Senin, 29 Oktober 2012

HITAM HATIKU


Pontianak, 04 Januari 2012

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut 

Limbung kelayang berlatar langit 
Di hajar angin di tarik benang 
Bagai pemabuk berdansa 
Tak ada arah kemana bernaung 
Begitulah warna hati si gadis 

Seruling nafas bersenda takdir

Adakah kencana yang kan membawa terbang 
Ke singgasana Ratu Fortuna, 
Karena pualam batin tergores luka 

Rautnya tak lagi merona
Senyumnya pudar bercadar kabut 
Kekasih hatinya merindu sang angsa 
Hingga tak perduli lekukan dadanya

Hitam - hitam selendang bertabur 
Bertandak pada pikiran dan hati 
Hanya ada dendam menggores pada hidup 
Sebagai pemuas rasa sakit yang menyerang 

Akankah sang kekasih menyimak 
Rangkaian pilu yang tertulis 
Akankah sang pujaan mendengar
Lentunan duka yang menyerang hati 
Akankah sang jantung hati menoleh 
Air mata perih mengaliri kesunyian ini
Gelap.... Hitam...... Hati yang tersakiti

KORBAN HARGA DIRI


Pontianak, 3 Oktober 2011

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut            

Betapa gantengnya laki-laki dalam foto ini, ku temukan di sela-sela lembaran buku harian ibu, kupandangi tak berkedip, Pantas saja ibu begitu mencintainya, dia terlihat ganteng dan gagah, inikah ayahku, seandainya kami hidup bersama layaknya sebuah keluarga bahagia, betapa bangganya aku. Dia lelaki gagah dan ganteng yang terlihat baik hati, tapi mengapa dia tak menikahi ibu.
                                                    
Buku harian yang sudah usang itu tak asing untuk ku, sejak kecil aku sering melihat ibu menulis dan membaca ulang sambil menghapus airmatanya, tapi hari ini entah mengapa hasratku ingin membuka dan membacanya begitu kuat dalam benak, dan ternyata jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku selama ini tentang Siapa Ayah dan Mengapa aku hidup tanpa Ayah terjawab sudah. Maafkan aku ibu, selama ini aku menuduhmu telah tega memisahkanku dengan ayah, ternyata aku telah dapat cerita yang sesungguhnya.

Aku adalah seorang perempuan yang di lahirkan dengan status anak di luar nikah alias anak haram, hasil dari perselingkuhan ibu dengan seoang pria bujangan. Pada saat itu ibu berstatus istri orang  dan sudah di karuniai 3 orang anak. Keadaan rumah tangga ibu yang kurang harmonis membuat ibu jatuh ke pelukan seorang pemuda ganteng yang usianya terpaut 3 tahun lebih muda. Ibu lebih memlih hidup bersama dengan Pemuda ini, karena walau Pemuda tersebut kasar namun lebih memperhatikan dan bisa memberikan kebutuhan batin yang di dambakan selama ini. Pemuda yang mampu membelai pucuk-pucuk kerinduan ibu pada sosok lelaki yang menaburkan mawar cinta di aliran darah seorang perempuan yang kosong akan sentuhan kehangatan cinta. Hingga kerelaan muncul pada diri perempuan selembut Ibu untuk meninggalkan 3 darah dagingnya dari hasil perkawinan sebelumnya hanya untuk mengejar lelaki ganteng ini.

Tapi kepasrahan ibu hanya membuat pria ini menjadi besar kepala, bersikap seenaknya dan selalu merendahkan. Yang membuat ibu tak terima, lelaki itu tak pernah percaya bahwa bayi yang di kandung ibu pada saat itu adalah anaknya. Setiap kali ia marah, selalu hal tersebut yang dilontarkannya, bahkan berkali-kali menyuruh ibu menggugurkan kandungannya. Pria itu memberikan cintanya dengan cara yang aneh, seolah tak membutuhkan siapapun, padahal cinta sedang menari di altar hatinya. Dia dapat membuat dirinya setegar batu karang di saat mengatakan dia tak mencintai siapapun, padahal dia adalah lelaki pencemburu yang sangat rapuh, yang sebenarnya selalu merindukan belaian seorang perempuan yang lebih dewasa dari dirinya..

