Pontianak, 08 Oktober 2012
Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut
Nafas 3 orang pria mengitari jasadku, ketiganya menghamparkan permadani kisah dan bersujud di ranum senyuman bibirku. Kubelai kepala-kepala penawar cinta. Rasaku ingin mendekap dan berlabuh di kuil kasih di antara 3 sukma. Meliuk tubuhku memberikan rangsangan dan rohku bersetubuh dengan keinginan di mimbar cinta. Bagaikan dewi mereka letakkan diriku, pada singgah sana hati lelaki, dan kuterbius melayang tinggi, menghirup aroma kasmaran yang diperuntukkan pada diriku seorang.
Ragam kisah kali ini tertulis dalam kitab hidupku, tercatat dalam sejarah lakuku, dan ku ingin menjalani 3 cinta ini dalam kurun waktu bersama, tak perduli akan cemooh para pengamat hidupku. Karena aku pelakon kisahku, dan aku mampu untuk melakoninya hingga selesai dan bermuara ke arah mana arus hidup membawanya.
Jangan pernah persalahkan sosokku sebagai perempuan, karena aku bukan pemikat dan penawar dahaga. Aku hanya tersenyum dengan mata dan bibirku, dan keindahan tubuhku memancarkan seksualitas untuk mereka. Gemulaiku menghipnotis para lelaki dan mereka berlomba ingin menyibak gaunku. Ini semua merupakan keinginan mereka, bukan godaku, mereka yang memulai, bukan aku. Aku hanya memetik mawar cinta yg mereka persembahkan untukku. Aku hanya mencicipi anggur kasih yang mereka sodorkan di bibirku. Aku hanya dan hanya.
Ketika Lembah lembab itu ingin di belai, ketika hasrat sudah menodai sadar, yang ku ingat hanya kenikmatan yang terindu dan ini bisa terjadi karena kekosongan hati yang tak terisi oleh jemari-jemari kokoh.
Rohku menjelajahi jasad-jasad kaum adam, dan 3 raut sekaligus termiliki dan terdekap. Mereka dalam genggamanku dan awalnya hanya sebagai pemberi kenikmatan yang di butuhkan tubuh. Dan awal yang sering tak sejalan dengan perjalanan dan akhir. Keinginan hanya untuk menikmati kandas bersama hadirnya iba dan cinta. Bagaimana harus menjalani dengan 3 cinta sekaligus. Permainan ini semakin bahaya dan berbahaya. Semakin larut dalam kemasan asmara, tiada tara rasa di dada, selalu merasa ada yang membutuhkan.
Namun ketika 3 cinta ini mulai berkeinginan memiliki hidupku, ketika 3 cinta ini mulai mempertanyakan tujuan hidupku, gelisah meraup wajah dan hadirku. Mulai berbagai alasan kucipta untuk pertanyaan demi pertanyaan dari 3 cinta. Terlebih, ketika sosok-sosok para pecinta ini mempertanyakan keseriusanku dan ada sosok yang ingin memiliki ku seutuhnya, dan sosok lainnya pasrah saja akan pilihan dari aku seorang perempuan. Jawaban apa yang akan kuberikan, resah menjadi tamu yang hadir dalam roh. Kemanapun pergi 3 bayang ini hadir menuntut jawabku.
Fery, sang sosok yang mengajakku untuk hubungan yang serius, berhadapan dengan Dimas sosok yang ingin memilikiku seutuhnya, mereka menjadi bersengketa karena memperebutkan seorang perempuan dan akhirnya membuatku bingung dan jalan apa yang harus ku tempuh.
Namun kedua sosok tersebut tak bergeming saat menghadapi Arsyaad sosok pria yang pasrah, pria yang hanya menyerahkan hatinya dengan penuh sederhana dan tak menuntut apapun selain kebahagiaan dewi yang dicintainya. Kepasrahan Arsyaad tak membuatku takluk, aku cuma iba pada kebaikan hatinya.
