Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut.
FRANS. CONNRAD PALAUNSOEKA Lahir di desa Malapi, Putussibau Kapuas Hulu Kalimantan Barat tanggal 19 Mei 1923, dari pasangan Daun Ma’ Neiding dan Rengen Soeka. Panggilan sehari-harinya adalah Palaun, sedangkan Soeka merupakan marga dari ibunya yang merupakan Samagat (Bangsawan dalam suku Dayak Taman).
Palaun merupakan cucu seorang Pendiri Rumah Betang Malapi I Kapuas Hulu dan Pejuang HAM bernama BALE POLOKAYU (ayah dari Daun) yang sudah diakui oleh Pemerintah pada zaman ORBA, yaitu memperjuangkan adat istiadat Gawai Mamandung, di mana pada zaman dahulu orang melakukan Gawai dengan mempersembahkan salah satu pelayan atau pembantunya untuk dibunuh dengan cara di tombak di dalam kerangkeng kayu yang disebut pandung, dengan maksud untuk dipersembahkan kepada leluhur. Selain itu jika para bangsawan dari Suku Daya’ Taman meninggal, salah satu dari pelayan bangsawan itu harus dibunuh dengan maksud untuk menemani si Bangsawan yang meninggal tersebut. Tradisi inilah yang diperjuangkan dan diubah oleh BALE POLOKAYU, beliau menggantikan manusia yang di kurbankan dengan Kerbau/Sapi.
Seperti kakeknya Bale Polokayu, FC. Palaunsoeka memang terlahir sebagai Pemimpin dan Tokoh. Palaun merupakan seorang Tokoh Dayak dan Tokoh Katolik Nasional yang taat sampai akhir hayatnya dan mempunyai sifat yang sangat perduli terhadap orang banyak. Dan juga sebagai pemimpin partai besar dan organisasi besar.
Hidupnya merakyat dan dekat dengan orang-orang kecil. Ramah dan selalu berbuat untuk orang banyak. Kalau beliau hendak menuju daerah Sanggau dan melewati beberapa kabupaten dan kecamatan, beliau pasti turun dari mobil untuk bersalaman dengan masyarakat di situ, biar sebentar tapi hal tersebut dilakukannya, tidak semua tokoh mau berbuat seperti itu. Bahkan jika beliau berada di Pontianak, berduyun-duyun orang mendatanginya, dan tidak pernah di tolaknya, padahal sebagian besar orang yang bertemu dengan beliau, meminta uang atau bantuan untuk keperluan pribadi orang-orang tersebut. Sikap yang melayani dan rendah hati seperti ini sudah langka kita temui pada para wakil rakyat.
Perjuangannya untuk masyarakat Dayak dan untuk gereja serta untuk Kalimantan Barat menjadi legenda di hati masyarakat Kalimantan Barat.
Selama hidupnya Palaun mengabdikan dirinya hanya untuk Partai, Suku, Gereja dan orang-orang yang berkekurangan.
Seorang Tokoh yang taat dan takut terhadap Tuhan, sehingga tak terpengaruh dengan ajaran-ajaran komunisme pada saat Komunime pernah merebak di Indonesia. Palaunsoeka bergabung dengan Partai Katolik dan menolak ajaran komunisme. Juga pada zaman Republik Indonesia Serikat (RIS), Palaunsoeka tetap pro kepada NKRI. Beliau tidak mudah terpengaruh dengan masuknya hal-hal baru yang berkembang di dunia perpolitikan. Beliau sangat berhati-hati dalam perpolitikan, sehingga sampai akhir hayatnya Palaunsoeka dikenal sebagai Tokoh yang sangat bersih.
Selama hidupnya, Palaunsoeka cinta akan Budaya terutama Budaya Dayak dari Suku Taman. Pada tahun 1940-an, pada zaman itu, orang-orang Kalimantan belumlah berani mempertunjukkan seni budaya dayak, namun Palaunsoeka sudah memperkenalkan tarian dayak dari suku Taman dan Pakaian manik-manik dari suku dayak Taman, dan beliau tak segan-segan menggunakan Tengkulas (penutup kepala) yang biasa digunakan pria dari suku dayak Taman.
Kecintaannya pada dunia seni tertuang dengan beberapa buah lagu yang diciptakan oleh Palaunsoeka, antara lain Mars Daya’ (Dayak) pada tahun 1949 (yang sekarang menjadi lagu Mars seluruh masyarakat Dayak di Indonesia dan Malaysia) dan lagu ADI ASI.
