kadang menggigitku hingga lelah. Ragaku selalu merindukan sentuhan manjanya dan desahan nafasnya. Rasanya aku bisa gila apabila barang sehari tak merasakan nikmatnya harum nafas kekasihku ini. Kenangan perih kehidupan ku yang lalu itupun akhirnya harus rela kulihat lagi dalam kacamata dewasaku kini, demi keutuhan cintaku bersama Vanesha yang telah kupatok inilah yang terakhir dan selamanya. Walau awalnya keperihan selalu timbul dihati melihat orang-orang di sekitar Vanesha, namun aku mencoba berjiwa besar dan menerima bahwa itu semua merupakan jalan Sang Ilahi. Aku harus Mengubur Kisah tragis itu dan menerima kedatangan orang-orang lama yang pernah hadir untuk meneruskan perjalanan langkahku ke depan. 

Semua permasalahan itu terjadi berawal dari niat baik ayah untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Jennifer ibuku bersama tunangan ibu Sony Christova yang merupakan sahabat ayah. Ayahku Richard Sagara mempunyai 2 orang sahabat yaitu Edward Paul dan Sonny Christova. Putusnya komunikasi antara keluarga kami dan sahabat-sahabat ayah, sejak terbunuhnya ayah oleh Sonny Christova. Sonny sakit hati dengan ayahku karena ayah telah berperan sebagai dewa penolong untuk ibu yang telah dihamili oleh Sonny Christova, namun dia tak berniat mengawini karena masih fokus pada pekerjaan-pekerjaannya sebagai arsitek dan kontraktor bangunan gedung-gedung besar, sedangkan perut ibu semakin membesar. Edward Paul tak mungkin mengawini ibu, walaupun dia pernah sangat mencintai mantan pegawai bank itu karena dia sudah menikahi Renatha yang pada saat itu sedang hamil anak sulungnya, sehingga ayahlah yang akhirnya mengambil alih tanggung jawab Sonny Christova untuk menikahi ibu. 

13 tahun setelah ayah menikahi ibu, Sonny datang untuk mengambil ibu dan Dennis Chrisanto abangku, namun ibu tetap memilih hidup bersama ayah yang membuat Sonny menjadi berang dan dendam. Sonny bersama Marco Sagara adik ayahku mulai mengganggu kehidupan dan pekerjaan-pekerjaan ayah yang pada saat itu sebagai pengusaha plywood, minyak, tambang batu bara dan pemilik beberapa supermarket. Melihat gelagat Sonny yang tidak baik, ayah menjadi berang, terjadilah adu mulut di lahan batubara ayah, yang akhirnya kehidupan ayah selesai di ujung pistol Sonny yang selalu menemaninya kemanapun berada.

3 bulan kematian ayah, kakek Salman Sagara menemukan bukti-bukti keterlibatan putra keduanya Marco Sagara dalam kematian putera sulungnya, namun Maharani istri sang kakek yang selalu berpihak kepada Marco, membelanya sehingga terjadilah pertengkaran antara kakek dan nenek, karena terlalu emosional menyebabkan kakek terkena serangan jantung. Kakek pun akhirnya pergi menyusul putera kesayangannya, beliau menghembuskan nafas di rumah sakit disaksikan oleh Patrick Sagara adik bungsu ayah, Nenek, Ibu dan Dennis. 

Kematian ayah dan kakek membuat hidup kami menjadi berubah drastis. Om Marco yang serakah semakin merajalela ingin menguasai usaha perkapalan kakek yang cukup besar, kemudian dia juga ingin mengambil alih usaha-usaha ayah di dukung oleh Nenek. Tetapi adik kakek Salman yaitu Zainal Sagara bersikap sangat tegas dalam melindungi kami, di bantu oleh Om Patrik Sagara yang selama itu memang menjadi orang kepercayaan ayah. Namun Om Marco semakin licik dan mulai menggunakan beberapa trik untuk mendapatkan harta ayah, mulai dari melamar ibu, menghasut karyawan di perusahaan-perusahaan ayah, sampai pada melontarkan fitnah kepada Om Patrick. Ibu tentu saja menolak lamaran Om Marco, karena bagi ibu Om Marco lebih jahat dari seorang penjahat. 

Beberapa trik dari om Marco cukup berhasil antara lain dengan meninggalnya tante Anggitha istri om Patrick dengan cara yang memalukan yaitu bunuh diri. Anggitha bunuh diri karena malu tertangkap basah oleh polisi di sebuah kamar hotel bersama om Marco dalam keadaan tanpa busana. Berawal dari fitnah yang dilontarkan om Marco bahwa telah terjadi perselingkuhan antara ibu dan Om Patrcik. 