Dan justru yang terpilih oleh hati adalah Dimas, pria yang ingin memiliki ku seutuhnya, dengan kekasaran dan caci makinya kulepaskan semua penutup tubuh hingga darah yang mengalir terlihat olehnya. Ku genggam erat sosok yang kasar ini, bagai bayi ia kuperlakukan, kumanja dan ku cumbui setiap waktu. Walau hinaan dan pukulannya menyiksa hati dan tubuh, tapi dialah laki-laki pilihan perempuan bodoh seperti ku. Kunikmati tubuhnya dengan sentuhan kasih mesra, kuhangati hatinya dengan ciuman yang tak berkesudahan. Rela mengorbankan waktu dan harta untuknya, yang penting hatiku terisi oleh bunga asmara dan rohku melayang ke puncak-puncak bahagia. Api cemburu selalu menyulut perjalanan cinta kami, hingga pertengkaran membahana, bermunculanlah bilur-bilur pada tubuhku dan setelah reda angkaranya bilur itu di belainya dengan lidah cintanya. Variasi cinta yang kutemui selalu hadir di antara aku dan Dimas, pria penuntut cintaku seutuhnya. Mengapa justru aku lebih merasa bahagia dengan jiwa yang gila. Apakah kegilaan sudah merasuki Roh Perempuanku. Sungguh tak ada yang bisa mengerti hati yang memilih pria gila ini.
Fery si pria yang serius, ku abaikan begitu saja, namun tak juga ku melepasnya. Permainan cintanya sungguh menggebu, tapi aku muak akan pengertiannya yang berlebihan. Adakah cinta yang akan terus menghangatkan hubungan yang kaku ini. Bijak dan dewasa meronai alam kisah dengan pria ini, sangat membosankan namun tak cukup kuat untuk ku melepaskannya.
Kini bagaimana aku harus bersikap, raga dan rohku sangat menikmati permainan yang tercipta ini, sangat memukau dan luar biasa, tak banyak perempuan seperti aku yang menaklukkan 3 hati lelaki dalam waktu bersamaan. Begitu disayangkan jika aku harus melepaskan diantara kenikmatan yang telah ku rengguk.
Dan persengketaanpun akhirnya terjadi, di kala pertemuan 4 nyawa hadir untuk membicarakan bagaimana kelangsungan kisah gila yang sudah kulakoni ini. 2 di antara 3 pria itu berseteru, dan Arsyaad pria yang biasanya pasrah pada diriku menengahinya.
Dengan bijak dia berkata : “Mari kita bicara secara terbuka dan dewasa, sebelum kesabaran ini mati dan kemarahan naik ke ubun-ubun kepala. Bukan hanya kalian yang punya amarah, aku juga bisa menghunus kemarahanku sampai ke jantungmu,” “Tapi buat apa kita saling mengumbar amarah,... emmmhhh... kita menjadi seperti sosok anak-anak yang saling bertengkar memperebutkan dan mempertahankan kepemilikan masing-masing, malulah kepada sekitarmu kawan, ... ingat .....!!! ini kisah gila yang terjadi.”
Dia berkata dengan nada yang datar tanpa emosi, sambil dia menunjukku dengan telunjuknya, matanya menatapku tak berkedip, menusuk hingga belulangku lunglai dan tak mampu untuk berkata apapun lagi, dan katanya lagi : “ Dik, kamu tidak perlu takut dan cemas, hadapi ini semua, kamu berani memulainya, berani juga mengambil resikonya dan berani untuk mengakhiri, kamu jangan pernah lagi untuk menunda suatu keputusan tentang ini dik, kuatkan hatimu dan ambillah sebuah jawaban.”
Kemudian Fery yang pernah serius meminang ku berkata : “ Rosha, Kau harus bisa memilih diantara kami bertiga sekarang ini, ingatlah bahwa aku pernah memberikan cincin berlian sebagai tanda jadi hubungan kita, dan ingat juga segala kebaikan yang pernah kuberikan padamu.”
Tak ada lagi panggilan mama untukku seperti biasanya. Tak ada lagi suara yang selalu lemah lembut dalam canda, diskusi dan amarah. Dari kejadian ini, terlihat seutuhnya lelaki ini.