Suatu ketika, pria itu menemukan Jantung Hatinya sedang berbicara dengan tetangga sebelah, sebenarnya yang dibicarakan adalah tentang saluran air yang tergenang di antara rumah lelaki itu dan tetangga sebelah kirinya. Namanya saja lelaki pencemburu, di depan si tetangga dia bisa tersenyum dan sok ramah, namun setelah di kamar, perempuan yang sudah setengah menjadi istrinya itu di pukuli dan di injak-injaknya di susul dengan kalimat-kalimat kotor yang tak lepas dari bibirnya. Ibu hanya mampu menangis dan tak bisa melawan, namun dalam hati, ibu berpikir, ini semua harus di hentikan. Biarlah gaun pengantin yang sudah di siapkan untuk pesta pernikahan 3 minggu lagi akan menjadi kenangan. Sikap lelaki ini membuat ibu sadar dan meninggalkan semua kebodohan yang pernah dilakukan.

Harga diri seorang perempuan mengakibatkan aku lahir tanpa seorang ayah, mengakibatkan julukan ANAK HARAM kusandang seumur hidupku. Betapa ranggasnya aku sebagai anak, yang tak pernah meminta untuk dilahirkan, yang tak pernah meminta untuk ada dan melihat bejatnya dunia ini, tetapi aku harus lahir dan ada di dunia ini. Hasil dari keegoisan manusia, menyebabkan aku harus lahir dan menerima hinaan dari teman-teman di sekelilingku, aku harus bisa menerima cibiran dan omongan yang begitu pedas mengenai asal usulku. Apakah manusia-manusia yang mengaku dirinya dewasa itu pernah berpikir tentang keadaanku setelah lahir. Mereka hanya tahu kenikmatan sesaat, mereka hanya tahu melampiaskan nafsu durjananya saja. Tanpa pernah berfikir bahwa mereka telah melukiskan warna pelangi tak sempurna di kanvas hidupku.

Puji Tuhan, 3 orang saudaraku dari hasil perkawinan ibu sebelumnya sangat menyayangiku, mereka tak pernah mengganggap bahwa aku berbeda dari mereka. Apalagi, ibu memang tidak pernah membedakan anak-anaknya, ibu selalu mengajarkan cinta kasih yang tulus terhadap semua anaknya.

Sejak ibu lari dengan pacarnya yang adalah ayah biologisku, suami terdahulu tak memandang ibu lagi, karena HARGA DIRI nya sebagai seorang suami telah terinjak-injak oleh sang istri, sehingga dia memilih perempuan lain untuk menjadi istrinya, dan perempuan itu sebenarnya merupakan perempuan yang telah dipacarinya selama 3 tahun tanpa sepengetahuan orang lain, tapi ibu dapat merasakannya, walaupun tak pernah memergoki perbuatan suaminya itu. Karena HARGA DIRI ibu yang telah dikhianati suaminya itulah, mengakibatkan perselingkuhan bisa terjadi antara ibu dan ayah kandungku.

Dan ketiga abangku lebih memilih tinggal bersama ibu, sejak pernikahan ayah mereka dengan istri barunya. Mereka tak tahan mendengar caci maki ayah setiap kali memarahi mereka, selalu tingkah laku ibu yang di ungkit-ungkit oleh ayah mereka, karena HARGA DIRI lah maka mereka lebih memilih hidup bersama ibu, walau resikonya mereka tak mendapat biaya hidup dan harta warisan dari ayah mereka yang merupakan Pengusaha di bidang perkapalan.
Kami dibesarkan bersama-sama sejak aku berumur 1 tahun dan selama ini ibu yang membiayai seluruh kehidupan kami tanpa bantuan dari suaminya terdahulu maupun dari ayahku.

Ibu membanting tulang untuk membesarkan kami, menyekolahkan kami hingga sarjana. Abang tertuaku Adri menyandang gelar sarjana ekonomi dan bekerja pada bank pemerintah, abang keduaku Barry merupakan  pengacara dan abang ketigaku Calvin seorang dokter spesialis paru-paru. Sedangkan aku sendiri Desca seorang arsitek. Dalam meraih gelar arsitekku abang-abangku ikut membantu biaya baik pendidikan maupun kebutuhanku lainnya, karena ibu sudah semakin tua sehingga ketiga abangku tak membiarkan ibu untuk bekerja keras lagi, bagi mereka sudah saatnya ibu untuk beristirahat dan menikmati hari tuanya.