Awalnya tante Anggitha tak mempercayai isu itu, namun akhirnya percaya dan meminta om Patrick untuk tidak bergabung lagi dengan perusahaan ayah yang saat itu kendali di pegang oleh ibu. Tapi karena merasa tidak ada sesuatu yang salah, om Patrick menganggap bahwa tante Anggitha telah berpikir bodoh. Sikap Tegas dari om Patrick tersebut menyebabkan Anggitha berang dan kehilangan arah. 
Om Marco menggunakan peluang kekosongan pikiran Anggitha dan mendekatinya, sehingga terjadilah perselingkuhan antara Marco dan adik iparnya. Marco melakukan ini semua untuk membuat kekuatan ibu dan om Patrick melemah, sehingga gampang untuk memperdaya ibu. Cathy istri Om Marco mencium perselingkuhan tersebut, tentu saja tak terima sehingga menghubungi polisi untuk menangkap basah perselingkuhan suaminya dan Anggitha.
Dengan kisah yang sangat heboh dan memalukan di kota kami itu membuat om Patrick akhirnya memutuskan untuk hijrah ke ibukota. Dia membawaku bersama Patricia Paramitha putri tunggalnya yang saat itu berumur 6 tahun. Sejak itulah aku tinggal di ibukota 21 tahun lamanya. 

Melihat kekuatan ibu sudah berkurang, karena om Patrick sudah tidak mengawasi perusahaan ayah, om Marco mulai masuk ke dalam lingkaran perusahaan dan mendekati karyawan-karyawan di perusahan tersebut, mulai menghasut karyawan dan sekali lagi triknya berhasil, dengan terbunuhnya abangku Dennis Chrisanto oleh seorang karyawan di perusahaan ayah.
Karyawan tersebut pikirannya telah di recoki oleh Marco Sagara, menusuk perut Dennis dengan kejam, mengakhiri kehidupan seorang Dennis yang pada saat itu masih belia berusia 18 tahun. Dennis bergabung dengan perusahaan ayah sambil menyelesaikan kuliahnya, karena rasa tanggungjawabnya sebagai anak tertua laki-laki kepada ibu dan adik-adiknya yang masih kecil. Saat kejadian itu aku berusia 13 tahun. 

Dengan kematian Dennis menyebabkan ibu menjual seluruh saham perusahaan kepada Edward Paul, dan karena Renatha istri Edward Paul sangat cemburu terhadap ibu, maka penjualan saham perusahaan diserahkan kepada om Patrick, dan ibu menyusulku ke ibukota bersama kakakku Joanna Isabella dan adikku Jessica Nabilla.

Setahun menetap di ibukota, om Patrick menikahi ibu. Awalnya ibu berat untuk menerima, namun om Patrick memberikan suatu pemikiran kepada ibu, bahwa dia lelaki normal yang membutuhkan seorang istri, anak-anak ibu sangat memerlukan figur seorang ayah begitu juga Patricia merindukan figur seorang ibu, jika harus menikah dengan perempuan lain, di khawatirkan nanti bahwa mereka yang tadinya sudah menjadi satu keluarga tentu akan terpisah, dan apakah istrinya nanti akan bisa menerima Patrick untuk tetap memperhatikan anak-anak ibu. Mendengar itu, ibupun menerima lamaran om Patrick.
 Pada saat menikah dengan om Patrick, ibu berusia 42 tahun dan om Patrick 44 tahun. Mereka dikarunia seorang puteri bernama Jeannete Salsabilla. Beda usia ku dengan Jeannete 15 tahun. Kami merupakan sebuah keluarga yang bahagia. Om Patrick begitu baik dan kebapakan, sangat menyayangi kami anak-anaknya, tak membedakan anak kandung ataupun anak tirinya. Di ibukota itu, ibu membuka usaha perhotelan konveksi dan restoran sedangkan om Patrick sudah terlebih dahulu berusaha dibidang percetakan, ekspedisi dan supermarket. 

Namun kebahagiaan itu terasa singkat, 17 tahun kemudian om Patrick harus meninggalkan kami semua karena kanker usus yang di deritanya. Saat itu aku berusia 32 tahun, dan pada saat meninggal om Patrcik berusia 61 tahun. Kembali kami harus merasakan suatu kehilangan, namun kehilangan yang wajar dan tidak mengenaskan seperti ayah dan abangku. 

Om Patrick di makamkan di kotaku, di pemakaman keluarga di mana ayah, abang dan kakekku di makamkan juga di sana. Pada saat pemakaman itu, aku bertemu dengan nenek Maharani, beliau merupakan ibu dari ayah, beliau sudah sangat renta berusia 88 tahun. Raut wajah yang pernah terlihat cantik, masih tampak di wajahnya yang sudah keriput dan dia terlihat sangat ramah terhadap ibu. Dia menangisi kepergian putera bungsunya yang pernah tak diakuinya. Dengan waktu yang telah berjalan, nenekpun telah berubah menjadi lebih rasional dan realistis. Walau usianya sudah 88 tahun namun dia tidak terlihat pikun. 