Dan pria yang selalu mengasariku tapi sekaligus ku cintai berkata dengan khas gaya bicaranya : “Dasar pelacur, akibat pola mu ini, kami bisa saling membunuh dan ada yang mendekam di penjara, perempuan gila semacam kau tak pantas untuk ku miliki, silahkan ... kau pilih saja mereka dan tinggalkan aku, lebih baik aku menikah dengan pelacur berhati perempuan daripada perempuan berhati pelacur.”
Kemudian .... hening, ... semua terdiam, dengan amarahnya masing-masing, ada yang meledak-ledak, ada yang berupaya bijak namun ego terselip dari kalimatnya dan ada yang tenang dalam menanggapi situasi yang sangat sulit ini. Terutama situasi yang sangat tidak bersahabat untukku. Ini akibat aku bermain api dan tak mampu memadamkannya, hingga aku ikut terbakar dan akhirnya luka akan ku jelang.
Kembali Arsyaad berkata : “ Aku yakin, sebenarnya kita semua sangat mencintai Rosha, sampai detik inipun masih seperti itu, namun karena kecewa akan sikap Rosha kita menjadi marah, akhirnya kita mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan hati kita,.... saranku, jangan kita semakin meruncing masalah ini dan membuat luka orang yang mendengar, kita serahkan semua kepada Rosha untuk mengambil suatu keputusan.”
“Dik Rosha....bicaralah, walau hanya satu patah kata... kami akan menghargai segala keputusanmu, walau itu sangat menyakitkan di antara kami yang tak terpilih”
Akhirnya, dengan berupaya tegar aku berkata “ Beri aku waktu untuk menjawabnya, aku berupaya untuk membuat semuanya menjadi baik.”
Kemudian aku berlalu dari suasana api neraka bagiku. Aku mencoba merenung dalam kamarku yang sejuk, berpikir untuk mengambil pilihan yang tersulit bagiku. Baru kusadari, setelah Pertemuan Laknat tadi, ternyata Pria yang kudambakan dan bisa mendampingiku adalah Sosok Arsyaad, Pria yang selalu pasrah itu. Tingkat kedewasaannya tinggi dan dia tidak mempermalukan aku sama sekali, di balik amarahnya, dia masih mampu untuk membela aku. Inilah Pria yang terpilih oleh hatiku, untuk hidupku. Pria yang sudah tahu jeleknya aku tapi masih mau menerimaku apa adanya dan tidak mempermalukan aku di depan umum. Pria yang masih mau menghargaiku sebagai perempuan yang sudah berkali-kali di tidurinya dan saat bersamaan di tiduri kedua laki-laki lain. Betapa Putih Hati Arsyaad, dialah laki-laki tambatan hati dan jiwa perempuan.
Sedangkan Fery yang pernah dengan serius meminang aku, hanya mampu memojokkanku dengan satu kalimat memintaku untuk memilih dan mengungkit segala kebaikan yang pernah diberikannya untukku. Kalau dia memang serius, kenapa dia tidak menawarkan dirinya di saat aku sedang terpojok. Dia hanya memperlihatkan keegoannya saja, memang selama ini aku selalu merasa muak melihat sikap-siakpanya yang terlalu baik di tunjukkan di depanku, bagiku pria semacam ini hanya menyimpan kemunafikannya saja.
Dan Dimas pria yang sering mengasari ku itu, perkataannya tak ada baiknya, apakah seumur hidupku akan tinggal dan hidup berdampingan dengan pria semacam ini. Apakah aku relakan tubuh molekku menjadi legam karena pukulan-pukulannya. Bagaimana jiwa anak-anakku kelak. Pria itu terlalu mengumbar amarahnya tanpa mampu untuk mengendalikan diri. Harga diriku terinjak-injak oleh perkataannya tadi. Mungkin jika aku menikah dengan dia, setiap hari aku di permalukannya dengan para tetangga dan handai taulanku. Ternyata selama ini aku hanya Merasa Cinta terhadap Dimas bukan mencintai.
Dengan keputusan yang bulat keesokan harinya, aku mengumpulkan 3 pria itu, Fery, Dimas dan Arsyaad. Dengan tenang dan santai aku ungkapkan satu persatu isi hatiku dan keputusanku, wajahku kuhadapkan hanya pada Arsyaad Pria yang berhati Putih, yang selalu pasrah dengan keinginan-keinginanku, pria yang selalu aku bohongi di saat ia ingin bermesaraan dengan diriku.
