Senin, 29 Oktober 2012

KORBAN HARGA DIRI


Pontianak, 3 Oktober 2011

Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut            

Betapa gantengnya laki-laki dalam foto ini, ku temukan di sela-sela lembaran buku harian ibu, kupandangi tak berkedip, Pantas saja ibu begitu mencintainya, dia terlihat ganteng dan gagah, inikah ayahku, seandainya kami hidup bersama layaknya sebuah keluarga bahagia, betapa bangganya aku. Dia lelaki gagah dan ganteng yang terlihat baik hati, tapi mengapa dia tak menikahi ibu.
                                                    
Buku harian yang sudah usang itu tak asing untuk ku, sejak kecil aku sering melihat ibu menulis dan membaca ulang sambil menghapus airmatanya, tapi hari ini entah mengapa hasratku ingin membuka dan membacanya begitu kuat dalam benak, dan ternyata jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku selama ini tentang Siapa Ayah dan Mengapa aku hidup tanpa Ayah terjawab sudah. Maafkan aku ibu, selama ini aku menuduhmu telah tega memisahkanku dengan ayah, ternyata aku telah dapat cerita yang sesungguhnya.

Aku adalah seorang perempuan yang di lahirkan dengan status anak di luar nikah alias anak haram, hasil dari perselingkuhan ibu dengan seoang pria bujangan. Pada saat itu ibu berstatus istri orang  dan sudah di karuniai 3 orang anak. Keadaan rumah tangga ibu yang kurang harmonis membuat ibu jatuh ke pelukan seorang pemuda ganteng yang usianya terpaut 3 tahun lebih muda. Ibu lebih memlih hidup bersama dengan Pemuda ini, karena walau Pemuda tersebut kasar namun lebih memperhatikan dan bisa memberikan kebutuhan batin yang di dambakan selama ini. Pemuda yang mampu membelai pucuk-pucuk kerinduan ibu pada sosok lelaki yang menaburkan mawar cinta di aliran darah seorang perempuan yang kosong akan sentuhan kehangatan cinta. Hingga kerelaan muncul pada diri perempuan selembut Ibu untuk meninggalkan 3 darah dagingnya dari hasil perkawinan sebelumnya hanya untuk mengejar lelaki ganteng ini.

Tapi kepasrahan ibu hanya membuat pria ini menjadi besar kepala, bersikap seenaknya dan selalu merendahkan. Yang membuat ibu tak terima, lelaki itu tak pernah percaya bahwa bayi yang di kandung ibu pada saat itu adalah anaknya. Setiap kali ia marah, selalu hal tersebut yang dilontarkannya, bahkan berkali-kali menyuruh ibu menggugurkan kandungannya. Pria itu memberikan cintanya dengan cara yang aneh, seolah tak membutuhkan siapapun, padahal cinta sedang menari di altar hatinya. Dia dapat membuat dirinya setegar batu karang di saat mengatakan dia tak mencintai siapapun, padahal dia adalah lelaki pencemburu yang sangat rapuh, yang sebenarnya selalu merindukan belaian seorang perempuan yang lebih dewasa dari dirinya..

Suatu ketika, pria itu menemukan Jantung Hatinya sedang berbicara dengan tetangga sebelah, sebenarnya yang dibicarakan adalah tentang saluran air yang tergenang di antara rumah lelaki itu dan tetangga sebelah kirinya. Namanya saja lelaki pencemburu, di depan si tetangga dia bisa tersenyum dan sok ramah, namun setelah di kamar, perempuan yang sudah setengah menjadi istrinya itu di pukuli dan di injak-injaknya di susul dengan kalimat-kalimat kotor yang tak lepas dari bibirnya. Ibu hanya mampu menangis dan tak bisa melawan, namun dalam hati, ibu berpikir, ini semua harus di hentikan. Biarlah gaun pengantin yang sudah di siapkan untuk pesta pernikahan 3 minggu lagi akan menjadi kenangan. Sikap lelaki ini membuat ibu sadar dan meninggalkan semua kebodohan yang pernah dilakukan.

Harga diri seorang perempuan mengakibatkan aku lahir tanpa seorang ayah, mengakibatkan julukan ANAK HARAM kusandang seumur hidupku. Betapa ranggasnya aku sebagai anak, yang tak pernah meminta untuk dilahirkan, yang tak pernah meminta untuk ada dan melihat bejatnya dunia ini, tetapi aku harus lahir dan ada di dunia ini. Hasil dari keegoisan manusia, menyebabkan aku harus lahir dan menerima hinaan dari teman-teman di sekelilingku, aku harus bisa menerima cibiran dan omongan yang begitu pedas mengenai asal usulku. Apakah manusia-manusia yang mengaku dirinya dewasa itu pernah berpikir tentang keadaanku setelah lahir. Mereka hanya tahu kenikmatan sesaat, mereka hanya tahu melampiaskan nafsu durjananya saja. Tanpa pernah berfikir bahwa mereka telah melukiskan warna pelangi tak sempurna di kanvas hidupku.