Dua tahun kepergian om Patrick, ibu berkeras untuk kembali ke kota asal kami. Ibu ingin menghabiskan masa tuanya di kota kami dengan merawat nenek Maharani yang sudah mulai bisa menerima ibu. Saat itu usahaku sedang bagus-bagusnya di ibukota rasanya sayang harus di tinggalkan begitu saja. Memang menjadi dilema, namun rasa tanggungjawab yang begitu besar sebagai anak laki-laki satu-satunya membuatku mengikuti keinginan ibu. Membuat aku akhirnya menemukan orang yang aku cintai, walaupun aku belum memutuskan untuk menikahinya, tetapi rasa cintaku melebihi segalanya pada diri Vanesha Margareth. Aku menemukan cinta di Kota kelahiranku yang pernah ingin kulupa dalam sepanjang perjalanan hidup. 

Sebenarnya aku pernah beberapa kali memadu kasih, tapi tidak ada yang bertahan lama, karena rasa yang ada di hatiku selalu tidak pernah menginginkan keberadaan seorang perempuan begitu lama bersemayam di hati. Sedikit saja menurut penglihatanku salah, maka aku akan pergi dan berlalu. Tak kuperdulikan erang tangis dan amarah mereka karena tidak menerima akan sikapku itu, tapi itulah yang terjadi. Aku bisa meninggalkan mereka tanpa kesalahan yang mereka lakukan, aku bisa menolak kemesraan yang mereka tawarkan, aku bisa tak menyentuh mereka yang begitu indah di hadapanku. Semua itu bisa terjadi karena RASA yang belum hadir dalam hati dan jiwaku. 

Dalam usia 18 tahun untuk pertama kalinya aku merasakan artinya pacaran, saat itu aku kuliah semester 3. Perempuan itu 12 tahun lebih tua dari ku. Dia sekretaris Joko teman om Patrcik. Namanya Susan, seorang Sarjana Ekonomi, cantik, putih dengan tubuh yang proposional, termasuk katagori seksi. Entah mengapa, Susan sangat tertarik padaku. Mungkin karena perawakanku yang tinggi tegap dan wajahku sedikit indo, karena memang ada darah indo dari ibuku yang peranakan Belanda Cina. 
Awalnya, aku risih harus menerima perempuan yang jauh lebih dewasa untuk menjadi kekasih, tetapi karena setiap bersama Susan aku merasakan kedamaian dan ketenangan, akhirnya aku bersedia untuk menjadi kekasihnya. Hubungan kami terjalin selama 2 tahun dan selama itu Susan tak kuperkenankan mengeluarkan sedikitpun biaya untuk kami pacaran. Semua pengeluaran harus dari aku, jika pas aku lagi kosong, kami hanya berjalan kaki mengitari taman sekitar tempat kost Susan. Bersama Susanlah aku kehilangan keperjakaanku, bersama Susan aku mengisi hari-hariku dengan semangat untuk menyelesaikan kuliahku. Susan yang cantik, keibuan, yang sangat mengerti tentang aku, akhirnya harus aku tinggalkan. Entah kenapa aku merasa jenuh untuk selalu bersama Susan. Bukan karena usianya yang terlalu tua dariku, tetapi aku merasa kekosongan dalam hatiku dan tak menggebu lagi seperti awal bertemu, sehingga aku harus ambil sikap. 

Setahun dari perpisahanku dengan Susan, aku menyelesaikan kuliahku, betapa bangga ibu melihatku memakai toga. Dan karena nilaiku termasuk yang terbaik, maka aku dan 4 orang teman di rekomendasikan dari pihak kampus untuk bekerja di beberapa Bank swasta. Sebenarnya om Patrick ingin aku melanjutkan usaha milik ibu, tapi aku berdalih ingin belajar mandiri, dan karena kediamanku dan tempat kerja agak jauh, akupun minta ijin untuk tinggal di tempat kost yang dekat dengan bank dimana aku bekerja. 

Selama 2 tahun hidupku hanya pergi ke tempat kerja dan di tempat kost saja, sesekali malam minggu atau ada hari libur lainnya kembali ke rumah, membesuk ibu dan saudara-saudaraku. Rutinitas ini membuatku jenuh juga, sehingga aku mulai tertarik dengan ajakan teman-teman untuk pergi ke hiburan malam. Dengan rutinitas baruku itu, aku menjadi dekat dengan seorang perempuan hiburan malam. Meilani namanya, usianya 4 tahun dibawahku, wajahnya cantik dengan suara yang merdu sangat mempesona. 1 bulan berkenalan dia sudah tinggal di tempat kostku. Kami menjalin cinta 1 tahun lamanya dan Meilani sempat mengandung anakku, namun kemudian ia mengatakan dirinya keguguran, tapi aku tidak percaya itu, yang aku yakini Meilani sengaja menggugurkan kandungannya karena ia masih terikat kontrak pada club malam tempatnya bekerja, sehingga aku memutuskan untuk meninggalkannya. Aku mencari kost baru dan pergi tanpa pamit terlebih dahulu. Walau Meilani berang dan tak terima akan sikapku itu, namun aku tetap pada pendirianku untuk tidak bersamanya lagi. 