Kataku : “ Setelah pertemuan kemarin, aku menjadi sadar, bahwa apa yang kulakukan tidaklah manusiawi dan tidak berakhlak. Tanpa kusadari, aku telah menyakiti perasaan kalian semua. Awalnya ini dari sebuah keisengan, yang akhirnya aku sangat menikmati permainan ini. Aku salah, dan kesalahanku ini tidak ada ampunannya lagi. Semua sudah terjadi, aku menyesalinya dan silahkan jika di antara kalian ingin membenciku.
Bang Arsayaad, Rebahlah pada lekuk dadaku,
Kau akan mendengar detak jantungku membisikkan namamu,
Kau akan merasakan denyar cinta teralun pada tarikan payudaraku,
Kau akan percaya bahwa hatimu yang terpilih,
Kau mulai paham, agungnya roh ku mengitari kejantananmu
Namun buaian kasih bersamamu tak dapat mencapai klimaks
Karena aku tak ingin Roh ku menjadi Sengketa 3 orang pria.
Adil kuterapkan untuk kisah ini,
Tiada seorangpun dari kalian yang dapat memeras nafsuku lagi
Biarlah kita semua terluka
Tak hanya hatimu yg berdarah, Bang Arsyaad
Hatiku dan hati mereka juga terasa perih
Sedih dan tangis akan terbunuh oleh Sang Waktu”
“Selamat tinggal semua, selamat tinggal mimpi-mimpiku, maafkan atas salahku
Biarkan aku berlalu, membawa keringnya dosa yang bertumpuk dalam pangkuanku
Inilah akhir dari Kisah SENGKETA ROH PEREMPUAN, yang sudah ku cipta.”
Catatan :
- Cerita ini hanya fiktif belaka
- Mohon untuk tidak menjiplak atau mengutip... Hargai Hasil Karya org lain
Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut
Nafas 3 orang pria mengitari jasadku, ketiganya menghamparkan permadani kisah dan bersujud di ranum senyuman bibirku. Kubelai kepala-kepala penawar cinta. Rasaku ingin mendekap dan berlabuh di kuil kasih di antara 3 sukma. Meliuk tubuhku memberikan rangsangan dan rohku bersetubuh dengan keinginan di mimbar cinta. Bagaikan dewi mereka letakkan diriku, pada singgah sana hati lelaki, dan kuterbius melayang tinggi, menghirup aroma kasmaran yang diperuntukkan pada diriku seorang.
Ragam kisah kali ini tertulis dalam kitab hidupku, tercatat dalam sejarah lakuku, dan ku ingin menjalani 3 cinta ini dalam kurun waktu bersama, tak perduli akan cemooh para pengamat hidupku. Karena aku pelakon kisahku, dan aku mampu untuk melakoninya hingga selesai dan bermuara ke arah mana arus hidup membawanya.
Jangan pernah persalahkan sosokku sebagai perempuan, karena aku bukan pemikat dan penawar dahaga. Aku hanya tersenyum dengan mata dan bibirku, dan keindahan tubuhku memancarkan seksualitas untuk mereka. Gemulaiku menghipnotis para lelaki dan mereka berlomba ingin menyibak gaunku. Ini semua merupakan keinginan mereka, bukan godaku, mereka yang memulai, bukan aku. Aku hanya memetik mawar cinta yg mereka persembahkan untukku. Aku hanya mencicipi anggur kasih yang mereka sodorkan di bibirku. Aku hanya dan hanya.
Ketika Lembah lembab itu ingin di belai, ketika hasrat sudah menodai sadar, yang ku ingat hanya kenikmatan yang terindu dan ini bisa terjadi karena kekosongan hati yang tak terisi oleh jemari-jemari kokoh.