Ketika aku ingin melupakan sosok dalam foto yang kulihat dalam Buku Harian ibu, ibu memanggilku bersama ketiga abangku. Ibu menyampaikan bahwa abang ketigaku Calvin bertemu dengan seseorang dari masa lalu mereka. Seorang laki-laki yang sekarang sedang terbaring di rumah sakit karena mengidap kanker paru-paru. Lelaki tersebut merupakan pasien dari dokter Calvin. Menurut Calvin, awalnya ia sama sekali tak mengenal lelaki tersebut, tetapi dari nama dan sorot matanya sepertinya tak asing bagi Calvin, sehingga Calvin mencoba untuk bertanya langsung kepada laki-laki itu, apakah pria ini adalah om Robby teman dari Clara, yang merupakan nama ibu.

Ternyata pria itu  tak membantah dan berkata bahwa sebelum ajalnya tiba dia ingin bertemu dengan Clara dan anak mereka. Dokter Calvin pun mencoba menggali lebih banyak lagi informasi tentang pria ini dan mencoba bertanya dengan keluarga yang menjaga Om Robby. Menurut keponakan dari Om Robby bahwa Om Robby merupakan pengusaha peternakan sapi yang sukses dan mempunyai 3 buah supermarket, sejak di tinggalkan kekasihnya Clara, hidup Robby jadi tak teratur, pergi pagi dan pulang larut malam dalam keadaan mabuk. Robby tak pernah menikah, hari-harinya di habiskan dengan mengurus pekerjaannya dan setelah itu mengurung dirinya di ruang kerja di kantornya, minum alkohol sendirian dan kemudian pulang larut dalam keadaan mabuk. Kadang tak ingat makan.

Bertahun-tahun Robby tak pernah berniat mencari Clara dan anaknya, karena Robby berpikir dengan cinta Clara yang luar biasa terhadap dirinya, maka Clara akan kembali kepangkuannya. Namun hari demi hari, tahun pun berganti, Clara yang di tunggu tak kunjung jua menampakkan batang hidungnya. Sedangkan Robby merasa dirinya seorang laki-laki yang harus di hormati perempuan, sebagai kepala rumah tangga, tak kan pernah dia mencari perempuan yang lari dari dirinya. HARGA DIRI nya sebagai seorang laki-laki akan hancur jika dia yang harus mengalah dan mencari kekasih dan anaknya.

Namun kini, apalagi yang akan di pertahankannya, tubuhnya menjadi korban akan penderitaan karena berpisah dari orang-orang yang sangat di kasihinya. Untuk apa semua kesuksesan, jika jantung dan buah hatinya tak pernah merasakan kesuksesan itu. Ajalnya sudah hampir tiba, ia ingin bertemu dengan kekasih dan anaknya. Ia ingin melihat anak yang di dambakannya, walau sering dicemoohnya namun hatinya selalu menginginkan memeluk darah dagingnya tersebut.

Pertemuan antara aku, ibu dan ayahku begitu mengiris sanubari. Pria yang dulunya kokoh, tegas dan keras, kini terbaring lemah dan tak berdaya. Menangis melihat perempuan yang dicintainya. Tampak sekali dari sorot matanya bahwa ia memang sangat mencintai ibu. Ibupun menangis melihat kerapuhan dari lelaki yang pernah membuatnya bertekuk lutut itu. Betapa ibu menyesali bahwa pernah meninggalkan laki-laki ini.
Dan saat melihatku, ayah tak mampu berkata apapun, dia membelai kepalaku dan mencium keningku. Kerinduan selama 24 tahun telah dilepaskannya di saat ia harus masuk ke lingkaran ajalnya sebentar lagi. Sisa-sisa hari dalam hidupnya tak akan di sia-siakannya lagi, dia akan mengisinya dengan pelukan kasih dalam hidup kekasih dan anaknya.

Sebatas apa aku harus merawat lelaki renta ini , dari dalam rahim ibu, dia tak pernah menginginkan kehadiranku d dunia ini, menyebabkan ibu harus melahirkn anak haram seperti ku, dan cap itu yang selalu ku gendong seumur hidupku, sebenarnya untuk apa ada rasa iba di hatiku, sanak saudaranya bisa merawatnya, tapi, mengapa aku ada terus d sampingnya, apakah ini KERINDUAN hatiku untuk menatap, memiliki dan merasakan sentuhan seorang ayah , walau hanya sekejap.