Puji Tuhan, 3 orang saudaraku dari hasil perkawinan ibu sebelumnya sangat menyayangiku, mereka tak pernah mengganggap bahwa aku berbeda dari mereka. Apalagi, ibu memang tidak pernah membedakan anak-anaknya, ibu selalu mengajarkan cinta kasih yang tulus terhadap semua anaknya.

Sejak ibu lari dengan pacarnya yang adalah ayah biologisku, suami terdahulu tak memandang ibu lagi, karena HARGA DIRI nya sebagai seorang suami telah terinjak-injak oleh sang istri, sehingga dia memilih perempuan lain untuk menjadi istrinya, dan perempuan itu sebenarnya merupakan perempuan yang telah dipacarinya selama 3 tahun tanpa sepengetahuan orang lain, tapi ibu dapat merasakannya, walaupun tak pernah memergoki perbuatan suaminya itu. Karena HARGA DIRI ibu yang telah dikhianati suaminya itulah, mengakibatkan perselingkuhan bisa terjadi antara ibu dan ayah kandungku.

Dan ketiga abangku lebih memilih tinggal bersama ibu, sejak pernikahan ayah mereka dengan istri barunya. Mereka tak tahan mendengar caci maki ayah setiap kali memarahi mereka, selalu tingkah laku ibu yang di ungkit-ungkit oleh ayah mereka, karena HARGA DIRI lah maka mereka lebih memilih hidup bersama ibu, walau resikonya mereka tak mendapat biaya hidup dan harta warisan dari ayah mereka yang merupakan Pengusaha di bidang perkapalan.
Kami dibesarkan bersama-sama sejak aku berumur 1 tahun dan selama ini ibu yang membiayai seluruh kehidupan kami tanpa bantuan dari suaminya terdahulu maupun dari ayahku.

Ibu membanting tulang untuk membesarkan kami, menyekolahkan kami hingga sarjana. Abang tertuaku Adri menyandang gelar sarjana ekonomi dan bekerja pada bank pemerintah, abang keduaku Barry merupakan  pengacara dan abang ketigaku Calvin seorang dokter spesialis paru-paru. Sedangkan aku sendiri Desca seorang arsitek. Dalam meraih gelar arsitekku abang-abangku ikut membantu biaya baik pendidikan maupun kebutuhanku lainnya, karena ibu sudah semakin tua sehingga ketiga abangku tak membiarkan ibu untuk bekerja keras lagi, bagi mereka sudah saatnya ibu untuk beristirahat dan menikmati hari tuanya.

Ketika aku ingin melupakan sosok dalam foto yang kulihat dalam Buku Harian ibu, ibu memanggilku bersama ketiga abangku. Ibu menyampaikan bahwa abang ketigaku Calvin bertemu dengan seseorang dari masa lalu mereka. Seorang laki-laki yang sekarang sedang terbaring di rumah sakit karena mengidap kanker paru-paru. Lelaki tersebut merupakan pasien dari dokter Calvin. Menurut Calvin, awalnya ia sama sekali tak mengenal lelaki tersebut, tetapi dari nama dan sorot matanya sepertinya tak asing bagi Calvin, sehingga Calvin mencoba untuk bertanya langsung kepada laki-laki itu, apakah pria ini adalah om Robby teman dari Clara, yang merupakan nama ibu.

Ternyata pria itu  tak membantah dan berkata bahwa sebelum ajalnya tiba dia ingin bertemu dengan Clara dan anak mereka. Dokter Calvin pun mencoba menggali lebih banyak lagi informasi tentang pria ini dan mencoba bertanya dengan keluarga yang menjaga Om Robby. Menurut keponakan dari Om Robby bahwa Om Robby merupakan pengusaha peternakan sapi yang sukses dan mempunyai 3 buah supermarket, sejak di tinggalkan kekasihnya Clara, hidup Robby jadi tak teratur, pergi pagi dan pulang larut malam dalam keadaan mabuk. Robby tak pernah menikah, hari-harinya di habiskan dengan mengurus pekerjaannya dan setelah itu mengurung dirinya di ruang kerja di kantornya, minum alkohol sendirian dan kemudian pulang larut dalam keadaan mabuk. Kadang tak ingat makan.