Rohku menjelajahi jasad-jasad kaum adam, dan 3 raut sekaligus termiliki dan terdekap. Mereka dalam genggamanku dan awalnya hanya sebagai pemberi kenikmatan yang di butuhkan tubuh. Dan awal yang sering tak sejalan dengan perjalanan dan akhir. Keinginan hanya untuk menikmati kandas bersama hadirnya iba dan cinta. Bagaimana harus menjalani dengan 3 cinta sekaligus. Permainan ini semakin bahaya dan berbahaya. Semakin larut dalam kemasan asmara, tiada tara rasa di dada, selalu merasa ada yang membutuhkan.
Namun ketika 3 cinta ini mulai berkeinginan memiliki hidupku, ketika 3 cinta ini mulai mempertanyakan tujuan hidupku, gelisah meraup wajah dan hadirku. Mulai berbagai alasan kucipta untuk pertanyaan demi pertanyaan dari 3 cinta. Terlebih, ketika sosok-sosok para pecinta ini mempertanyakan keseriusanku dan ada sosok yang ingin memiliki ku seutuhnya, dan sosok lainnya pasrah saja akan pilihan dari aku seorang perempuan. Jawaban apa yang akan kuberikan, resah menjadi tamu yang hadir dalam roh. Kemanapun pergi 3 bayang ini hadir menuntut jawabku.
Fery, sang sosok yang mengajakku untuk hubungan yang serius, berhadapan dengan Dimas sosok yang ingin memilikiku seutuhnya, mereka menjadi bersengketa karena memperebutkan seorang perempuan dan akhirnya membuatku bingung dan jalan apa yang harus ku tempuh.
Namun kedua sosok tersebut tak bergeming saat menghadapi Arsyaad sosok pria yang pasrah, pria yang hanya menyerahkan hatinya dengan penuh sederhana dan tak menuntut apapun selain kebahagiaan dewi yang dicintainya. Kepasrahan Arsyaad tak membuatku takluk, aku cuma iba pada kebaikan hatinya.
Dan justru yang terpilih oleh hati adalah Dimas, pria yang ingin memiliki ku seutuhnya, dengan kekasaran dan caci makinya kulepaskan semua penutup tubuh hingga darah yang mengalir terlihat olehnya. Ku genggam erat sosok yang kasar ini, bagai bayi ia kuperlakukan, kumanja dan ku cumbui setiap waktu. Walau hinaan dan pukulannya menyiksa hati dan tubuh, tapi dialah laki-laki pilihan perempuan bodoh seperti ku. Kunikmati tubuhnya dengan sentuhan kasih mesra, kuhangati hatinya dengan ciuman yang tak berkesudahan. Rela mengorbankan waktu dan harta untuknya, yang penting hatiku terisi oleh bunga asmara dan rohku melayang ke puncak-puncak bahagia. Api cemburu selalu menyulut perjalanan cinta kami, hingga pertengkaran membahana, bermunculanlah bilur-bilur pada tubuhku dan setelah reda angkaranya bilur itu di belainya dengan lidah cintanya. Variasi cinta yang kutemui selalu hadir di antara aku dan Dimas, pria penuntut cintaku seutuhnya. Mengapa justru aku lebih merasa bahagia dengan jiwa yang gila. Apakah kegilaan sudah merasuki Roh Perempuanku. Sungguh tak ada yang bisa mengerti hati yang memilih pria gila ini.
Fery si pria yang serius, ku abaikan begitu saja, namun tak juga ku melepasnya. Permainan cintanya sungguh menggebu, tapi aku muak akan pengertiannya yang berlebihan. Adakah cinta yang akan terus menghangatkan hubungan yang kaku ini. Bijak dan dewasa meronai alam kisah dengan pria ini, sangat membosankan namun tak cukup kuat untuk ku melepaskannya.
Kini bagaimana aku harus bersikap, raga dan rohku sangat menikmati permainan yang tercipta ini, sangat memukau dan luar biasa, tak banyak perempuan seperti aku yang menaklukkan 3 hati lelaki dalam waktu bersamaan. Begitu disayangkan jika aku harus melepaskan diantara kenikmatan yang telah ku rengguk.
