Oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut
Petiduranku mulai dingin
Sebab jantung hatiku mulai akan berlalu dan menjauh
Tiada lagi kusutnya sepreiku
Karena tubuhku tak lagi bermakna untuknya
Tatapan jantung hatiku dingin menusuk
Belahan dadaku tak lagi menyiratkan hasratnya yg bagai serigala
Sekejap saja semua berlalu
Bagai mmbalikkan telapak tanganku
Hilang semua kemesraan itu
Tinggallah aku sendiri meratapi cintaku
beribu malamku kan sunyi dan sendiri
hanya rintihan jangrik yg setia mendendangkan lelapku
padahal ku rindu akan lentunan dongeng darimu d setiap kantukku
keinginan di sapa dalam belai kasihmu seperti merindukan mentari terbit dari barat
Akupun mulai merambah alam harapan
Gulita menyelubungi senyum
Kunang-kunang duka yang terlihat
Dawai kehidupan tak lagi menyiratkan canda
Yang tercipta hanya lagu angkara dan melodi ketegangan
Apalagi yang harus dipertahankan
Jika damai kosong di jiwa yang lelah
Duri curiga tumbuh belantara di kalbu
Semak keegoisan meraja pada kepala yang sama bebal
Mungkin sudah tiba waktunya aku bangkit dan berjalan
Tanpa harus menoleh lagi
Kini aku merasa hanyalah bianglala
Melukis harinya disaat jenuh melanda
Ketika tersentak dari lamunannya
Kembali pada realita dan membatasi ruang geraknya
Mulai kekhawatiran tersisip di relung hatinya
Berawal dari dirinya sendiri
yang menyenandungkan hadirnya aku pada lingkungannya
Sekarang menjadi salah dan serba salah untukku
Saat Sangkakala perpisahan mulai akan di tiup
Aku bangkit dari keterpurukan tanpa airmata
Tanpa ingin menoleh ke belakang
Mulai menyusuri lorong-lorong kehidupan
Dengan kemandirian, tegar, tegas dan keras
Aku mulai bangkit dari liang kesedihan ini
Kan kuhapus semua kisah ini
Mencoba berlalu tanpa mengenang kembali
Bahwa pernah ada kisah yang unik bersamamu
Pontianak, 25 Oktober 2009
0 komentar:
Posting Komentar