Suatu hari setelah 4 bulan dari perpisahanku dengan Meilani, tanpa sengaja, aku bertemu dengan seorang gadis yang masih belia sekali. Rumahnya berjarak 2 rumah dari tempat kostku. Namanya Evelyn, usianya 14 tahun, masih kelas 2 SMP. Dia tersenyum dan menyapaku, dan kami berkenalan. Walau usianya baru 14 tahun, tapi Evelyn seorang cewe pemberani dan agresif. Dia sering bertandang ke kost untuk mencariku. Aku seorang lelaki normal dan dia seorang gadis yang sangat cantik dengan body yang cukup menarik, siapa yang tidak tergoda, datang ke kamar kostku dengan pakaian yang minim, akhirnya terjadilah hubungan itu dan ternyata Evelyn baru pertama kalinya melakukan hal tersebut. Aku berpikir saat itu, mungkin inilah jodohku dan aku harus bertanggungjawab atas perbuatanku, melihat dia masih terlalu kecil dan polos. 

Sejak menjalin cinta dengan Evelyn, aku mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk masa depan kami. Mulai membeli rumah yang juga berada di komplek kostku, membeli mobil dan keperluan rumah tangga lainnya. Semua kubeli dengan hasil kerja kerasku. Berhenti kerja di bank dan mencoba mengembangkan karirku di bidang properti dan perhotelan. 
Tetapi hubungan percintaan kami hanya bisa bertahan 3 tahun lamanya. Karena kesibukanku dalam usaha properti yang baru aku rintis sangat menyita waktu, sedangkan Evelyn seperti anak bayi yang selalu ingin dikeloni, dan baru kusadari ternyata begitu banyak perbedaan antara aku dan Evelyn. Usianya yang masih belia dan terpaut jauh dariku membuat cara berpikir kami menjadi sangat berbeda dalam melihat sesuatu. Walau gaya dan sikapnya menunjukkan kedewasaan namun usia memang menentukan cara berpikir seseorang. Aku mencoba untuk bertahan dan bersabar menunggu usia dewasanya, namun rasa jenuh karena kehilangan pribadiku yang sebenarnya membuatku terlibat dalam perselingkuhan. 

Setahun sebelum aku berpisah dengan Evelyn, aku bertemu dan menjalin cinta dengan perempuan di sekitar komplek rumahku. Dia bernama Andrea, cantik, tubuhnya mungil, bekerja di sebuah perusahaan asing. Dia selama ini selalu memperhatikanku dan bertanya dengan satpam penjaga kompleks kami tentang diriku. Beberapa kali satpam menyampaikan salam dan bingkisan dari Andrea dan selama itu aku hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Tak tahu mengapa suatu hari, mungkin karena kesal dengan Evelyn, aku kirim salam balik buat Andrea. Dan ternyata Andrea cukup agresif juga, begitu menerima salam dariku, dia berani menungguku didekat post satpam komplek kami dan langsung mengajakku pergi. Padahal saat itu sudah pukul 22.00 dan aku sangat lelah sekali. Tetapi Andrea memaksaku dan mengatakan bahwa dia sudah menungguku 4 jam lamanya di post satpam, dan giliranku untuk menemaninya makan. Akhirnya akupun menemani Andrea dan ternyata dia tahu hubunganku dengan Evelyn, karena itu dia tidak berani menunggu di rumahku. Hubungan antara aku dan Andrea hanya bertahan 6 bulan, saat itu aku juga masih berhubungan dengan Evelyn, namun Evelyn sama sekali tidak mengetahui perselingkuhanku itu. 

6 bulan kemudian, hubungan ku dengan Evelyn sudah tidak bisa di pertahankan lagi. Walau tidak ada pertengkaran yang berarti, bahkan Evelyn penurut, keibuan, kalem namun komunikasi yang di bangun teramat sulit, karena usianya yang memang masih belia itu. Yang membuat akhirnya aku benar-benar memutuskan untuk meninggalkan Evelyn karena perselisihanku dengan ayahnya. Ayah Evelyn seorang penjudi berat dan uang yang pernah kutitipkan pada Evelyn untuk masa depan kami habis untuk judi dan bukan sekali itu saja. Besarnya uang yang ada pada Evelyn bisa untuk memodali suatu usaha. Betapa kecewanya aku, rasanya kerja kerasku menjadi sia-sia belaka, aku merasa tidak dihargai oleh calon mertuaku. 
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi, dan kembali ke rumah ibu. Kebetulan Evelyn belum tahu di mana rumahku. Nomor ponselpun aku ganti. Aku benar-benar tak ingin berurusan dengan Evelyn dan keluarganya lagi. Apalagi rasa yang kumiliki terhadap Evelyn hanya karena harus bertanggungjawab telah mengambil keperawanannya yang saat itu masih sangat belia, karena tidak adanya rasa sehingga aku bisa dengan entengnya meninggalkan gadis muda yang sangat cantik itu.

