Rabu, 02 Maret 2011

SEBONGKAH BERLIAN DI TANAH INTAN

oleh : Marselina Maryani Soeryamassoeka, S.Hut

Kemilau putra desa silau bersinar, tatkala pertama bertemu, kecerdasan terpancar pada sorot mata kelamnya, kharisma sebagai pemimpin sejati berkarakter tampak di wajahnya yang tirus, lelaki yang cerdas dan tegas namun penuh dengan kerendahan hati menyapa setiap berjumpa dengan para sepuh, berjabat tangan dengan para ibu, tersenyum kepada kami para rakyat jelata ini. Terharu hati menemukan keramahan seorang intelektual DAYAK. Walau gelar sudah sampai DOKTOR namun kepalanya selalu merunduk bagai batang padi yang berisi.

Riuh angin kencang bertiup, meliuk-liukan pepohonan di ranah Ngabang, riuh juga desingan suara-suara bernyanyi yang ingin merobohkan singgasanamu karena kedengkian yang menggunung di hati para tamak serakah, yang tak mampu berbuat namun lidah mereka menghasut ribuan orang untuk menggerogoti dan mnggoyang tahtamu. Dengan senyumanmu yang tulus, dengan keramahanmu yang menyejukkan segala lidah yang menari benci, segala wajah yang tersembunyi topeng, perlahan kau sibak dengan bijak mu. Mengalah berarti menang, memberkati berarti memperoleh BERKAH, hidup ini bukanlah harus saling membalas, itulah prinsipmu sebagai seorang pemimpin.

Rangkaian kasih kau taburkan pada ladang harapan rakyatmu, perlahan kau susun batu dan kerikil pada jalan kemakmuran yang sebelumnya sudah di rintis oleh pendahulumu, walau belum mencapai ISTANA KESEJAHTERAAN, tapi jalan ini sudah mulai dapat di jalani oleh nafas-nafas yang hampir putus asa karena sekian waktu tak ada jamahan dari PENGUASA. ORDEBARU telah menciptakan peti-peti kematian untuk rakyatmu, tak terperhatikan dan tak terurus sehingga berkeliaran para perampas untuk sekedar berjuang mempertahankan nyawa-nyawa yang lapar. Berkat jamahan bijak dan sabarmu, perlahan kehidupan yang sekarat mulai bugar seperti zaman leluhur dulu, di mana daun belian dan tengkawang masih merdu bernyanyi, gemulai karet masih meliuk riuh memberikan kesegaran pada kehidupan masyarakat pedalaman waktu itu.

Hadirmu telah menyulap ladang pedesaan menjadi riuh. Udara kota telah lahir pada desa-desa di mana dulu hati miris melihat saudaraku terbenam pada lumpur kebodohan. Pemuda pemudi harapan Kota Intan mulai melangkah penuh percaya diri, karena kini lapangan pekerjaan sudah bisa menampung sebagian dari mereka. Bahkan kau pilih yang bernas untuk mengenyam pendidikan di tanah Jawa dengan maksud supaya Landakmu semakin bernilai karena kemilaunya.

Sungguh keras kau berupaya untuk menaikkan harkat dan martabat rakyatmu di mata dunia, tanpa merasakan letih dan tersitanya waktu istirahatmu, namun terus berusaha dan berjuang demi masa depan GARUDAmu di kabupaten yang terlihat hanya sebuah titik pada peta di wilayah NKRI.

Mega yang dulu suram di Landak, berangsur cerah, seakan Restu dari Ilahi atas karyamu terlukis pada Lazuardi. Bianglala yang ikut meronai seperti malaikat yang selalu memberikan ide di saat pikiranmu buntu. Ketika gulita tiba, Kepalamu tetap beraktivitas, berpikir dan merenungkan masa depan benih-benih bangsa yang harus engkau perjuangkan, yang harus kau hantarkan menuju kader-kader penggantimu kelak. Waktu dalam sehari seakan tidak cukup hanya 24 jam untukmu, selalu kurang karena gerilya dalam hidupmu yang tiada henti.

Lelah yang tergurat dari garis-garis wajahmu akan sirna tatkala melihat senyum lembut dari isteri yang setia mendampingimu 25 tahun lamanya dan dengan di dampingi tiga bidadari yang cantik, ia relakan waktunya untuk bercanda bersamamu terampas oleh rakyatmu. Wajar saja akhirnya engkau membalasnya dengan kesetiaan dan kasih sayang yang takkan hilang sepanjang masa, baktinya untukmu dalam pelayanan sebagai seorang ibu dan istri telah membuatmu selalu bergairah jika lelah mulai menjemputmu. Dengan raut keibuannya yang selalu tersenyum dengan tulus, dia siap selalu mendampingimu sebagai Pimpinan di Landak.

Keyakinanmu pada JUBATA, menggiringmu ke pintu sukses yang diharapkan supaya engkau juga membawa rakyatmu dalam kesuksesan itu. Keseharianmu hanya berjalan di atas injil dengan berpedoman AKU DATANG UNTUK MELAYANI, BUKAN UNTUK DILAYANI. Talenta yang diberi kepadamu telah kau taburkan pada rakyatmu, karyamu menunjukkan bahwa engkau telah bersaksi tentang KERAJAAN ALLAH.

Jangan pernah sekalipun kau lelah membimbing kami yang selalu membutuhkan uluranmu, jauhkan segala putus asa yang mungkin terkadang hadir di benakmu. Tegarlah wahai BAPAK PANUTAN kami, bawalah selalu semangat RUMAH BETANG dalam kepemimpinanmu, bercelotehlah pada dunia tentang DAYAKmu yang selalu dicemooh dan di hina. Bawalah kami dalam kehidupan sebagai orang MERDEKA, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan suatu KEMERDEKAAN itu, karena kami ingin merdeka untuk berbuat baik dan berguna, bukan merdeka untuk kepentingan diri sendiri.

Pak ADRI ..... Hidup ini adalah sebuah PETUALANGAN HEBAT dan PERJUANGAN ABADI, rutinitas hanya satu sisi kehidupan, biarkan KASIH melimpah pada sisi kehidupan yang lain, agar tiada jenuh yang melanda, dan komunikasi dengan ILAHI melalui DOA adalah keharusan, sehingga DAMAI selalu mengisi BATIN kita.

Pontianak, 19 Desember 2010

Catatan : saya di minta untuk menulis tentang kesan2 selama mengenal Bp. Adrianus Sidot (Bupati Landak) sebanyak 700 kata untuk di terbitkan bersama pengarang lainnya dalam buku Hornvill van Landak, buku ini di launching pada tgl 2 Februari 2011, bertepatan dengan ULTAH beliau ke 50

0 komentar:

Posting Komentar