Bertahun-tahun Robby tak pernah berniat mencari Clara dan anaknya, karena Robby berpikir dengan cinta Clara yang luar biasa terhadap dirinya, maka Clara akan kembali kepangkuannya. Namun hari demi hari, tahun pun berganti, Clara yang di tunggu tak kunjung jua menampakkan batang hidungnya. Sedangkan Robby merasa dirinya seorang laki-laki yang harus di hormati perempuan, sebagai kepala rumah tangga, tak kan pernah dia mencari perempuan yang lari dari dirinya. HARGA DIRI nya sebagai seorang laki-laki akan hancur jika dia yang harus mengalah dan mencari kekasih dan anaknya.

Namun kini, apalagi yang akan di pertahankannya, tubuhnya menjadi korban akan penderitaan karena berpisah dari orang-orang yang sangat di kasihinya. Untuk apa semua kesuksesan, jika jantung dan buah hatinya tak pernah merasakan kesuksesan itu. Ajalnya sudah hampir tiba, ia ingin bertemu dengan kekasih dan anaknya. Ia ingin melihat anak yang di dambakannya, walau sering dicemoohnya namun hatinya selalu menginginkan memeluk darah dagingnya tersebut.

Pertemuan antara aku, ibu dan ayahku begitu mengiris sanubari. Pria yang dulunya kokoh, tegas dan keras, kini terbaring lemah dan tak berdaya. Menangis melihat perempuan yang dicintainya. Tampak sekali dari sorot matanya bahwa ia memang sangat mencintai ibu. Ibupun menangis melihat kerapuhan dari lelaki yang pernah membuatnya bertekuk lutut itu. Betapa ibu menyesali bahwa pernah meninggalkan laki-laki ini.
Dan saat melihatku, ayah tak mampu berkata apapun, dia membelai kepalaku dan mencium keningku. Kerinduan selama 24 tahun telah dilepaskannya di saat ia harus masuk ke lingkaran ajalnya sebentar lagi. Sisa-sisa hari dalam hidupnya tak akan di sia-siakannya lagi, dia akan mengisinya dengan pelukan kasih dalam hidup kekasih dan anaknya.

Sebatas apa aku harus merawat lelaki renta ini , dari dalam rahim ibu, dia tak pernah menginginkan kehadiranku d dunia ini, menyebabkan ibu harus melahirkn anak haram seperti ku, dan cap itu yang selalu ku gendong seumur hidupku, sebenarnya untuk apa ada rasa iba di hatiku, sanak saudaranya bisa merawatnya, tapi, mengapa aku ada terus d sampingnya, apakah ini KERINDUAN hatiku untuk menatap, memiliki dan merasakan sentuhan seorang ayah , walau hanya sekejap.

Ingin rasanya aku membenci lelaki tak berdaya ini, ingin juga aku membenci ibuku, ingin sekali aku pergi dari kenyataan hidup ini. Semua karena mempertahankan HARGA DIRI, maka hidup jadi porak poranda dan berjalan tak semestinya. Bagaimana jika aku juga berdalih dengan kata HARGA DIRI, apa yang kemudian terjadi, bukankah persoalan ini akan terus berputar dan tak ada habisnya. Apa arti sesungguhnya dari HARGA DIRI. Mengapa manusia yang hebat dan mengaku dirinya intelektual akhirnya harus kandas karena mempertahankan sebuah HARGA DIRI. Dimana kata MEMAAFKAN DAN MENGASIHI. Padahal, hidup ini terasa indah jika ada KASIH dan MAAF. Sungguh aku tak mengerti, manusia begitu kokohnya mengorbankan kebahagiaan dirinya dan orang-orang di sekitarnya hanya karena merasa HARGA DIRI nya terinjak-injak.

Kini setelah aku tahu masa silam ibu dari buku hariannya, setelah aku tahu asal usul dari kisah masa lalu ini, aku mencoba untuk tidak ingin menghakimi siapapun atas semua yang telah terjadi. Semua sudah berlalu dan terjadi. Bagiku manusia lahir dan hidup sudah ada yang mengaturnya, sudah ada yang merencanakannya, tinggal bagaimana kita bersikap lebih baik untuk kehidupan kita dan orang-orang di sekitar kita. Biarlah pengalaman hidup ibu, ayah dan mantan suami ibu, merupakan pelajaran yang bermanfaat untuk kami anak-anaknya. Bagaimana kami harus menghormati sebuah kata KESETIAAN, KEJUJURAN, KETERBUKAAN , SABAR, MEMAAFKAN dan MENGASIHI, bagaimana manusia hidup harus ada pengendalian diri yang kuat dan iman yang teguh, sehingga latar belakang kehidupan kami sebelumnya tak terulang kembali.

Catatan :
-          Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan dengan orang2 di sekitar pembaca,
Merupakan suatu kebetulan saja.
-          Mohon untuk tidak menjipak atau mengutip isi dan ide cerita tersebut
-          Hargai sebuah hasil karya

0 komentar:

Posting Komentar