Dan persengketaanpun akhirnya terjadi, di kala pertemuan 4 nyawa hadir untuk membicarakan bagaimana kelangsungan kisah gila yang sudah kulakoni ini. 2 di antara 3 pria itu berseteru, dan Arsyaad pria yang biasanya pasrah pada diriku menengahinya.
Dengan bijak dia berkata : “Mari kita bicara secara terbuka dan dewasa, sebelum kesabaran ini mati dan kemarahan naik ke ubun-ubun kepala. Bukan hanya kalian yang punya amarah, aku juga bisa menghunus kemarahanku sampai ke jantungmu,” “Tapi buat apa kita saling mengumbar amarah,... emmmhhh... kita menjadi seperti sosok anak-anak yang saling bertengkar memperebutkan dan mempertahankan kepemilikan masing-masing, malulah kepada sekitarmu kawan, ... ingat .....!!! ini kisah gila yang terjadi.”
Dia berkata dengan nada yang datar tanpa emosi, sambil dia menunjukku dengan telunjuknya, matanya menatapku tak berkedip, menusuk hingga belulangku lunglai dan tak mampu untuk berkata apapun lagi, dan katanya lagi : “ Dik, kamu tidak perlu takut dan cemas, hadapi ini semua, kamu berani memulainya, berani juga mengambil resikonya dan berani untuk mengakhiri, kamu jangan pernah lagi untuk menunda suatu keputusan tentang ini dik, kuatkan hatimu dan ambillah sebuah jawaban.”
Kemudian Fery yang pernah serius meminang ku berkata : “ Rosha, Kau harus bisa memilih diantara kami bertiga sekarang ini, ingatlah bahwa aku pernah memberikan cincin berlian sebagai tanda jadi hubungan kita, dan ingat juga segala kebaikan yang pernah kuberikan padamu.”
Tak ada lagi panggilan mama untukku seperti biasanya. Tak ada lagi suara yang selalu lemah lembut dalam canda, diskusi dan amarah. Dari kejadian ini, terlihat seutuhnya lelaki ini.
Dan pria yang selalu mengasariku tapi sekaligus ku cintai berkata dengan khas gaya bicaranya : “Dasar pelacur, akibat pola mu ini, kami bisa saling membunuh dan ada yang mendekam di penjara, perempuan gila semacam kau tak pantas untuk ku miliki, silahkan ... kau pilih saja mereka dan tinggalkan aku, lebih baik aku menikah dengan pelacur berhati perempuan daripada perempuan berhati pelacur.”
Kemudian .... hening, ... semua terdiam, dengan amarahnya masing-masing, ada yang meledak-ledak, ada yang berupaya bijak namun ego terselip dari kalimatnya dan ada yang tenang dalam menanggapi situasi yang sangat sulit ini. Terutama situasi yang sangat tidak bersahabat untukku. Ini akibat aku bermain api dan tak mampu memadamkannya, hingga aku ikut terbakar dan akhirnya luka akan ku jelang.
Kembali Arsyaad berkata : “ Aku yakin, sebenarnya kita semua sangat mencintai Rosha, sampai detik inipun masih seperti itu, namun karena kecewa akan sikap Rosha kita menjadi marah, akhirnya kita mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan hati kita,.... saranku, jangan kita semakin meruncing masalah ini dan membuat luka orang yang mendengar, kita serahkan semua kepada Rosha untuk mengambil suatu keputusan.”
“Dik Rosha....bicaralah, walau hanya satu patah kata... kami akan menghargai segala keputusanmu, walau itu sangat menyakitkan di antara kami yang tak terpilih”
Akhirnya, dengan berupaya tegar aku berkata “ Beri aku waktu untuk menjawabnya, aku berupaya untuk membuat semuanya menjadi baik.”