Sebelum terjun ke dunia politik, Palaun adalah seorang GURU dan WARTAWAN. Beliau lulusan dari Seminarium Nyarumkop Kalimantan Barat tahun 1941, pernah kuliah di Fakultas Hukum namun tidak selesai dan Kursus Notaris.
Beliau pernah menjadi wartawan Keadilan dan Suluh Kalimantan pada tahun 1948 – 1949 dan pada tahun 1965 menjadi Redaktur Harian Kompas dan Penulis I Harian Kompas.
Sebelum Kemerdekaan beliau pernah menjadi Guru Taisyo dan Bahasa Jepang di Putussibau. Shodancho kami Kapuas Seinandan di Putussibau.
Melihat perawakan yang ganteng dengan tinggi 180 cm, hidung mancung, mata kecoklatan dan kulit berwarna kemerahan, tak ada sama sekali yang mengira bahwa pria cerdas ini merupakan Suku Daya’ Taman Kapuas Hulu Kalimantan Barat yang telah menjadi anggota MPR/DPR RI terlama selama 42 tahun, di mulai dari tahun 1948, dari Partai Daya’, Partai Katolik dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Usia 25 tahun Palaunsoeka sudah menjadi anggota parlemen.
Prestasi ini merupakan sesuatu yang luarbiasa, mengingat FC. Palaunsoeka berasal dari ujung timur Propinsi Kalimantan Barat tepatnya di Desa Malapi, Putussibau, Kapuas Hulu. Dimana pada tahun 1940 an belum ada jalan darat yang menghubungkan Pontianak yang adalah ibukota provinsi Kalimantan Barat dengan Kapuas Hulu. Warga masih menggunakan transportasi sungai. Namun dengan tekad dan semangatnya untuk maju, Palaun menunjukkan bahwa Lelaki Uncak Kapuas tak kalah saing dengan daerah-daerah lain.
Banyak tulisan di dunia internet antara lain Wikipedia Ensiklopedia bebas dan literatur lainnya yang mengatakan bahwa yang mendirikan Orgnasisai Persatuan Daya’ adalah Tokoh Lain. Di sini perlu ditegaskan bahwa Pendiri Organisasi Persatuan Daya’ adalah Bapak FC. Palaunsoeka, didirikan pertama kali di Putusibau, Kabupaten Kapuas Hulu pada tanggal 3 Oktober 1946 dengan nama Daya’ In Action. Ketuanya adalah (Alm) FC. Palaunsoeka sedangkan Sekretaris adalah Bapak (Alm) Rafael Sarang (Bapak Mertua dari LH Kadir). Diharapkan para penulis maupun pembaca, sudah saatnya meluruskan SEJARAH, jangan memutarbalikkan SEJARAH, melupakan ataupun meniadakan sejarah. Hargai perjuangan Para pendahulu.
Tujuan didirikannya Dayak In Action ini yaitu :
- Untuk mempersatukan masyarakat dayak yang terdiri dari berbagai macam sub suku.
- Untuk memperjuangkan hak-hak dan martabat masyarakat dayak dari penjajahan dan pendatang agar bisa sederajat.
- Menurut keadilan sosial dalam masyarakat.
Pada tahun 1947 beberapa daerah (kabupaten) meminta untuk memindahkan kedudukan Daya’ in Action ke Pontianak sebagai ibukota Propinsi Kalimantan Barat. Dan pada tanggal 1 Januari 1948 pemindahan Daya’ In Action dan penggantian nama menjadi Persatuan Daya’ diumumkan secara serentak ke seluruh Kalimantan Barat.
Tujuan dari Persatuan Daya’ yaitu :
- Mempertahankan kedaulatan Bangsa dan Negara Indonesia
- Mewujudkan suatu susunan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah-daerah yang di bentuk berdasarkan kehendak rakyat (demokrasi)
- Melaksanakan keadilan sosial dalam masyarakat .
- Mewujudkan perbaikan nasib Suku Bangsa Indonesia Dayak yaitu dengan mengangkat derajat penghidupa, mempertinggi pengetahuan, menghapuskan kesengsaraan dan penderitaan.