Ingin rasanya aku membenci lelaki tak berdaya ini, ingin juga aku membenci ibuku, ingin sekali aku pergi dari kenyataan hidup ini. Semua karena mempertahankan HARGA DIRI, maka hidup jadi porak poranda dan berjalan tak semestinya. Bagaimana jika aku juga berdalih dengan kata HARGA DIRI, apa yang kemudian terjadi, bukankah persoalan ini akan terus berputar dan tak ada habisnya. Apa arti sesungguhnya dari HARGA DIRI. Mengapa manusia yang hebat dan mengaku dirinya intelektual akhirnya harus kandas karena mempertahankan sebuah HARGA DIRI. Dimana kata MEMAAFKAN DAN MENGASIHI. Padahal, hidup ini terasa indah jika ada KASIH dan MAAF. Sungguh aku tak mengerti, manusia begitu kokohnya mengorbankan kebahagiaan dirinya dan orang-orang di sekitarnya hanya karena merasa HARGA DIRI nya terinjak-injak.

Kini setelah aku tahu masa silam ibu dari buku hariannya, setelah aku tahu asal usul dari kisah masa lalu ini, aku mencoba untuk tidak ingin menghakimi siapapun atas semua yang telah terjadi. Semua sudah berlalu dan terjadi. Bagiku manusia lahir dan hidup sudah ada yang mengaturnya, sudah ada yang merencanakannya, tinggal bagaimana kita bersikap lebih baik untuk kehidupan kita dan orang-orang di sekitar kita. Biarlah pengalaman hidup ibu, ayah dan mantan suami ibu, merupakan pelajaran yang bermanfaat untuk kami anak-anaknya. Bagaimana kami harus menghormati sebuah kata KESETIAAN, KEJUJURAN, KETERBUKAAN , SABAR, MEMAAFKAN dan MENGASIHI, bagaimana manusia hidup harus ada pengendalian diri yang kuat dan iman yang teguh, sehingga latar belakang kehidupan kami sebelumnya tak terulang kembali.

Catatan :
-          Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan dengan orang2 di sekitar pembaca,
Merupakan suatu kebetulan saja.
-          Mohon untuk tidak menjipak atau mengutip isi dan ide cerita tersebut
-          Hargai sebuah hasil karya

Rabu, 10 Oktober 2012

SENGKETA ROH PEREMPUAN

Pontianak, 08 Oktober 2012 

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut 

Nafas 3 orang pria mengitari jasadku, ketiganya menghamparkan permadani kisah dan bersujud di ranum senyuman bibirku. Kubelai kepala-kepala penawar cinta. Rasaku ingin mendekap dan berlabuh di kuil kasih di antara 3 sukma. Meliuk tubuhku memberikan rangsangan dan rohku bersetubuh dengan keinginan di mimbar cinta. Bagaikan dewi mereka letakkan diriku, pada singgah sana hati lelaki, dan kuterbius melayang tinggi, menghirup aroma kasmaran yang diperuntukkan pada diriku seorang. 


Ragam kisah kali ini tertulis dalam kitab hidupku, tercatat dalam sejarah lakuku, dan ku ingin menjalani 3 cinta ini dalam kurun waktu bersama, tak perduli akan cemooh para pengamat hidupku. Karena aku pelakon kisahku, dan aku mampu untuk melakoninya hingga selesai dan bermuara ke arah mana arus hidup membawanya. 

Jangan pernah persalahkan sosokku sebagai perempuan, karena aku bukan pemikat dan penawar dahaga. Aku hanya tersenyum dengan mata dan bibirku, dan keindahan tubuhku memancarkan seksualitas untuk mereka. Gemulaiku menghipnotis para lelaki dan mereka berlomba ingin menyibak gaunku. Ini semua merupakan keinginan mereka, bukan godaku, mereka yang memulai, bukan aku. Aku hanya memetik mawar cinta yg mereka persembahkan untukku. Aku hanya mencicipi anggur kasih yang mereka sodorkan di bibirku. Aku hanya dan hanya.