Kemudian aku berlalu dari suasana api neraka bagiku. Aku mencoba merenung dalam kamarku yang sejuk, berpikir untuk mengambil pilihan yang tersulit bagiku. Baru kusadari, setelah Pertemuan Laknat tadi, ternyata Pria yang kudambakan dan bisa mendampingiku adalah Sosok Arsyaad, Pria yang selalu pasrah itu. Tingkat kedewasaannya tinggi dan dia tidak mempermalukan aku sama sekali, di balik amarahnya, dia masih mampu untuk membela aku. Inilah Pria yang terpilih oleh hatiku, untuk hidupku. Pria yang sudah tahu jeleknya aku tapi masih mau menerimaku apa adanya dan tidak mempermalukan aku di depan umum. Pria yang masih mau menghargaiku sebagai perempuan yang sudah berkali-kali di tidurinya dan saat bersamaan di tiduri kedua laki-laki lain. Betapa Putih Hati Arsyaad, dialah laki-laki tambatan hati dan jiwa perempuan.
Sedangkan Fery yang pernah dengan serius meminang aku, hanya mampu memojokkanku dengan satu kalimat memintaku untuk memilih dan mengungkit segala kebaikan yang pernah diberikannya untukku. Kalau dia memang serius, kenapa dia tidak menawarkan dirinya di saat aku sedang terpojok. Dia hanya memperlihatkan keegoannya saja, memang selama ini aku selalu merasa muak melihat sikap-siakpanya yang terlalu baik di tunjukkan di depanku, bagiku pria semacam ini hanya menyimpan kemunafikannya saja.
Dan Dimas pria yang sering mengasari ku itu, perkataannya tak ada baiknya, apakah seumur hidupku akan tinggal dan hidup berdampingan dengan pria semacam ini. Apakah aku relakan tubuh molekku menjadi legam karena pukulan-pukulannya. Bagaimana jiwa anak-anakku kelak. Pria itu terlalu mengumbar amarahnya tanpa mampu untuk mengendalikan diri. Harga diriku terinjak-injak oleh perkataannya tadi. Mungkin jika aku menikah dengan dia, setiap hari aku di permalukannya dengan para tetangga dan handai taulanku. Ternyata selama ini aku hanya Merasa Cinta terhadap Dimas bukan mencintai.
Dengan keputusan yang bulat keesokan harinya, aku mengumpulkan 3 pria itu, Fery, Dimas dan Arsyaad. Dengan tenang dan santai aku ungkapkan satu persatu isi hatiku dan keputusanku, wajahku kuhadapkan hanya pada Arsyaad Pria yang berhati Putih, yang selalu pasrah dengan keinginan-keinginanku, pria yang selalu aku bohongi di saat ia ingin bermesaraan dengan diriku.
Kataku : “ Setelah pertemuan kemarin, aku menjadi sadar, bahwa apa yang kulakukan tidaklah manusiawi dan tidak berakhlak. Tanpa kusadari, aku telah menyakiti perasaan kalian semua. Awalnya ini dari sebuah keisengan, yang akhirnya aku sangat menikmati permainan ini. Aku salah, dan kesalahanku ini tidak ada ampunannya lagi. Semua sudah terjadi, aku menyesalinya dan silahkan jika di antara kalian ingin membenciku.
Bang Arsayaad, Rebahlah pada lekuk dadaku,
Kau akan mendengar detak jantungku membisikkan namamu,
Kau akan merasakan denyar cinta teralun pada tarikan payudaraku,
Kau akan percaya bahwa hatimu yang terpilih,
Kau mulai paham, agungnya roh ku mengitari kejantananmu
Namun buaian kasih bersamamu tak dapat mencapai klimaks
Karena aku tak ingin Roh ku menjadi Sengketa 3 orang pria.
Adil kuterapkan untuk kisah ini,
Tiada seorangpun dari kalian yang dapat memeras nafsuku lagi
Biarlah kita semua terluka
Tak hanya hatimu yg berdarah, Bang Arsyaad
Hatiku dan hati mereka juga terasa perih
Sedih dan tangis akan terbunuh oleh Sang Waktu”
“Selamat tinggal semua, selamat tinggal mimpi-mimpiku, maafkan atas salahku
Biarkan aku berlalu, membawa keringnya dosa yang bertumpuk dalam pangkuanku
Inilah akhir dari Kisah SENGKETA ROH PEREMPUAN, yang sudah ku cipta.”
Catatan :
- Cerita ini hanya fiktif belaka
- Mohon untuk tidak menjiplak atau mengutip... Hargai Hasil Karya org lain
0 komentar:
Posting Komentar