Sumber tentang FC. Palaunsoeka sebagai pendiri organisasi Persatuan Daya’ pernah dimuat di majalah Kalimantan Review, pada saat itu bapak LH Kadir membantah edisi sebelumnya yang mengatakan bahwa Tokoh lain yang mengaku mendirikan Persatuan Daya’. Menurut LH Kadir (mantan wakil Gubernur Kalbar 2004 – 2009) pendiri Persatuan Daya’ adalah FC. Palaunsoeka.
Sumber lain yaitu pelaku dan saksi sejarah Bapak Baroamas Masuka Janting (Tokoh Pejuang dan Mantan Pejabat Kalbar era ORLA), H Omar (Tokoh Sanggau), Bp Apay (Tokoh Sekadau), BL Atan Palil (Ketua MADN Kalbar), Drs, Massardy Kaphat (Tokoh Politik Kalbar), mereka menyampaikan bahwa Pendiri Persatuan Daya’ adalah bapak FC. Palaunsoeka.
Kemudian pada saat Persatuan Daya’ dipindahkan ke ibukota propinsi tahun 1948, yang menjadi Ketua Umumnya adalah bapak Agustinus Djelani (Bupati Mempawah yang pertama). Beliau menjabat dari tahun 1948 – 1951.
Kemudian berdasarkan hasil kongres di Sintang terpilihlah Bapak FC. Palaunsoeka sebagai Ketua Umum Persatuan Daya’ tahun 1951 – 1962 dan Sekretarisnya Bapak Victor Oendoen.
Pada Pemilu tahun 1955 Partai Persatuan Dayak memperoleh 1 kursi di Senayan dan mengutus FC. Palaunsoeka untuk menjadi wakil rakyat.
Beberapa organisasi yang didirikan Palaunsoeka selain Persatuan Daya yaitu Gerakan Pemuda Daya’ Baru yang didirkan pada tahun 1948.
Pada tahun 1965 menjadi Salah satu Pendiri Harian KOMPAS, yang mana pada saat itu bermula dari Jenderal Ahmad Yani yang mengusulkan kepada Frans Seda yang saat itu menjabat sebagai Menteri Perkebunan Rakyat agar Partai Katolik membuat Koran untuk menandingi Wacana PKI yang berkembang sangat baik pada saat itu. Di tunjuknya Partai Katolik, karena menurut Jenderal Ahmad Yani jika orang Katolik membuat sesuatu biasanya akan baik dan lancar. Maka selanjutnya Frans Seda memanggil Jakob Oetama dan PK Ojong yang pada saat itu aktivis Partai Katolik dan pemilik majalah Intisari. Kemudian diadakanlah rapat beberapa kali, akhirnya terbentuk Harian Bentara, nama ini datangnya dari Frans Seda, dan sebagai Ketua IJ kasimo, Wakil Ketua Frans Seda, Penulis I FC. Palaunsoeka, Penulis II Jakob Oetama dan PK Ojong sebagai Bendahara.
Pada saat Harian Bentara ini lahir, para pengurus melaporkan kepada Presiden Soekarno bahwa telah terbentuk Koran baru yang bernama Bentara dari Partai Katolik, dan ternyata presiden Soekarno mengganti nama tersebut dengan KOMPAS, yang mana artinya adalah penunjuk Arah atau Koran yang bisa mengarahkan kepada sesuatu yang baik.
Peran Palaun disini merupakan Penulis I Koran Kompas, sesuatu yang luarbiasa dari si anak Uncak Kapuas, di mana pada saat itu tranporatsi serba susah namun Palaun sudah mampu mengambil posisi-posisi yang baik di ibukota negara Republik Indonesia. Palaun berjuang melalui tulisan-tulisannya yang di terbitkan dalam Koran Lokal maupun Koran Nasional.
Nomor dua dari kiri A Sjahdan, Ayub, Panglima Batu dan paling ujung sebelah kanan adalah FC. Palaunsoeka
Saat Partai Persatuan Daya’ berfusi ke Partai Katolik Palaunsoeka berperan sebagai inti di Partai Katolik yaitu
- Tahun 1962 – 1973 terpilih FC. Palaunsoeka sebagai Ketua Umum Partai Katolik untuk Kalimantan Barat.
- Tahun 1963 terpilih sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Katolik di Jakarta.
- Tahun 1964 – 1968 terpilih sebagai Ketua Presidium DPP Partai Katolik di Jakarta.