Ketika Lembah lembab itu ingin di belai, ketika hasrat sudah menodai sadar, yang ku ingat hanya kenikmatan yang terindu dan ini bisa terjadi karena kekosongan hati yang tak terisi oleh jemari-jemari kokoh. 

Rohku menjelajahi jasad-jasad kaum adam, dan 3 raut sekaligus termiliki dan terdekap. Mereka dalam genggamanku dan awalnya hanya sebagai pemberi kenikmatan yang di butuhkan tubuh. Dan awal yang sering tak sejalan dengan perjalanan dan akhir. Keinginan hanya untuk menikmati kandas bersama hadirnya iba dan cinta. Bagaimana harus menjalani dengan 3 cinta sekaligus. Permainan ini semakin bahaya dan berbahaya. Semakin larut dalam kemasan asmara, tiada tara rasa di dada, selalu merasa ada yang membutuhkan. 

Namun ketika 3 cinta ini mulai berkeinginan memiliki hidupku, ketika 3 cinta ini mulai mempertanyakan tujuan hidupku, gelisah meraup wajah dan hadirku. Mulai berbagai alasan kucipta untuk pertanyaan demi pertanyaan dari 3 cinta. Terlebih, ketika sosok-sosok para pecinta ini mempertanyakan keseriusanku dan ada sosok yang ingin memiliki ku seutuhnya, dan sosok lainnya pasrah saja akan pilihan dari aku seorang perempuan. Jawaban apa yang akan kuberikan, resah menjadi tamu yang hadir dalam roh. Kemanapun pergi 3 bayang ini hadir menuntut jawabku. 

Fery, sang sosok yang mengajakku untuk hubungan yang serius, berhadapan dengan Dimas sosok yang ingin memilikiku seutuhnya, mereka menjadi bersengketa karena memperebutkan seorang perempuan dan akhirnya membuatku bingung dan jalan apa yang harus ku tempuh.  

Namun kedua sosok tersebut tak bergeming saat menghadapi Arsyaad sosok pria yang pasrah, pria yang hanya menyerahkan hatinya dengan penuh sederhana dan tak menuntut apapun selain kebahagiaan dewi yang dicintainya. Kepasrahan Arsyaad tak membuatku takluk, aku cuma iba pada kebaikan hatinya. 

Dan justru yang terpilih oleh hati adalah Dimas, pria yang ingin memiliki ku seutuhnya, dengan kekasaran dan caci makinya kulepaskan semua penutup tubuh hingga darah yang mengalir terlihat olehnya. Ku genggam erat sosok yang kasar ini, bagai bayi ia kuperlakukan, kumanja dan ku cumbui setiap waktu. Walau hinaan dan pukulannya menyiksa hati dan tubuh, tapi dialah laki-laki pilihan perempuan bodoh seperti ku. Kunikmati tubuhnya dengan sentuhan kasih mesra, kuhangati hatinya dengan ciuman yang tak berkesudahan. Rela mengorbankan waktu dan harta untuknya, yang penting hatiku terisi oleh bunga asmara dan rohku melayang ke puncak-puncak bahagia. Api cemburu selalu menyulut perjalanan cinta kami, hingga pertengkaran membahana, bermunculanlah bilur-bilur pada tubuhku dan setelah reda angkaranya bilur itu di belainya dengan lidah cintanya. Variasi cinta yang kutemui selalu hadir di antara aku dan Dimas, pria penuntut cintaku seutuhnya. Mengapa justru aku lebih merasa bahagia dengan jiwa yang gila. Apakah kegilaan sudah merasuki Roh Perempuanku. Sungguh tak ada yang bisa mengerti hati yang memilih pria gila ini. 

Fery si pria yang serius, ku abaikan begitu saja, namun tak juga ku melepasnya. Permainan cintanya sungguh menggebu, tapi aku muak akan pengertiannya yang berlebihan. Adakah cinta yang akan terus menghangatkan hubungan yang kaku ini. Bijak dan dewasa meronai alam kisah dengan pria ini, sangat membosankan namun tak cukup kuat untuk ku melepaskannya. 

Kini bagaimana aku harus bersikap, raga dan rohku sangat menikmati permainan yang tercipta ini, sangat memukau dan luar biasa, tak banyak perempuan seperti aku yang menaklukkan 3 hati lelaki dalam waktu bersamaan. Begitu disayangkan jika aku harus melepaskan diantara kenikmatan yang telah ku rengguk. 