Setelah 4 bulan tidak pernah bertemu dengan Evelyn, aku dekat dengan seorang perempuan bernama Kartika, lebih muda 5 tahun dibawahku, pada saat itu usiaku sudah 28 tahun, dia membuka butik yang cukup laris di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup ternama. Sebenarnya Jimmy temanku yang mengincar Kartika. Awalnya Jimmy, aku, Boyke dan Doddy janjian untuk bertemu di sebuah cafe. Aku juga tidak tahu bahwa Jimmy akan mengundang Kartika untuk bergabung dengan kami. Kartika datang dengan fenny temannya, pertama melihat, aku menilainya cukup cantik dan anggun, tapi aku tidak begitu tertarik, apalagi sebelumnya aku tahu bahwa Jimmy temanku yang mengincar perempuan ini. Tapi ternyata tanpa setahuku, Kartika menyimpan nomor ponselnya di ponselku, mungkin saat aku ke toilet itulah dia memasukkan nomornya tersebut. Keesokan harinya setelah pertemuan tersebut, Kartika menghubungiku dan mengajak untuk bertemu. Berawal dari sekedar ingin menjalin pertemanan, namun godaan Kartika cukup membuatku mabuk juga. Dia selalu mengundangku ke rumahnya. Kartika wanita yang cukup berpengalaman yang membuatku mampu berhari-hari hanya berada di kamar tidurnya. Hubungan ini terjalin 1 tahun lamanya dan seperti biasa aku yang pergi meninggalkan perempuan-perempuan tersebut. 

Berakhirnya hubunganku dengan Kartika, dilanjutkan 2 bulan kemudian aku merajut kasih dengan Yovita seorang pelajar SMU kelas 2. Bertemunya saat pesta ulangtahun adik temanku. Hubungan kami cukup lama yaitu 3 tahun. Walau masih berstatus pelajar, Yovita seorang gadis berpengalaman. Selama berhubungan dengan Yovita, aku juga menjalin hubungan dengan beberapa orang lainnya yaitu Ratih, Vera, Widya dan Katrin. Ratih seorang pegawai asuransi yang sudah menikah, Vera seorang mahasiswa namun sudah janda, Widya merupakan baby sitter kakakku Joanna Isabella sedangkan Katrin seorang perawat di rumah sakit tempat dimana om Patrick selama 3 bulan di rawat. Dan seperti biasa, perempuan-perempuan itu aku tinggalkan begitu saja, karena memang rasa dalam hati dan jiwa belum kutemui. 

Suatu hari, beberapa bulan dari kematian om Patrick, aku bertemu dengan Sarah teman Evelyn. Dia menceritakan keadaan Evelyn saat aku tinggalkan. Dan kini Evelyn sudah dinikahkan dengan keponakan dari suami tantenya, dia sudah dikaruniai seorang anak. Saat itu aku menanggapinya biasa saja. Dan aku berharap kebahagiaan untuk perkawinannya itu. Seminggu dari perjumpaanku dengan Sarah, aku mendapat telfon dari nomor yang tidak ku kenal. Tetapi karena kupikir ini berkaitan dengan bisnis, maka aku terima telfon tersebut. Ternyata telfon itu dari Evelyn. Dia ingin bertemu denganku. Awalnya aku begitu gerah untuk bertemu kembali dengan orang yang pernah kutinggalkan, namun karena katanya penting, akhirnya kuputuskan untuk bertemu. 
Ternyata dari pertemuan tersebut, memasukkanku ke dalam liang percintaan yang salah bersama Evelyn karena dia sudah tidak sendiri lagi. Tetapi Evelyn yang sangat mencintaiku tak ingin melepasku begitu saja. Hubungan kami terjalin 2 tahun lamanya. Dan selama itu aku tidak berhubungan dengan perempuan manapun selain Evelyn. Hubungan kali ini lebih bermakna dibanding ketika Evelyn masih sendiri, karena selain usianya telah beranjak dewasa, memiliki anak dapat menjadikan seseorang lebih mampu memahami orang lain. Evelyn lebih memilihku ketimbang suaminya, dia berharap aku bersedia untuk membawa dia dan Steven anaknya, dan menikahinya secara resmi. Karena rasa tanggungjawabku yang telah mengambil keperawanannya, aku mulai berjanji akan mengikuti keinginannya itu. 
Namun, karena ibu bersikeras untuk pindah ke kota kelahiranku, maka semuanya harus tertunda, karena aku harus lebih dulu pindah ke kota itu untuk mempersiapkan kepindahan ibu. Sebagai anak laki-laki satu-satunya, aku harus bertanggungjawab kepada ibu yang sudah membesarkanku dan saudara-saudaraku.