- Tahun 1968 – 1973 sebagai Ketua I DPP Partai Katolik di Jakarta
- Pada Pemilu tahun 1971 Partai Katolik di seluruh Indonesia memperoleh suara 603.740 suara 3 kursi dan salah satunya adalah dari kalimantan Barat yaitu FC. Palaunsoeka.
Sejak Partai Katolik berfusi ke Partai Demokrasi Indonesia, Palaunsoeka ikut bergabung ke Partai lambang Banteng tersebut dengan jabatan sebagai berikut :
- Tahun 1973 peserta rapat FUSI kelima Partai yang berfusi dalam Partai Demokrasi Indonesia
- Tahun 1973 – 1988 Ketua Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Kalbar.
- Tahun 1976 -1981 Ketua DPP PDI (terpilih pada saat Kongres I berakhir sampai kongres II tgl 2 Januari 1981)
Organisasi yang pernah diikuti oleh Palausoeka selain Persatuan Dayak, Gerakan Pemuda Daya’ Baru, Partai Katolik dan Partai Demokrasi Indonesia, juga tergabung di :
1. Sebelum tahun 1945 Shodantyo Seinandan Kapuas Hulu di Putussibau.
2. Tahun 1947 – 1950 Pengurus Pleno GAPI (organisasi Politik yang pro RI) di Pontianak.
3. Tahun 1948 – 1950 Groepaleider Kepanduan Katolik di Pontianak
Riwayat Palausoeka sebagai wakil rakyat :
- Tahun 1948 dalam pemilu terpilih sebagai Anggota DPRD Kalimantan Barat dari Partai Persatuan Daya’
- Tahun 1950 dalam Pemilu terpilih sebagai anggota Parlemen RIS kemudian RI dari Partai Persatuan Daya’
- Tahun 1955 pada Pemilu terpilih kembali sebagai anggota DPR-RI dari Partai persatuan Daya’
- Tahun 1959 anggota DPRGR
- Tahun 1971 pada pemilu terpilih sebagai anggota DPR-RI dari Partai Katolik
- Tahun 1977 pada pemilu terpilih sebagai anggota DPR RI / MPR dari Partai Demokrasi Indonesia
- Tahun 1982 pada pemilu terpilih kembali sebagai anggota DPR RI / MPR dari Partai Demokrasi Indonesia
- Tahun 1987 pada pemilu terpilih kembali sebagai anggota DPR RI / MPR dari Partai Demokrasi Indonesia
FC. Palaunsoeka berkacamata di sebelah kanan paling ujung |
Keperdulian FC. Palaunsoeka terhadap NKRI dibuktikan dengan berbagai prestasi dan perjuangan yang dilakukannya antara lain :
- Tahun 1948 FC. Palaunsoeka menjadi anggota Badan Penyelenggara Kongres Pemuda Indonesia se-Kalimantan Barat (Pro RI) di Pontianak.
- Tahun 1949, Wakil Ketua Panitia Perayaan Hari Proklamasi 17 Agustus 1945 di Pontianak, di mana SANG SAKA MERAH PUTIH untuk PERTAMA KALInya dikibarkan dengan upacara di LAPANGAN KHATULISTIWA (Kebun Sajoek) di Pontianak.
- Tahun 1958 Ikut terlibat dan salah satu pendiri pembentukan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
- Tahun 1960 Anggota Badan Pertimbangan Departemen Perdagangan
- Tahun 1960 pada waktu TRIKORA menjadi anggota Team KOTOE ke NTB, NTT dan MALUKU
- Tahun 1963 pada waktu DWIKORA menjadi anggota Team dedolarisasi daerah RIAU
- Tahun 1960 Anggota peserta Musyawarah Nasional (MUNA)
- Tahun 1964 – 1966, menjadi anggota MUPPENAS/BAPPENAS
- Tahun 1964 – 1966 menjadi anggota pembantu pimpinan MPRS
- Tahun 1966 menjadi Juru Bicara dari Indonesia di Asean Parlemen untuk menjelaskan kepada Tokoh Pemerintah di Korea Selatan, Jepang dan Philipina tentang G. 30 S. PKI dan Perjuangan Orde Baru
Lain-lain :
- Tahun 1956 anggota delegasi Parlemen mengunjungi / meninjau Negara / Kota : Italia, swedia, Uni sovyet, Polandia, Chekoslowakia, Rumania, Libanon, Syria, Baghdad, Karachi, Bombay dan Bangkok.