Dan persengketaanpun akhirnya terjadi, di kala pertemuan 4 nyawa hadir untuk membicarakan bagaimana kelangsungan kisah gila yang sudah kulakoni ini. 2 di antara 3 pria itu berseteru, dan Arsyaad pria yang biasanya pasrah pada diriku menengahinya. 
Dengan bijak dia berkata : “Mari kita bicara secara terbuka dan dewasa, sebelum kesabaran ini mati dan kemarahan naik ke ubun-ubun kepala. Bukan hanya kalian yang punya amarah, aku juga bisa menghunus kemarahanku sampai ke jantungmu,” “Tapi buat apa kita saling mengumbar amarah,... emmmhhh... kita menjadi seperti sosok anak-anak yang saling bertengkar memperebutkan dan mempertahankan kepemilikan masing-masing, malulah kepada sekitarmu kawan, ... ingat .....!!! ini kisah gila yang terjadi.” 
Dia berkata dengan nada yang datar tanpa emosi, sambil dia menunjukku dengan telunjuknya, matanya menatapku tak berkedip, menusuk hingga belulangku lunglai dan tak mampu untuk berkata apapun lagi, dan katanya lagi : “ Dik, kamu tidak perlu takut dan cemas, hadapi ini semua, kamu berani memulainya, berani juga mengambil resikonya dan berani untuk mengakhiri, kamu jangan pernah lagi untuk menunda suatu keputusan tentang ini dik, kuatkan hatimu dan ambillah sebuah jawaban.” 

Kemudian Fery yang pernah serius meminang ku berkata : “ Rosha, Kau harus bisa memilih diantara kami bertiga sekarang ini, ingatlah bahwa aku pernah memberikan cincin berlian sebagai tanda jadi hubungan kita, dan ingat juga segala kebaikan yang pernah kuberikan padamu.” 
Tak ada lagi panggilan mama untukku seperti biasanya. Tak ada lagi suara yang selalu lemah lembut dalam canda, diskusi dan amarah. Dari kejadian ini, terlihat seutuhnya lelaki ini. 

Dan pria yang selalu mengasariku tapi sekaligus ku cintai berkata dengan khas gaya bicaranya : “Dasar pelacur, akibat pola mu ini, kami bisa saling membunuh dan ada yang mendekam di penjara, perempuan gila semacam kau tak pantas untuk ku miliki, silahkan ... kau pilih saja mereka dan tinggalkan aku, lebih baik aku menikah dengan pelacur berhati perempuan daripada perempuan berhati pelacur.” 

Kemudian .... hening, ... semua terdiam, dengan amarahnya masing-masing, ada yang meledak-ledak, ada yang berupaya bijak namun ego terselip dari kalimatnya dan ada yang tenang dalam menanggapi situasi yang sangat sulit ini. Terutama situasi yang sangat tidak bersahabat untukku. Ini akibat aku bermain api dan tak mampu memadamkannya, hingga aku ikut terbakar dan akhirnya luka akan ku jelang. 

Kembali Arsyaad berkata : “ Aku yakin, sebenarnya kita semua sangat mencintai Rosha, sampai detik inipun masih seperti itu, namun karena kecewa akan sikap Rosha kita menjadi marah, akhirnya kita mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan hati kita,.... saranku, jangan kita semakin meruncing masalah ini dan membuat luka orang yang mendengar, kita serahkan semua kepada Rosha untuk mengambil suatu keputusan.” 
“Dik Rosha....bicaralah, walau hanya satu patah kata... kami akan menghargai segala keputusanmu, walau itu sangat menyakitkan di antara kami yang tak terpilih” 

Akhirnya, dengan berupaya tegar aku berkata “ Beri aku waktu untuk menjawabnya, aku berupaya untuk membuat semuanya menjadi baik.” 