Saat aku pindah ke kota kelahiranku, aku menumpang sementara di rumah Roy teman om Patrick yang juga cukup akrab denganku. Aku tinggal di rumah Roy sekitar 3 bulan sampai dapat rumah baru yang cocok dengan ibu. Roy memiliki 3 orang anak dari perkawinannya dengan istri pertama, kemudian 2 orang anak dengan istri kedua dan 1 orang anak dari istri ketiganya. 
Karena usaha-usaha Roy berada di daerah, menyebabkan Roy sering berkunjung ke daerah ditemani anak-anaknya, sehingga rumah menjadi sepi. Suatu malam, aku yang sedang tidur lelap, bermimpi sedang melakukan hubungan seks dengan seseorang, terasa di atas badanku ada seseorang yang sedang bergoyang. Aku tersadar dari tidur dan tersentak ternyata Rossi istri ketiga Roy berada di atas tubuhku. Awalnya aku menegurnya dan minta hal itu tidak terulang kembali, tapi Rossi yang usianya kurang lebih denganku, menangis dan bercerita bahwa Roy yang sudah berusia 70 an tahun itu sudah tak mampu memenuhi hasratnya. Sejak kejadian itu kami beberapa kali melakukan hubungan terlarang. Bahkan setelah aku pindah ke rumah baru, Rossi masih beberapa kali menemuiku di sebuah hotel dan kadang menyusulku jika aku keluar kota dan kamipun bercinta. 

Sejak bertemu dengan Vanesha Margareth, semua masa lalu percintaan ku usir dari kehidupanku. Aku tak ingin hubungan dengannya menjadi rusak. Aku tak ingin menyakiti wanita idamanku ini dan juga tak ingin merasakan sakit karena kehilangan dewi pujaanku. Walau awalnya sempat ingin meninggalkannya karena kehidupan masa lalu keluargaku, namun rasa yang selama ini kucari ada pada diri Vanesha dan aku enggan untuk melepaskannya. Inilah cinta dan jiwaku. Seorang Vanesha Margareth mampu mengubah seluruh ketidakbaikan dalam hidupku, aku bisa menjadi laki-laki yang setia, penyayang dan serius dalam suatu hubungan. Walau belum berstatus sebagai suami istri, namun aku sudah merasa bahwa Vanesha adalah istriku. Dia satu-satunya perempuan yang kukenalkan pada keluarga, dia satu-satunya perempuan yang tahu isi ponselku, dia satu-satunya perempuan yang tahu sepak terjangku dalam bisnis dan percintaan, baik sekarang maupun yang lalu. Kemanapun aku pergi dan apa yang kulakukan, selalu ada laporan untuk Vanesha, belum pernah itu kulakukan dengan perempuan lain yang pernah hadir dalam hidupku sebelumnya. 

Hanya hubunganku dengan Evelyn yang masih kulakukan, walau kini hanya melalui ponsel, sekedar bertukar informasi dan bertanya tentang keadaanku. Memang sering Evelyn memintaku untuk ketemu dengannya di ibukota, namun selalu ku tolak dengan halus dengan berbagai alasan. Dan komunikasi antara aku dan Evelyn juga diketahui oleh Vanesha, dia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Dia mengijinkanku untuk berkomunikasi dengan perempuan mana saja melalui ponsel ataupun jaringan sosial, asalkan tidak bertemu. Evelyn juga sudah tahu tentang Vanesha Margareth, aku tak ingin dia berharap terlalu banyak padaku, sehingga kuceritakan saja tentang Vanesha padanya. 

Kini zaman sudah semakin canggih dengan komputerisasi dan internet, sehingga orang-orang dari masa lalu yang belasan tahun tak berjumpa dapat bertemu dalam dunia internet. Begitu juga dengan para mantan kekasihku, mereka khusus mencari namaku dan ingin mengetahui beritaku. Setelah mereka tahu aku belum menikah juga, ada beberapa dari mereka yang ingin kembali. Sehingga aku perlu memasukkan foto-foto mesraku bersama Vanesha di jejaringan sosial, supaya mereka tahu bahwa aku sudah memiliki calon istri yang tak tergantikan lagi. 

Ternyata, mereka sangat murka melihat foto-foto tersebut. Ada yang mencaci makiku, ada yang membandingkan caraku memperlakukan mereka saat masih berhubungan dahulu, dan ada yang meminta supaya aku menghapus foto tersebut. 
Meilani mengatakan bahwa aku seorang laki-laki pemilih, yang hanya memilih perempuan yang berduit dan punya nama untuk menjadi istri. 
Susan mengatakan bahwa aku menampung barang rongsokan karena akan menikah dengan janda, karena sampai saat ini Susan belum menikah juga, usianya sudah 49 tahun. 
Kartika memintaku untuk menghapus foto mesraku, karena baginya aku sangat tidak menghargai dia sebagai mantan pacarku yang berteman di jejaring sosial. 
Yovita kesal karena aku tidak pernah mau berpose semesra itu dengannya dahulu, kekesalannya itu dilontarkan sebanyak 53 pesan yang masuk di jejaringan sosialku. 
Kalau Ratih mengatakan bahwa aku memang tidak pernah mencintainya, hanya ingin merasakan tubuhnya saja. 
Vera yang pada saat pacaran dengan ku merupakan seorang janda menyindirku, “ku kira Mas Dante tidak berminat dengan janda, ternyata calon istri janda juga tuh.” 
Hanya Katrin yang mengucapkan selamat untukku dan bertanya kapan hari H itu. Dia menelfonku dan menangisi kebahagiaanku, karena tadinya dia sangat berharap kami dapat kembali melanjutkan hubungan, namun ternyata aku sudah punya pilihan lain. 