- Tahun 1964, mengunjungi/ meninjau negara-negara : Italia, Libanon, Mesir, Jordania, serta daerah tepi Barat Jordan dan Kota Suci Jerusalem
- Tahun 1964 menghadiri Konferensi Kaum awam Katolik di Bombay serta meninjau bekas jajahan Portugis GOA (India)
- Tahun 1965 delegasi MPRS ke Korea Utara, RRC dan Kamboja
- Tahun 1966 delegasi DPR ke Korea Selatan, Jepang Filipina dan mengunjungi Hongkong dan Macao
- Tahun 1967 menghadiri Councel Meeting Uni Parlemen Asia (APU) di Bangkok serta meninjau daerah pedalaman Utara Thailand
- Tahun 1968 menghadiri Konferensi APU di Bangkok serta meninjau daerah perbatasan dengan Birma dan Malaysia
- Tahun 1973 delegasi DPR meninjau Perancis, Denmark, Swedia, Austria, Swiss dan mengunjungi Negeri Belanda.
- Tahun 1983 delegasi DPR-RI ke Yugoslavia dan Polandia dan mengunjungi Belanda dan Jerman Barat.
Ayah : Daun Ma’ Neiding
Ibu : Rengen Soeka
Abang : Ferdinandus Neidingsoeka
Adik : Maria Tutusari Soeka
Ignatius Daniel Soeryamassoeka
Istri : Maria Untot Nyangun
Anak-anak : 1. Maria Martina Palaunsoeka
2. Joseph Thomas Palaunsoeka
3. Anna Victoria Palaunsoeka
4. Margaretha Joanna Palaunsoeka
5. Fransiska Huberta Palaunsoeka
6. Eugenne Yohanes Palaunsoeka
7. Theodorus Manalo Palaunsoeka, SH
8. Bhenedektus Mulia Palaunsoeka
9. Raja Conrad Isaray Palaunsoeka (Alm)
10. Fransiskus
Nyalaturi Palaunsoeka
Sekapur sirih dari Penulis :
saya mencoba mengangkat biografi bapak FC. Palaunsoeka, dengan mencari informasi dari berbagai pihak. Informasi atau data-data tersebut saya kumpulkan sejak tahun 2008, seandainya masih ada kekurangan informasi yang belum disampaikan kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Tujuan disusunnya Biografi Tokoh yang melegenda ini, karena :
- Sebagai orang Dayak Kami bangga akan perjuangan dari bapak FC. Palaunsoeka secara lokal maupun di tingkat nasional
- Agar generasi Dayak dan Masyarakat Kalimantan Barat umumnya mengetahui dan mengenal bahwa ada seorang bernama FC. Palaunsoeka yang berasal dari Bumi Uncak Kapuas yang telah mengangkat nama Kalimantan Barat dan Indonesia.
- Kami berharap, generasi Dayak berikutnya dapat membaca dan mengikuti jejak perjuangan dan prestasi yang dilakukan oleh Bapak FC. Palaunsoeka
- Agar apa yang telah di perjuangkan Bapak FC. Palaunsoeka selama hidupnya tidak tenggelam di makan zaman dengan sia-sia
Literatur :
- Riwayat Hidup FC. Palaunsoeka
- Sejarah Berdirinya Harian Kompas
- Sejarah Berdirinya Persatuan Daya’
- AD/ART Persatuan Daya’
- Biografi Jakob Oetama
- Partai Katolik Republik Indonesia
- Kalimantan Review
- Rufinus Langgur (Mantan pengurus Partai katolik dan anggota DPR dari Flores serta mantan ketua Pemuda Katolik)
- HM. Baroamas Masuka Janting
- ID. Soeryamassoeka
- H. Omar
- Apay Sekadau
- BL. Atan Palil
- Drs. Massardy Kaphat
8 komentar:
the real dayak's hero...dikenang..diikuti dan dilanjutkan perjuangannya...
Seorang Tokoh Kalimantan Barat (Dayak) yg luar biasa, sewajarnya mendapatkan penghargaan, minimal namanya diabadikan sebagai nama jalan di Kota Pontianak.
sy putra asli kalbar asal sekadau sangat terkesan atas perjuangan beliau..hormat untuk bp Palaunsoeka
ex design ...trimakasih
Perjuangan yg tak kunjung padam
setuju bung will ranmale ... seharusnya ada perhatian dr pihak pemerintah untuk mngabadikn nama beliau
budi susandi, trimakasih y pak
Posting Komentar