Kemudian aku berlalu dari suasana api neraka bagiku. Aku mencoba merenung dalam kamarku yang sejuk, berpikir untuk mengambil pilihan yang tersulit bagiku. Baru kusadari, setelah Pertemuan Laknat tadi, ternyata Pria yang kudambakan dan bisa mendampingiku adalah Sosok Arsyaad, Pria yang selalu pasrah itu. Tingkat kedewasaannya tinggi dan dia tidak mempermalukan aku sama sekali, di balik amarahnya, dia masih mampu untuk membela aku. Inilah Pria yang terpilih oleh hatiku, untuk hidupku. Pria yang sudah tahu jeleknya aku tapi masih mau menerimaku apa adanya dan tidak mempermalukan aku di depan umum. Pria yang masih mau menghargaiku sebagai perempuan yang sudah berkali-kali di tidurinya dan saat bersamaan di tiduri kedua laki-laki lain. Betapa Putih Hati Arsyaad, dialah laki-laki tambatan hati dan jiwa perempuan. 

Sedangkan Fery yang pernah dengan serius meminang aku, hanya mampu memojokkanku dengan satu kalimat memintaku untuk memilih dan mengungkit segala kebaikan yang pernah diberikannya untukku. Kalau dia memang serius, kenapa dia tidak menawarkan dirinya di saat aku sedang terpojok. Dia hanya memperlihatkan keegoannya saja, memang selama ini aku selalu merasa muak melihat sikap-siakpanya yang terlalu baik di tunjukkan di depanku, bagiku pria semacam ini hanya menyimpan kemunafikannya saja. 

Dan Dimas pria yang sering mengasari ku itu, perkataannya tak ada baiknya, apakah seumur hidupku akan tinggal dan hidup berdampingan dengan pria semacam ini. Apakah aku relakan tubuh molekku menjadi legam karena pukulan-pukulannya. Bagaimana jiwa anak-anakku kelak. Pria itu terlalu mengumbar amarahnya tanpa mampu untuk mengendalikan diri. Harga diriku terinjak-injak oleh perkataannya tadi. Mungkin jika aku menikah dengan dia, setiap hari aku di permalukannya dengan para tetangga dan handai taulanku. Ternyata selama ini aku hanya Merasa Cinta terhadap Dimas bukan mencintai. 

Dengan keputusan yang bulat keesokan harinya, aku mengumpulkan 3 pria itu, Fery, Dimas dan Arsyaad. Dengan tenang dan santai aku ungkapkan satu persatu isi hatiku dan keputusanku, wajahku kuhadapkan hanya pada Arsyaad Pria yang berhati Putih, yang selalu pasrah dengan keinginan-keinginanku, pria yang selalu aku bohongi di saat ia ingin bermesaraan dengan diriku.
Kataku : “ Setelah pertemuan kemarin, aku menjadi sadar, bahwa apa yang kulakukan tidaklah manusiawi dan tidak berakhlak. Tanpa kusadari, aku telah menyakiti perasaan kalian semua. Awalnya ini dari sebuah keisengan, yang akhirnya aku sangat menikmati permainan ini. Aku salah, dan kesalahanku ini tidak ada ampunannya lagi. Semua sudah terjadi, aku menyesalinya dan silahkan jika di antara kalian ingin membenciku. 
Bang Arsayaad, Rebahlah pada lekuk dadaku, 
Kau akan mendengar detak jantungku membisikkan namamu, 
Kau akan merasakan denyar cinta teralun pada tarikan payudaraku, 
Kau akan percaya bahwa hatimu yang terpilih, 
Kau mulai paham, agungnya roh ku mengitari kejantananmu 
Namun buaian kasih bersamamu tak dapat mencapai klimaks 
Karena aku tak ingin Roh ku menjadi Sengketa 3 orang pria. 

Adil kuterapkan untuk kisah ini, 
Tiada seorangpun dari kalian yang dapat memeras nafsuku lagi 
Biarlah kita semua terluka 
Tak hanya hatimu yg berdarah, Bang Arsyaad 
Hatiku dan hati mereka juga terasa perih 
Sedih dan tangis akan terbunuh oleh Sang Waktu” 

 “Selamat tinggal semua, selamat tinggal mimpi-mimpiku, maafkan atas salahku 
Biarkan aku berlalu, membawa keringnya dosa yang bertumpuk dalam pangkuanku 
Inilah akhir dari Kisah SENGKETA ROH PEREMPUAN, yang sudah ku cipta.” 


Catatan :
 - Cerita ini hanya fiktif belaka
 - Mohon untuk tidak menjiplak atau mengutip... Hargai Hasil Karya org lain