Dari semua mantanku, Sikap Evelyn yang paling keras mencercaku , sangat tidak terima dengan kemesraan di foto itu. Betapa marahnya dia, dan betul-betul menampakkan kemarahannya, yang tadinya selalu lemah lembut di hadapanku, berubah menjadi kasar dan sangat keras. Dia berpikir bahwa aku akan menunggu jandanya dan kawin dengan dirinya. Dia juga marah karena aku tidak pernah memperkenalkannya dengan keluargaku, dia menilai bahwa selama ini aku tidak benar-benar mencintainya. Dia memintaku untuk menjawab pertanyaannya mana yang lebih kucinta, Vanesha atau dirinya. Dia berkata seolah-olah aku sekarang ini sedang mengkhianati dirinya, padahal selama aku pindah ke kotaku, anaknya telah bertambah 2 orang. Evelyn juga marah karena aku begitu terbuka dan sangat jujur kepada Vanesha. Di balik kata-katanya ada berupa penghinaan yang dilontarkannya untuk hubunganku dengan Vanesha. Begitu marahnya dia sampai mengirimkan pesan baik melalui ponsel dan di jejaringan sosial sebanyak ratusan pesan. Dia betul-betul marah, cemburu dan terkesan ada rasa iri. Dan aku jadi bisa menilai, betapa Egoisnya seorang Evelyn, hanya memikirkan dirinya sendiri. Aku di suruhnya menunggu sampai dia menjadi janda, setelah itu baru menikahiku. Tak pernah terpikirkan olehnya usiaku yang semakin bertambah tiap tahunnya. Dia tak perduli bahwa aku harus memberikan cucu kepada mama karena tinggal aku sajalah anak laki-lakinya yang masih hidup.

Dari kemarahan-kemarahan itu membuatku bisa menilai siapa diri mereka yang sebenarnya dan bersyukur bahwa aku tidak pernah memilih mereka untuk serius kujadikan istri. Mereka tidak tahu bahwa Vanesha Margareth membaca semua pesan tersebut dan mendengar telfon mereka kepadaku. Tapi dengan kedewasaannya Vanesha tersenyum melihat itu semua, bahkan menasehati bagimana aku harus bersikap dalam menghadapi mantan-mantanku itu. Dia tidak intervensi, dia tidak mau ambil pusing, dia hanya memberikan saran dan menyerahkan segala persoalan itu kepadaku untuk mengambil keputusan dan kesimpulan. Seorang perempuan yang bijak dan anggun, bagai ratu permaisuri kerajaan, yang tenang, sabar dan cantik. Membuatku semakin mencintainya dan menjadi kesal sendiri terhadap mantan-mantanku itu yang telah menulis kata-kata yang tidak baik untuk Vanesha. 

Karena begitu takutnya aku akan kehilangan Vanesha, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil sikap yang sangat tegas kepada semua orang. Selama ini karena aku tidak ingin menyakiti siapapun, maka aku masih mau berkomunikasi dengan siapa saja. Kubalas pesan mereka di jejaring sosial dengan berusaha bijak dan dengan sehati-hati mungkin, karena aku ingin semua orang bisa senang dan ikut merasakan kebahagiaan ku yang nyaris sempuna ini. 
Pesan yang kusampaikan pada mereka : 
“Ketika detik telah jauh tertinggal ... ketika kisah telah lama usang ... ketika mimpi telah terlupakan ... ketika harapan-harapan tak menjadi realita ... ketika janji telah melayang bersama mega .... ketika hati telah tersakiti karena penolakan .... dan solusi dari semua itu adalah melupakan, memulai kehidupan baru dan mempersiapkan diri untuk masa depan agar lebih baik .... Dan kini, setelah dunia semakin tua...dan perjalanan sudah jauh, setelah segala kisah cuma menjadi sebuah kenangan, setelah buku itu tertutup , ... Logis kah mempertanyakan CINTA itu kembali ... logiskah keinginan untuk membuka kitab yang telah lama tertutup, Logiskah menguak Kisah yang telah usang ... kini aku cuma bisa mngulurkan tanganku untuk sebuah persahabatan bersamamu, .... PAHAMILAH .... karena dari sekian ribu detik yang kulalui AKU TELAH MEMILIH DIA ... Hanya dia dan dia ... Memang benar bahwa aku pernah menyayangimu ,,, namun itu terjadi pada detik awal kehidupanku di dunia ini ... seiring waktu yang berjalan dan matahari akan bergeser ke ufuk barat, kumenemukan wanita ku dan dialah cintaku ... aku merasakan kehidupanku lebih berarti bersamanya ... jangan pernah engkau pertanyakan mana yang lebih ku cinta, kamu atau dia ... karena semua hadir pada masanya ... kau hadir di saat aku masih remaja dan dia hadir di saat aku telah menemukan kedewasaanku ...jangan pernah merasa bahwa aku sedang mengkhianatimu ... karena kisah kita telah lama berakhir dan Harkatmu sudah berbeda .... selama ini aku hanya menghormatimu sebagai orang yang pernah dekat dengan ku ... aku memahami rasa kecewamu dan kesedihanmu ... namun apapun itu tak kan pernah melunturkan cintaku pada dia ...seluruh rasa, tubuh, hati dan kejantananku telah ku patok hanya untuk Wanitaku VANESHA MARGARETH...” 

Setelah menuliskan pesan tersebut, rasanya lega hatiku, rasanya beban yang selama ini kusimpan dan terpendam dalam hatiku terkuak dan tersiar ke seluruh dunia. Selama ini aku tak pernah mengungkapkan satu patah katapun bahwa aku pernah mencintai seorang perempuan. Tetapi dengan menulis pesan tersebut membuatku menjadi punya sikap yang jelas dan semakin meyakini rasa cintaku yang sangat berlebihan kepada Vanesha. Apalagi setelah membaca pesan Vanesha di jejaring sosial untukku, aku merasa dunia betul-betul indah, kehidupan yg puluhan tahun kujalani bagai robot tak punya rasa, kandas karena kesejukan hati membaca ungkapan hati Vanesha. Hidup tak acuh yang pernah kujalani dan rasa sesal terhadap Tuhan yang pernah terbersit dalam hidupku, musnah sudah. Akhirnya aku yakin dengan kalimat : “Sesuatu akan indah pada waktunya” . Karena benar-benar indahlah yang kurasakan kini dalam hidupku. 

Pesan Vanesha Margareth yang dikirmkannya di jejaring sosial untukku, yang membuat buluh-buluh darahku mengalir deras dan jantungku berdetak tak keruan, berbunyi seperti ini : 
”Aku tahu mengapa kamu mencintai dan memilihku : krn aku bukan perempuan biasa, krn aku mandiri, krn aku GILA, aku DINAMIS, aku COWBOY ... aku bisa di ajak dalam situasi apapun, situasi tersulit sekalipun ... aku bisa menjadi tempat curhatmu .. aku bisa menjadi tempat pelampiasan amarahmu .... aku bisa menjadi sahabatmu, teman diskusimu ...aku bisa menjadi ibu bagimu disaat kamu butuh ketenangan ... dan aku bisa menjadi pasangan terbaikmu saat di ranjang ... aku juga bisa menerima bukan saja KELEBIHAN dan KEBAIKANmu, tapi aku bisa menerima segala KEKURANGAN dan KEBURUKAN yang ada pada dirimu ... dan yang terpenting aku selalu bisa memahamimu, memaafkanmu dan berlaku mesra setiap saat.... Dan satu hal yang selama ini belum pernah terucap dari mulutku bahwa AKU MENCINTAIMU LEBIH DARI APAPUN ...Sayang, kuingin berbagi Ranjang Cinta hanya dengan dirimu, bergelut manja dengan keringat bercucuran membasahi hati dan tubuh kita yang menyatu.....Kuingin hanya jemarimu saja yang mengusap kulit tubuhku dengan cinta yang berdetak di nadimu......Hanya kecupan hangatmu di payudaraku yang bisa melupakan rasa DENDAM yang selalu bersemi terhadap perbuatan Laknat mantan suamiku .....Karena mata dan hatimu telah menawanku dalam kerangkeng Kasih yang begitu dahsyat....Tak ingin ku terlepas lagi dari Rangkaian Asmara yang berapi-api.... Peganglah tanganku, Dekaplah Tubuhku, Ciumlah Bibirku dan Hujamkanlah kejantananmu hanya untukku.... selalu, selalu dan selalu...jangan pernah berlalu..... Kasih Kuserahkan Tubuh dan Hatiku hanya untukmu saja.... Jamahlah sepuas yang kau kehendaki....” 

Pesan yang di tulis Vanesha itu membuatku mampu mengambil keputusan tentang hubungan kami, yang tadinya aku selalu ragu untuk mengakhiri masa lajangku, tapi kini aku semakin teguh untuk menjalani sisa hidupku ini hanya dengan seorang Vanesha Margareth. Pernikahan akan kulangsungkan secepatnya dan hari-hariku ke depan hanya untuk sebuah keluarga baru yaitu Keluarga Dante Christofer Sagara, SE, ME. 

Aku berjanji dalam hatiku bahwa segala bayang-bayang masa lalu yang begitu kelam, akan ku kubur dan tak kan ku mengingatnya lagi, walau mungkin ada yang bisa di jadikan kenangan, namun daripada kembali terluka karena mengorek luka, lebih baik aku kubur seluruh kisah sedalam inti bumi dan takkan muncul kembali. 


Catatan : 
1. Cerita ini hanya fiktif saja, jika ada kesamaan dalam kehidupan seseorg, ini Cuma kebetulan saja
2. Mohon tidak mengutip atau menjiplak, hargai sebuah hasil karya 
3. Terimakasih anda sudah membaca tulisan karya saya, segala saran dan kritik sangat diperlukan